AC dan kipas angin yang kotor bisa menjadi tempat berkembang biaknya bakteri Legionella pneumophila penyebab pneumonia.
Panas yang menyengat sering membuat orang tua mengandalkan AC dan kipas angin agar anak tetap nyaman di rumah. Namun, di balik manfaatnya, perangkat ini bisa menjadi sumber bahaya tersembunyi jika tidak dirawat dengan baik.
Salah satu risiko yang patut diwaspadai yaitu ketika AC atau kipas angin jarang dibersihkan, yang kemudian menjadi tempat berkembang biaknya bakteri. Bakteri dapat menyebar melalui udara dan masuk ke saluran pernapasan, lalu memicu infeksi serius seperti pneumonia.
Yuk, cari tahu informasi lebih lengkap tentang bahaya AC dan kipas angin kotor, serta cara penggunaannya yang aman untuk anak!
AC dan Kipas Angin Kotor Bisa Sebabkan Pneumonia
Ketika AC atau kipas angin tidak dibersihkan secara berkala, debu dan mikroorganisme berbahaya dapat menumpuk dan tersebar kembali ke udara saat perangkat tersebut dinyalakan.
Salah satu bakteri yang perlu diwaspadai adalah Legionella pneumophila, penyebab utama pneumonia berat yang bisa menyerang anak-anak.
Bakteri ini tumbuh subur di air yang tergenang dan bersuhu hangat, seperti pada saluran air di sistem AC yang jarang dibersihkan. Ketika sistem AC menyemprotkan udara, bakteri dapat ikut terbawa dalam bentuk partikel mikro (aerosol) dan terhirup oleh anak.
Hal yang sama berlaku pada kipas angin. Meski tidak menghasilkan aerosol, kipas yang penuh debu dapat menyebarkan partikel-partikel berbahaya yang memperparah iritasi saluran napas, terutama pada anak yang sensitif.
Oleh karena itu, penggunaan AC dan kipas angin tetap diperbolehkan, asalkan dilakukan dengan cara yang higienis dan tepat.
Ibu, Ini Penyebab Pneumonia pada Anak yang Jarang Disadari.
Studi tentang AC dan Risiko Penyebaran Infeksi Pneumonia akibat Legionella pneumophila
Penelitian yang dipublikasikan oleh Industrial Health pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa, sistem AC dapat menjadi media penyebaran bakteri penyebab infeksi saluran napas, termasuk Legionella pneumophila. Bakteri ini berkembang di lingkungan air hangat dan tergenang seperti dalam tangki atau saluran AC yang tidak terawat.
Sistem AC yang digunakan secara luas di rumah sakit, sekolah, atau perumahan padat bisa memperbesar risiko penyebaran ini jika perawatan dan sanitasi tidak dilakukan secara teratur.
Temuan ini menjadi pengingat penting bagi orang tua untuk rutin memeriksa kondisi AC di rumah. Tujuannya untuk mencegah risiko infeksi saluran pernapasan pada anak-anak.
Fakta tentang Infeksi Bakteri Legionella
1. Pengobatan antibiotik segera bisa membantu menyembuhkan infeksi Legionella.
2. Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah atau memiliki penyakit paru-paru lebih rentan mengalami infeksi Legionella.
3. Infeksi Legionella dapat memicu komplikasi seperti gagal paru-paru, gagal ginjal, serta syok septik.
Gejala Penyakit Akibat Infeksi Bakteri Legionella
Gejala pneumonia akibat infeksi Legionella biasanya mulai muncul dalam 2 hingga 10 hari setelah terpapar. Gejala awal bisa tampak seperti flu biasa, namun akan berkembang lebih serius dalam waktu singkat:
- Sakit kepala dan nyeri otot.
- Demam tinggi (bisa lebih dari 40 derajat Celsius).
- Batuk kering atau berdahak, bahkan kadang bercampur darah.
- Sesak napas dan nyeri dada.
- Mual, muntah, atau diare.
- Kebingungan atau gangguan mental.
Infeksi ini umumnya menyerang paru-paru, namun bisa juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti jantung atau luka terbuka.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika anak menunjukkan gejala seperti demam tinggi disertai batuk, sesak napas, atau tampak lesu setelah sering berada di ruangan ber-AC atau kipas angin yang kotor, segera periksakan ke dokter.
Infeksi akibat Legionella dapat berkembang cepat dan berbahaya jika tidak ditangani sejak dini.
Tips Menggunakan AC dan Kipas Angin untuk Anak
Agar anak tetap nyaman dan aman dari risiko infeksi saat menggunakan AC atau kipas angin, berikut beberapa tips penting yang bisa dilakukan:
- Rutin membersihkan filter AC
Bersihkan filter minimal dua minggu sekali atau sesuai petunjuk pabrik, untuk mencegah penumpukan debu dan mikroba.
- Lakukan servis berkala
Lakukan pemeriksaan dan pembersihan sistem AC secara menyeluruh setiap 3–6 bulan oleh teknisi profesional.
- Pastikan tidak ada air menggenang
Periksa saluran pembuangan air AC untuk memastikan tidak ada genangan yang bisa jadi sarang bakteri.
- Jaga kelembapan ruangan
Gunakan humidifier jika udara terlalu kering, karena AC bisa mengurangi kelembapan yang dibutuhkan saluran napas anak.
- Posisikan kipas angin jauh dari tempat tidur anak
Jangan arahkan kipas langsung ke tubuh anak karena bisa memicu iritasi saluran napas.
- Bersihkan baling-baling kipas secara rutin
Debu yang menumpuk di kipas dapat menyebar ke udara dan mengganggu sistem pernapasan anak.
- Gunakan mode auto atau suhu sedang (24–26°C)
Hindari suhu terlalu dingin agar tubuh anak tidak mengalami stres akibat suhu yang berlebihan.
- Perhatikan gejala batuk atau pilek
Jika anak mulai sering batuk atau pilek saat tidur di ruangan ber-AC, pertimbangkan untuk mengecek kebersihan perangkat.
- Ventilasi tetap dibuka sesekali
Sirkulasi udara segar tetap penting, jadi buka jendela secara berkala untuk menyeimbangkan udara dalam ruangan.
- Gunakan perangkat tambahan seperti air purifier
Air purifier dapat membantu menyaring debu, kuman, dan partikel lain di udara yang bisa memicu infeksi.
Kesimpulan
Meskipun AC dan kipas angin menjadi andalan banyak keluarga untuk mengatasi panas, perangkat ini bisa menjadi sumber bahaya jika tidak dibersihkan secara rutin.
Risiko infeksi pernapasan, termasuk pneumonia akibat Legionella pneumophila, bisa menyerang anak-anak yang sistem imunnya belum sempurna.
Untuk menjaga anak tetap sehat, penting bagi orang tua untuk bijak menggunakan perangkat pendingin udara dan menjaga kebersihannya secara berkala.