“Ketika bayi susah BAB (buang air besar), tentunya ibu tidak boleh mengabaikan kondisi ini agar tidak menimbulkan masalah kesehatan lainnya. Ada berbagai penyebabnya, mulai dari perubahan pola makan hingga dehidrasi."

 

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2023/06/21051436/Gangguan-Mental-Ibu-Dapat-Sebabkan-Bayi-Stunting.jpg.webp

 

Sebaiknya ibu jangan mengabaikan penurunan frekuensi BAB pada bayi. Selain itu, perhatikan juga kondisi BAB pada bayi. Jika bayi terlihat mengalami kesulitan BAB, segera lakukan penanganan dan jangan abaikan kondisi ini.

Nah, ada berbagai penyebab bayi mengalami kesulitan BAB. Salah satu penyebabnya masalah pada pencernaan. Selain itu, ibu juga perlu mengetahui gejalanya agar kondisi ini dapat segera teratasi, sehingga tidak menyebabkan gangguan pada tumbuh kembang bayi.

 

Penyebab Bayi Susah BAB

Ada berbagai penyebab bayi susah BAB yang perlu ibu ketahui. Setelah mengetahui penyebabnya, dokter akan menentukan perawatan yang tepat untuk anak. Nah, beberapa penyebab bayi susah BAB.

1. Kelahiran prematur

Bayi yang mengalami kelahiran prematur akan berisiko tinggi mengalami konstipasi. Hal ini terjadi karena sistem pencernaan bayi yang belum optimal saat lahir. 

Alhasil, pengonsumsian ASI akan bergerak lebih lambat melalui pencernaan sehingga tidak terproses dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan feses menjadi keras dan kering sehingga bayi mengalami konstipasi.

2. Dehidrasi

Kekurangan cairan dapat menyebabkan bayi mengalami konstipasi. Saat bayi dehidrasi, maka feses akan menjadi keras dan kering sehingga sulit untuk dikeluarkan. Untuk itu, pastikan bayi mendapatkan cukup ASI untuk mencegah konstipasi.

3. Mengalami gangguan kesehatan

Selain kekurangan cairan, bayi juga dapat mengalami konstipasi ketika mengalami gangguan kesehatan, khususnya pada sistem pencernaan.

Jika kondisi ini tidak membaik dalam waktu beberapa hari, sebaiknya ibu tanyakan langsung pada dokter spesialis anak.

Mendeteksi penyakit dan penanganan yang lebih dini membuat pengobatan menjadi lebih mudah untuk dilakukan.

 4. Asupan susu formula

Jenis makanan yang diberikan kepada bayi memengaruhi pola buang air besarnya.

ASI mengandung nutrisi alami dan serat yang lebih mudah cerna, sehingga cenderung meminimalkan risiko sembelit. 

Di sisi lain, formula susu cenderung memiliki komposisi yang berbeda dan mungkin kurang serat, yang dapat menyebabkan bayi lebih sulit buang air besar.

5. Perubahan pola makan

Ketika bayi sudah mengonsumsi makanan pendamping ASI, kondisi ini dapat meningkatkan risiko konstipasi. Perubahan pola makan dapat memengaruhi konsistensi dan frekuensi buang air besar.

Makanan yang kurang serat dan perubahan tekstur juga bisa memicu perubahan dalam pencernaan bayi. Jadi, pastikan ibu memberikan tahapan tekstur yang tepat pada bayi.

 

Cara Mengatasi Bayi Susah BAB

Lalu, bagaimana mengatasi bayi susah BAB? Ibu bisa mencoba untuk melakukan beberapa cara sederhana di rumah sebagai langkah perawatan yang pertama, seperti:

1. Mandikan dengan air hangat

Ibu juga bisa memandikan anak dengan air hangat. Perawatan ini membuat anak menjadi lebih rileks dan nyaman, sehingga mengurangi rewel yang terjadi ketika anak kesulitan BAB.

Melansir dari International Scholarship Conference dengan judul The Effectiveness of Warm Water Therapy for Constipation, air hangat bisa melembapkan feses dalam usus sehingga feses menjadi lebih mudah dikeluarkan.

2. Perbanyak asupan air putih

Selain memberikan ASI, jika anak sudah memasuki usia 6 bulan ke atas, ibu bisa memberikan anak asupan air putih. Melansir dari Current Research in Nutrition and Food Science dengan judul Water Intake, Dietary Fibre, Defecatory Habits and its Association with Chronic Functional Constipation, kurang air putih dapat menyebabkan feses menjadi keras sehingga memicu terjadinya konstipasi.

Dengan memberikan banyak air putih, maka feses akan lebih lembut dan mudah bergerak pada saluran pencernaan sehingga menurunkan konstipasi pada anak. 

