“Polusi udara termasuk salah satu penyebab yang menimbulkan masalah kesehatan terkait pernapasan. Pastikan untuk tahu cara menghindarinya, terlebih saat kualitas udara sedang buruk belakangan ini.”

 

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2022/08/04072022/cara-menjaga-kesehatan-pernapasan-dari-polusi-udara-halodoc.jpg.webp

 

Kualitas udara di Indonesia, sedang tidak baik-baik saja. Sebab, merujuk angka kualitas udara dalam kategori baik ada di angka 0-50.

Kalau sudah begini, risiko untuk terserang gangguan pernapasan lebih tinggi. Sebaiknya, lakukan hal-hal ini guna menjaga kesehatan pernapasan:

 

1. Menggunakan Masker saat Keluar Rumah

Masker wajah tidak menawarkan perlindungan sempurna terhadap polusi udara. Namun, cara ini dapat berguna untuk menyaring udara yang masuk ke tubuh saat buruk.

Adapun, masker yang paling efektif untuk melindungi tubuh dari pencemaran udara adalah masker industri. Jika sulit, alternatifnya adalah menggunakan masker yang sekali pakai seperti N-95 atau P-100. Fungsinya sama yakni menyaring udara kotor hingga menangkal bakteri berbahaya masuk ke dalam tubuh.

 

2. Membeli Tanaman Pemurni Udara

Kamu juga bisa, lho, membeli tanaman pemurni udara untuk menyaring polusi masuk ke area rumah. Beberapa jenis tanaman tersebut, antara lain Hedera, Dracaena, Aloe Vera, Palem Kuning, dan Lili Paris.

 

3. Gunakan Air Purifier

Air Purifier dapat membersihkan udara yang kotor di dalam ruangan. Pasalnya, paparan jangka panjang dari udara yang kotor dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit. Contohnya, penyakit jantung, masalah pernapasan, penurunan kekebalan, hingga kanker. 

 

4. Konsumsi Makanan Sehat

Kamu juga disarankan untuk rutin mengonsumsi makanan sehat, agar tubuh terlindungi dari berbagai bahaya akibat polusi udara. Berbagai makanan yang direkomendasikan, antara lain buah, sayur, kacang-kacangan, serta lemak sehat. Asupan vitamin juga disarankan untuk dipenuhi agar sistem kekebalan tubuh lebih kuat.

 

5. Bijak dalam Berolahraga

Saat kualitas udara sedang buruk, alangkah lebih baik untuk berolahraga di taman yang jauh dari kemacetan. Jika tempat tersebut sulit dijangkau, ada baiknya berolahraga di rumah. Pilihan lainnya adalah dengan mendaftar di tempat gym yang di dalam ruangan.

Berolahraga dapat meningkatkan sistem kekebalan dan memperkuat sistem kardiovaskular pada tubuh. Agar manfaatnya dirasakan tubuh, sebaiknya melakukan hal ini secara rutin.

 

6. Memiliki Ventilasi yang Baik

Area rumah yang tidak memiliki ventilasi rentan menjadi tempat penumpukan asap, bakteri berbahaya, hingga jamur. Dengan adanya ventilasi, berbagai hal yang dapat membahayakan kesehatan bisa diminimalisir. Alur angin yang baik dapat membuat udara menjadi lebih bersih dan lebih sehat.

Itulah beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan pernapasan dari polusi udara. Dengan menerapkan semua hal yang disebutkan, diharapkan risiko penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara dapat diminimalisir.

 

 

 

 

 

 

Referensi:
Earth Eclipse. Diakses pada 2022. 10 Easy Ways to Protect Yourself From Air Pollution.
IQ Air. Diakses pada 2022. Kualitas udara di Jakarta.
American Lung Association. Diakses pada 2022. Protecting Your Lungs.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

https://d1bpj0tv6vfxyp.cloudfront.net/articles/b96d4f29-3547-4e62-86ca-6687b9cc66fc_article_image_url.webp

 

Salah satu bentuk upaya menjaga kesehatan yang perlu dilakukan oleh orang yang sudah lanjut usia adalah melakukan tes kesehatan. Hal ini penting agar masalah kesehatan dapat dideteksi dan ditangani sedini mungkin sebelum berkembang menjadi kondisi yang lebih parah. Yuk, simak tes kesehatan yang perlu dilakukan rutin oleh para lansia di bawah ini.

 

1. Pemeriksaan Tekanan Darah

Tekanan darah tinggi atau yang dikenal juga dengan hipertensi adalah masalah yang umum terjadi di kalangan lansia. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada 64 persen pria dan 69 persen wanita antara usia 65 dan 74 tahun mengalami tekanan darah tinggi.

Hipertensi sering disebut juga “silent killer” karena gejalanya mungkin tidak akan muncul sampai pada tahap yang sudah parah. Hal ini meningkatkan risiko stroke dan serangan jantung. Itulah mengapa penting sekali bagi lansia untuk memeriksakan tekanan darah mereka setidaknya setahun sekali. 

