Dari beragamnya jenis virus yang bisa menghantui Si Kecil, rotavirus adalah salah satu virus jahat yang mesti diwaspadai. Virus ini bisa menyebabkan peradangan di saluran pencernaan Si Kecil dan menimbulkan masalah serius, seperti diare dan dehidrasi.
Penularan virus ini terjadi secara fecal-oral, artinya menular dari feses pengidapnya yang tak sengaja masuk ke mulut orang lain. Feses pengidapnya juga bisa mengontaminasi makanan, air, hingga benda-beda di sekitar seperti mainan atau alat dapur.
Lantas, seperti apa gejala rotavirus pada anak-anak? Selain itu, seperti apa bahaya atau dampak diare pada Si Kecil akibat rotavirus?
Gejala Rotavirus pada Anak
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) gejala rotavirus biasanya mulai muncul sekitar dua hari setelah seseorang terpapar virus tersebut.
Umumnya, gejalanya berupa muntah dan diare bisa yang berlangsung tiga hingga delapan hari. Di samping itu, ada gejala lainnya seperti demam, nyeri perut kehilangan nafsu makan, dan dehidrasi yang bisa berbahaya bagi bayi dan anak-anak.
Masih menurut CDC, gejala dehidrasi pada anak bisa meliputi:
- Penurunan frekuensi buang air kecil.
- Mulut dan tenggorokan terasa kering.
- Merasa pusing saat berdiri.
- Menangis dengan sedikit atau tanpa air mata.
- Kantuk atau kerewelan yang tidak biasa.
Nah, andaikan gejala Si Kecil mengalami gejala-gejala di atas, apalagi tidak kunjung membaik, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Awas Dampaknya Berbahaya
Rotavirus bukan kondisi yang bisa dianggap sepele. Pasalnya, serangan virus ini bisa menyebabkan diare dan hilangnya cairan dalam tubuh dalam waktu cepat. Nah, dampak diare pada anak seperti ini yang bisa menyebabkan dirinya mengalami dehidrasi.
Oleh sebab itu, andaikan diare tak kunjung membaik, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Alasannya jelas, diare yang tak kunjung membaik atau kronis bisa menimbulkan berbagai komplikasi, seperti:
- Malnutrisi, terutama pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun, yang dapat berakibat menurunnya kekebalan tubuh anak.
- Diare kronis, bisa menyebabkan urine berwarna gelap, demam, muntah, pusing, dan lemas.
- Infeksi berat, yang dapat meluas ke organ lain dan seluruh tubuh (sepsis).
- Iritasi pada kulit sekitar anus, akibat pH tinja yang asam pada diare yang disebabkan intoleransi laktosa.
- Ketidakseimbangan elektrolit, karena elektrolit ikut terbuang bersama air yang keluar saat diare, yang ditandai dengan lemas, lumpuh, hingga kejang.
Ingat, komplikasi utama dan paling fatal dari diare kronis adalah dehidrasi berat akibat kehilangan cairan dalam jumlah banyak. Waspada, dehidrasi yang tak ditangani dengan baik dapat menyebabkan dampak yang amat fatal seperti kematian.
Nah, bila Si Kecil mengalami diare yang tak kunjung membaik, ibu bisa memeriksakan dirinya ke rumah sakit pilihan.