3. Berikan pijatan lembut

Ibu juga bisa memberikan pijatan lembut pada bagian perut bayi untuk membantu melancarkan BAB. Melansir dari Jurnal Kedokteran Universitas Lampung dengan judul Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konstipasi, pijat dapat menstimulasi gerakan peristaltik dan meningkatkan frekuensi buang air besar pada pengidap konstipasi.

Teknik pijat dapat mengatasi konstipasi karena berkaitan dengan kombinasi stimulasi dan relaksasi. Namun, sebelum memijat bayi, pastikan suhu ruangan nyaman untuk bayi saat tidak menggunakan pakaian, hangatkan tangan ibu terlebih dahulu, dan buatlah suasana yang nyaman.

Ibu bisa menggunakan minyak yang sesuai dengan kondisi kulit bayi. Untuk memulai pijatan, letakkan tangan pada bawah pusar. Usap perlahan ke arah bawah seperti mengayuh. Kemudian, usap lembut searah jarum jam dengan membentuk lingkaran.

Setelah itu, ibu bisa mencoba untuk menggerakan kaki bayi seperti mengayuh sepeda. Lakukan perlahan dengan lembut dan nyaman.

4. Lebih rutin memberikan ASI

Jika konstipasi terjadi akibat kekurangan cairan, sebaiknya ibu rutin berikan ASI secara langsung agar kebutuhan cairan tubuh pada bayi bisa terpenuhi. 

Jika bayi sudah berusia di atas enam bulan atau telah menjalani MPASI, ibu bisa memberikan cairan lain, seperti air putih atau jus apel tanpa gula.

5. Mengajak bayi melakukan aktivitas fisik

Jika bayi sudah belajar merangkak atau bisa duduk sendiri, sebaiknya cobalah untuk mengajaknya melakukan aktivitas fisik.

Pergerakan tersebut membuat feses menjadi lebih mudah untuk bergerak dan dikeluarkan dari dalam perut.

6. Mengatur jenis makanan dan minuman anak

Ketika anak masuk usia MPASI, ibu bisa mengatasi konstipasi dengan mengatur jenis makanan dan minuman anak. Pilihlah beberapa buah dan sayur yang baik untuk melancarkan pencernaan, seperti pir dan brokoli.

Selain itu, perhatikan pemberian tekstur makanan dan porsinya. Pastikan teksturnya sesuai dengan usia anak. Berikan juga porsi dalam jumlah yang kecil atau sedikit terlebih dahulu.

7. Lakukan pemeriksaan secara medis

Jika berbagai cara alami tidak menyebabkan konstipasi membaik, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan kesehatan pada rumah sakit. Konstipasi yang tidak membaik bisa tentunya memerlukan pengobatan secara medis.

Itulah beberapa penyebab bayi susah BAB yang tidak boleh ibu abaikan.

 

 

 

 

 

 

Referensi:
Parents. Diakses pada 2023. Constipation in Babies: Symptoms, Causes, and Cures.
Pregnancy Birth and Babies. Diakses pada 2023. Constipation in Babies.
The Bump. Diakses pada 2023. How to Identify and Relieve Baby Constipation.
Physio-Wise. Diakses pada 2023. Infant Massage for Constipation.
Current Research in Nutrition and Food Science. Diakses pada 2023. Water Intake, Dietary Fibre, Defecatory Habits and its Association with Chronic Functional Constipation.
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung. Diakses pada 2023. Pengaruh Terapi Pijat Terhadap Konstipasi.
International Scholarship Conference. Diakses pada 2023. The Effectiveness of Warm Water Therapy for Constipation.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Mencium atau menyentuh bayi merupakan hal yang biasa dilakukan. Akan tetapi ternyata mencium bayi tidak boleh sembarangan karena dapat menimbulkan beberapa penyakit berbahaya bagi bayi.”

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2023/04/24045320/X-Bahaya-Cium-Bayi-Sembarangan-yang-Jarang-Diketahui.jpg.webp

 

Ketika kumpul keluarga saat Lebaran, pasti ada beberapa sepupu atau keponakan yang masih bayi. Melihat mereka yang menggemaskan ini, rasanya ingin sekali mengelus atau mencium mereka. 

Meskipun kelihatannya sederhana, ternyata mencium bayi dapat membahayakan kondisi kesehatan mereka lho. Sebab, kulit bayi yang tipis dan sistem kekebalan tubuh mereka yang masih lemah, membuat mereka lebih sensitif terhadap sentuhan, termasuk juga ciuman. Oleh karena itu yuk ketahui apa saja, sih, bahaya mencium bayi. 

 

Bahaya Mencium Bayi Sembarangan

Berikut ini penyakit yang bisa terjadi karena mencium bayi sembarangan:

1. Infeksi Virus RSV

Respiratory Syncytial Virus (RSV) adalah virus yang menginfeksi paru-paru atau saluran pernapasan. Virus ini sangat menular dan umumnya menyerang anak-anak atau bayi sehingga membuat mereka kesulitan bernapas.