 

2. Tes Darah untuk Lipid

Tes darah untuk mengukur kadar kolesterol dan trigliserida juga penting dilakukan untuk mengurangi risiko serangan jantung dan stroke. Bila hasil tes menunjukkan kadar kolesterol atau trigliserida yang tinggi, dokter dapat merekomendasikan diet, perubahan gaya hidup, atau meresepkan obat-obatan untuk menguranginya.

 

3. Pemeriksaan Kanker Kolorektal

Kolonoskopi adalah tes di mana dokter akan memasukkan tabung panjang dengan kamera kecil di ujung tabung ke dalam rektum untuk mendapatkan gambaran usus untuk mendeteksi polip kanker. 

Polip adalah pertumbuhan jaringan yang tidak normal. Setelah usia 50 tahun, kamu dianjurkan untuk melakukan kolonoskopi setiap 10 tahun sekali. Bila polip ditemukan atau bila kamu memiliki riwayat keluarga kanker kolorektal, kamu perlu melakukan pemeriksaan ini lebih sering. 

Pemeriksaan colok dubur juga dapat dilakukan untuk memeriksa adanya massa di saluran anus. Namun, pemeriksaan ini hanya memeriksa bagian bawah rektum, sedangkan kolonoskopi dapat memindai seluruh rektum.

Kanker kolorektal sebenarnya dapat disembuhkan bila diketahui lebih awal. Namun, pada kebanyakan kasus, kanker ini tidak terdeteksi sampai mereka sudah berkembang ke tahap yang lebih parah.

 

4. Vaksinasi

Para lansia juga harus membicarakan pada dokter apakah mereka perlu mendapatkan vaksinasi tertentu. Misalnya, vaksin tetanus yang harus ditambah tiap 10 tahun sekali. CDC juga merekomendasikan vaksin flu tahunan untuk semua orang, terutama bagi mereka yang sakit kronis.

Pada usia 65 tahun, tanyakan pada dokter tentang vaksin pneumokokus yang bermanfaat untuk melindungi dari pneumonia dan infeksi lainnya.

 

5. Tes Mata

American Academy of Ophthalmology menyarankan orang dewasa untuk melakukan skrining mata awal pada usia 40 tahun. Penyakit mata, seperti degenerasi makula, katarak, dan glaukoma umum terjadi seiring bertambahnya usia. Skrining dapat menjaga kesehatan dan memaksimalkan penglihatan kamu. Tanyakan pada dokter seberapa sering kamu perlu memeriksakan mata. Bagi kamu yang menggunakan kacamata atau lensa kontak, mungkin perlu melakukan tes mata lebih sering daripada mereka yang tidak.

 

6. Pemeriksaan Periodontal

Kesehatan mulut menjadi sangat penting untuk diperhatikan seiring bertambahnya usia. Hal ini karena banyak orang yang lebih tua mengonsumsi obat-obatan yang dapat berdampak buruk pada kesehatan gigi. Obat-obatan tersebut, antara lain antihistamin, diuretik, dan antidepresan. Selain itu, penyakit gusi juga dapat meningkatkan risiko serangan jantung yang menjadi alasan lain bagi lansia untuk mengunjungi dokter gigi secara teratur.

 

7. Tes Pendengaran

Berkurangnya pendengaran seringkali menjadi proses alami dari penuaan. Kondisi ini kadang-kadang juga dapat disebabkan oleh infeksi atau kondisi medis lainnya. Jadi, para lansia dianjurkan untuk melakukan audiogram setiap dua atau tiga tahun sekali.

Audiogram memeriksa pendengaran di berbagai nada dan tingkat intensitas. Kebanyakan gangguan pendengaran dapat diobati, meski pilihan perawatan tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan gangguan pendengaran kamu.

 

8. Scan Kepadatan Tulang

Osteoporosis adalah salah satu masalah kesehatan yang tidak boleh diabaikan. Bila kamu mengidap penyakit tersebut dan mengalami patah tulang, terutama di pinggul, hal ini dapat meningkatkan risiko cacat permanen atau kematian. Jadi, mintalah dokter untuk merekomendasikan kamu untuk melakukan tes kepadatan tulang. Bagi wanita, tes kepadatan tulang perlu dilakukan pada usia 65 tahun. Bila seorang wanita berisiko lebih tinggi mengalami osteoporosis, tes skrining mungkin perlu dilakukan pada usia lebih dini.

 

 

 

 

 

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2020. The Health Tests Seniors Need.
WebMD. Diakses pada 2020. Medical Tests for Your 60s and Up.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"Setelah melakukan imunisasi, anak bisak mendadak jadi rewel atau bahkan menangis tanpa henti. Jika ini terjadi, ibu bisa menciptakan lingkungan yang nyaman dan memenuhi kebutuhan cairan Si Kecil. "

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2021/08/09081751/Anak-Menangis-Tanpa-Henti-setelah-Imunisasi-Orangtua-Harus-Apa.jpg.webp

 

Vaksin membuat Si Kecil aman dari penyakit menular. Namun, seperti halnya pengobatan apa pun, Si Kecil mungkin mengalami efek samping setelah melakukan imunisasi.