Pada anak yang lebih besar usianya, gejalanya bisa ringan dan mirip seperti flu biasa, akan tetapi pada bayi, kondisi ini bisa menjadi serius dan berpotensi fatal. RSV dapat menyebabkan masalah pernapasan yang parah dan dapat mempengaruhi jantung dan otak bayi, terutama bagi bayi prematur yang cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

2. Herpes Simplex Tipe 1

Disebut juga sebagai luka dingin atau herpes oral, penyakit ini mungkin yang paling berbahaya yang terjadi pada bayi, akibat dicium oleh orang lain.

Penyakit ini terjadi karena virus herpes simplex tipe 1 (HSV 1) ini, dapat ditularkan melalui kecupan, bahkan hanya kecupan pada tangan saja. Awalnya, luka lecet akan terbentuk di sekitar bibir dan mulut, kemudian menyebar ke bagian wajah lainnya seperti hidung, pipi, dan dagu.

Tak hanya itu, jika tidak segera ditangani, herpes pada bayi juga dapat menyebabkan peradangan otak. Ingat, jika virus ini sudah memasuki tubuh, akan bertahan seumur hidup hingga bayi dewasa. Jadi, jaga bayi agar tidak dicium oleh sembarangan orang atau mereka yang didiagnosis herpes tipe 1.

3. Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM)

Penyakit ini umumnya terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Penularannya dapat melalui kontak fisik seperti berpelukan atau mencium bayi.

Demam, sariawan, bisul, dan ruam kulit di sekitar mulut, tangan, dan kaki, merupakan tanda anak tertular penyakit ini. Meski sebenarnya tidak fatal, PTKM dapat menyebabkan masalah pada bayi yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah.

4. Alergi

Mencium bayi ternyata dapat memicu alergi. Orang dewasa biasanya menggunakan produk perawatan kulit atau produk kosmetik yang mengandung bahan kimia. Jika bayi terpapar bahan kimia tersebut maka dapat menyebabkan iritasi kulit atau reaksi alergi. 

Selain itu, orang yang baru saja mengonsumsi makanan seperti produk susu, kacang-kacangan, atau makanan alergen pada umumnya, jika mereka langsung mencium bayi, bayi akan terpapar oleh zat alergen tersebut dan berisiko menimbulkan reaksi alergi.

5. Gigi Berlubang

Penyebab utama gigi berlubang adalah kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut. Namun, faktanya yang mungkin jarang kamu dengar, gigi berlubang pada bayi dapat terjadi karena bakteri streptococcus mutans.

Nah, bakteri ini berada dalam air liur dan bisa ditularkan ke anak melalui ciuman, berbagi makanan dengan anak, atau meniup makanan anak.

6. Sistem Kekebalan Tubuh Melemah

Bayi paling rentan terhadap penyakit selama beberapa bulan awal ketika bakteri usus mereka masih dalam tahap perkembangan. Oleh karena itu, setiap anak atau orang dewasa yang ingin bersentuhan dengan bayi harus memastikan bahwa tangan mereka benar-benar bersih dan tidak memiliki tanda-tanda penyakit menular.

Biasanya orang dewasa atau anak-anak tidak menyadari penyakit yang mereka bawa, lalu mereka menularkan penyakit pada bayi dengan mencium bayi. 

Jika ini terjadi, bayi harus melawan kuman dan virus dengan kekebalan tubuh mereka yang masih lemah, dan akibatnya bayi menjadi mudah sekali jatuh sakit.

Itulah beberapa penyakit yang dapat terjadi akibat mencium bayi sembarangan. Mulai sekarang, jika kamu ingin menyentuh atau mencium bayi sebaiknya pastikan kondisimu sehat dan tangan benar-benar bersih. Jangan lupa juga meminta izin dari orang tua bayi terlebih dahulu, sebelum menyentuhnya. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Referensi:
Pediatric East. Diakses pada 2023. The Dangers of Kissing Babies.
First Cry Parenting. Diakses pada 2023. Kissing a Baby – Is It Harmful for Your Child?

 

 

“Mencium atau menyentuh bayi merupakan hal yang biasa dilakukan. Akan tetapi ternyata mencium bayi tidak boleh sembarangan karena dapat menimbulkan beberapa penyakit berbahaya bagi bayi.”

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2023/04/24045320/X-Bahaya-Cium-Bayi-Sembarangan-yang-Jarang-Diketahui.jpg.webp

 

Ketika kumpul keluarga saat Lebaran, pasti ada beberapa sepupu atau keponakan yang masih bayi. Melihat mereka yang menggemaskan ini, rasanya ingin sekali mengelus atau mencium mereka. 

Meskipun kelihatannya sederhana, ternyata mencium bayi dapat membahayakan kondisi kesehatan mereka lho. Sebab, kulit bayi yang tipis dan sistem kekebalan tubuh mereka yang masih lemah, membuat mereka lebih sensitif terhadap sentuhan, termasuk juga ciuman. Oleh karena itu yuk ketahui apa saja, sih, bahaya mencium bayi. 

 

Bahaya Mencium Bayi Sembarangan

Berikut ini penyakit yang bisa terjadi karena mencium bayi sembarangan:

1. Infeksi Virus RSV

Respiratory Syncytial Virus (RSV) adalah virus yang menginfeksi paru-paru atau saluran pernapasan. Virus ini sangat menular dan umumnya menyerang anak-anak atau bayi sehingga membuat mereka kesulitan bernapas.

Pada anak yang lebih besar usianya, gejalanya bisa ringan dan mirip seperti flu biasa, akan tetapi pada bayi, kondisi ini bisa menjadi serius dan berpotensi fatal. RSV dapat menyebabkan masalah pernapasan yang parah dan dapat mempengaruhi jantung dan otak bayi, terutama bagi bayi prematur yang cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

2. Herpes Simplex Tipe 1

Disebut juga sebagai luka dingin atau herpes oral, penyakit ini mungkin yang paling berbahaya yang terjadi pada bayi, akibat dicium oleh orang lain.

Penyakit ini terjadi karena virus herpes simplex tipe 1 (HSV 1) ini, dapat ditularkan melalui kecupan, bahkan hanya kecupan pada tangan saja. Awalnya, luka lecet akan terbentuk di sekitar bibir dan mulut, kemudian menyebar ke bagian wajah lainnya seperti hidung, pipi, dan dagu.

Tak hanya itu, jika tidak segera ditangani, herpes pada bayi juga dapat menyebabkan peradangan otak. Ingat, jika virus ini sudah memasuki tubuh, akan bertahan seumur hidup hingga bayi dewasa. Jadi, jaga bayi agar tidak dicium oleh sembarangan orang atau mereka yang didiagnosis herpes tipe 1.

3. Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM)

Penyakit ini umumnya terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Penularannya dapat melalui kontak fisik seperti berpelukan atau mencium bayi.

Demam, sariawan, bisul, dan ruam kulit di sekitar mulut, tangan, dan kaki, merupakan tanda anak tertular penyakit ini. Meski sebenarnya tidak fatal, PTKM dapat menyebabkan masalah pada bayi yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah.

4. Alergi

Mencium bayi ternyata dapat memicu alergi. Orang dewasa biasanya menggunakan produk perawatan kulit atau produk kosmetik yang mengandung bahan kimia. Jika bayi terpapar bahan kimia tersebut maka dapat menyebabkan iritasi kulit atau reaksi alergi. 

Selain itu, orang yang baru saja mengonsumsi makanan seperti produk susu, kacang-kacangan, atau makanan alergen pada umumnya, jika mereka langsung mencium bayi, bayi akan terpapar oleh zat alergen tersebut dan berisiko menimbulkan reaksi alergi.

5. Gigi Berlubang

Penyebab utama gigi berlubang adalah kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut. Namun, faktanya yang mungkin jarang kamu dengar, gigi berlubang pada bayi dapat terjadi karena bakteri streptococcus mutans.

Nah, bakteri ini berada dalam air liur dan bisa ditularkan ke anak melalui ciuman, berbagi makanan dengan anak, atau meniup makanan anak.

6. Sistem Kekebalan Tubuh Melemah

Bayi paling rentan terhadap penyakit selama beberapa bulan awal ketika bakteri usus mereka masih dalam tahap perkembangan. Oleh karena itu, setiap anak atau orang dewasa yang ingin bersentuhan dengan bayi harus memastikan bahwa tangan mereka benar-benar bersih dan tidak memiliki tanda-tanda penyakit menular.

Biasanya orang dewasa atau anak-anak tidak menyadari penyakit yang mereka bawa, lalu mereka menularkan penyakit pada bayi dengan mencium bayi. 

Jika ini terjadi, bayi harus melawan kuman dan virus dengan kekebalan tubuh mereka yang masih lemah, dan akibatnya bayi menjadi mudah sekali jatuh sakit.

Itulah beberapa penyakit yang dapat terjadi akibat mencium bayi sembarangan. Mulai sekarang, jika kamu ingin menyentuh atau mencium bayi sebaiknya pastikan kondisimu sehat dan tangan benar-benar bersih. Jangan lupa juga meminta izin dari orang tua bayi terlebih dahulu, sebelum menyentuhnya. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Referensi:
Pediatric East. Diakses pada 2023. The Dangers of Kissing Babies.
First Cry Parenting. Diakses pada 2023. Kissing a Baby – Is It Harmful for Your Child?