Efek samping setelah imunisasi sebagian besar bersifat ringan dan biasanya berlangsung 1 hingga 2 hari. Umumnya adalah demam di atas 38.5 derajat Celsius, kemerahan, pembengkakan, dan nyeri.

Jika mengalami hal tersebut, Si Kecil bisa saja mendadak menjadi rewel. Untuk mengatasinya, ibu bisa melakukan beberapa langkah di bawah ini.

 

Penyebab Anak Menangis Setelah Imunisasi

Setelah diimunisasi mungkin akan muncul perasaan tidak nyaman pada Si Kecil. Mereka juga bisa saja mengalami takut dan cemas selama proses penyuntikan berlangsung.

Hal-hal tersebut bisa menjadi penyebab Si Kecil menjadi rewel setelah pelaksanaan imunisasi. Namun ternyata, bukan hanya itu saja, rewel pasca imunisasi juga dapat terjadi karena:

1. Demam 

Demam adalah salah satu efek samping dari imunisasi. Hal ini terjadi akibat masuknya zat asing ke dalam tubuh anak. Akibatnya, terjadi peningkatan suhu yang membuat Si Kecil menjadi rewel. 

Umumnya anak akan mengalami demam beberapa jam setelah imunisasi. Namun, jangan khawatir, demam pasca imunisasi menunjukan bahwa tubuh Si Kecil sedang membentuk antibodi. 

Klik artikel ini selengkapnya tentang jadwal imunisasi 2023: Jangan Terlewatkan, Ini Jadwal Imunisasi Anak Menurut Rekomendasi IDAI 2023 

2. Panik 

Banyak anak takut terhadap jarum atau suntikan. Ketika mereka melihat jarum, perasaan ketidaknyamanan atau ketakutan dapat muncul, sehingga membuat mereka merasa panik.

Beberapa anak mungkin merespons situasi tersebut dengan reaksi emosional seperti ketakutan, kebingungan, atau stres. Bahkan ada yang bisa berujung dengan rewel, lalu menangis.

3. Nyeri di area bekas suntikan

Rasa nyeri berlebihan jadi salah satu penyebab anak rewel setelah diimunisasi. Tak hanya rasa sakit atau ketidaknyamanan, bekasnya masuknya jarum ke dalam tubuh juga bisa menyebabkan gatal.

 

Tips Mengatasi Anak Rewel Pasca Imunisasi

Anak dapat menjadi rewel setelah imunisasi karena respons alami tubuh terhadap vaksin. Ini adalah hal yang umum dan normal. Salah satu alasannya adalah respon sistem kekebalan tubuh.

Saat ini, tubuh sedang bereaksi terhadap vaksin. Hal ini dapat menyebabkan gejala ringan seperti demam ringan, nyeri atau kemerahan di tempat suntikan, atau ketidaknyamanan.

Ibu bisa meredakannya dengan beberapa langkah di bawah ini:

1. Perhatikan demamnya 

Periksa temperatur tubuh anak pasca melakukan imunisasi dasar anak. Menangis tanpa henti merupakan indikasi adanya rasa tidak nyaman pada Si Kecil. Gunakan termometer untuk memeriksa suhu tubuhnya. 

Bila suhunya sedang tinggi, maka ibu bisa mengompres dahi dan bekas luka suntikannya agar anak merasa lebih nyaman. Jangan lupa untuk menggunakan air yang tidak terlalu dingin. 

2. Berikan obat pereda demam

Jika anak mengalami demam ringan atau nyeri setelah vaksinasi, berikan obat pereda demam sesuai dengan dosis anjuran oleh dokter. Ini dapat membantu meredakan ketidaknyamanan.

3. Cukupi asupan cairan tubuhnya

Pastikan anak terhidrasi dengan baik. Jika masih di bawah dua tahun, sebaiknya penuhi asupannya dengan memberikan ASI. Cara ini dapat membantu mengurangi demam dan meredakan reaksi pasca imunisasi.

4. Ciptakan kenyamanan untuknya

Pastikan ibu memakaikan Si Kecil baju yang nyaman dan dari bahan yang tidak panas, seperti katun atau rayon. Hindari penggunaan pakaian yang terlalu tebal dan dari bahan yang panas untuk mencegah rasa tidak nyaman.

5. Konsultasikan dengan dokter

Ibu bisa ngobrol langsung dengan dokter spesialis anak jika Si Kecil terus-menerus rewel. Sebab, bisa jadi ada yang salah dengan kesehatannya.

 

 

 

 

 

Referensi: 

Immunize.org. Diakses pada 2021. After The Shots, What to do if your child has discomfort? 
Better Health. Diakses pada 2023. Immunisation – side effects.
National Health Service UK. Diakses pada 2023. Vaccination tips for parents.
Cochrane Database of Systemic. Diakses pada 2021. Does breastfeeding reduce vaccination pain in babies aged 1 to 12 months?