“Perilaku yang menunjukkan anak memiliki masalah dengan perhatian ataupun fokus adalah tanda perilaku ADHD. Misalnya ketidakmampuan untuk fokus pada satu aktivitas, atau kesulitan memberikan respon.”

 

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2022/09/11011615/ibu-kenali-tanda-tanda-perilaku-adhd-pada-balita-halodoc.jpg.webp

Tak sedikit orang tua yang tidak mengetahui tanda perilaku atau gejala ADHD. Kondisi ini mencakup kombinasi masalah yang terus-menerus, seperti kesulitan mempertahankan perhatian, hiperaktif, dan perilaku impulsif.

Anak-anak dengan ADHD juga mungkin punya masalah dengan rasa percaya diri dan belajar di sekolah. Gejala ADHD dimulai sebelum usia 12 tahun, dan pada beberapa anak, gejala tersebut bisa terlihat sejak usia 3 tahun.

 

Yuk, kenali tanda-tanda perilaku ADHD pada anak balita di sini!

Tanda Perilaku ADHD pada Anak

Penanganan ADHD sejak dini dapat membantu mengobati gejala, sehingga anak bisa lebih beradaptasi dengan lingkungan, dan menemukan potensi diri.

 

Apa saja gejala ataupun tanda perilaku ADHD pada anak balita? Ini ulasannya:

1. Kesulitan untuk Fokus 

Perilaku yang menunjukkan anak memiliki masalah dengan perhatian ataupun fokus adalah tanda perilaku ADHD.

Misalnya ketidakmampuan untuk fokus pada satu aktivitas, kesulitan memberikan respon karena tidak fokus, atau kesulitan mengikuti instruksi dan memproses informasi. 

2. Kerap Gelisah dan Tidak Tenang 

Gelisah dan tidak tenang yang mengacu pada aktivitas hiperaktif adalah tanda perilaku ADHD pada balita. 

Ada beberapa gejala ataupun perilaku yang bisa dilihat, seperti  memiliki ketidakmampuan untuk duduk diam untuk kegiatan yang tenang seperti makan atau ketika orang tua membacakan buku. 

Ia juga biasanya terus berbicara dan membuat kebisingan secara berlebihan, berlari dari mainan ke mainan, atau terus bergerak.

Selain itu, ibu juga perlu tahu Pentingnya Mengenali Gejala Awal ADHD pada Anak.

3. Impulsif

Tanda lain dari perilaku ADHD pada balita adalah impulsif. Nah, beberapa tanda impulsif pada anak kecil antara lain:

  • Menunjukkan ketidaksabaran yang ekstrem dengan orang lain.
  • Menolak menunggu giliran saat bermain dengan anak lain.
  • Menyela ketika orang lain sedang berbicara.
  • Melontarkan komentar pada waktu yang tidak tepat.
  • Mengalami kesulitan mengendalikan emosinya.
  • Menjadi rentan terhadap ledakan emosi.
  • Mengganggu ketika orang lain sedang bermain, daripada meminta terlebih dahulu untuk bergabung.

4. Menunjukkan Gejala Tambahan Lainnya 

Selain apa yang sudah disebutkan di atas, balita dengan ADHD juga akan menunjukkan perilaku lain, seperti: 

  • Perilaku agresif saat bermain.
  • Kurang hati-hati dengan orang asing.
  • Perilaku yang terlalu berani.
  • Membahayakan diri sendiri atau orang lain karena keberaniannya.
  • Ketidakmampuan untuk melompat dengan satu kaki pada usia 4 tahun.

Jika anak balita sudah menunjukkan beberapa gejala demikian, ada baiknya orang tua segera melakukan konsultasi dengan dokter, supaya anak mendapatkan penanganan yang tepat. 

 

Risiko Komplikasi ADHD pada Balita 

Deteksi gejala ataupun tanda perilaku ADHD pada anak balita menjadi bagian penting, supaya orang tua bisa segera memberikan perawatan dan penanganan kepada anak.

ADHD dapat berlangsung hingga dewasa, dan dalam perkembangannya bisa membawa pada komplikasi lain seperti: 

  • Tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial. 
  • Tidak hati-hati sehingga bisa lebih sering mengalami kecelakaan. 
  • Cenderung memiliki harga diri yang buruk.
  • Berada pada peningkatan risiko penyalahgunaan alkohol dan narkoba dan perilaku nakal lainnya.

ADHD tidak menyebabkan masalah psikologis atau perkembangan lainnya.

Nah, anak-anak dengan ADHD lebih cenderung memiliki kondisi seperti:

  • Oppositional defiant disorder (ODD), yakni pola perilaku negatif, menantang dan bermusuhan terhadap figur otoritas.
  • Gangguan perilaku, yang bisa berupa perilaku antisosial seperti mencuri, berkelahi, merusak properti, dan menyakiti orang atau hewan.
  • Gangguan disregulasi suasana hati yang mengganggu, ciri-cirinya yaitu mudah tersinggung (iritabilitas) dan kesulitan menoleransi frustrasi.
  • Ketidakmampuan belajar, termasuk masalah dengan membaca, menulis, memahami dan berkomunikasi.
  • Gangguan kecemasan, yang dapat menyebabkan kekhawatiran dan kegugupan yang berlebihan, ini termasuk juga gangguan obsesif kompulsif (OCD).
  • Masalah suasana hati, termasuk depresi dan gangguan bipolar, yang meliputi depresi serta perilaku manik.
  • Gangguan spektrum autisme, suatu kondisi terkait dengan perkembangan otak yang memengaruhi cara seseorang memandang dan bersosialisasi dengan orang lain.

Itulah tanda perilaku ADHD pada balita.

 

 

 

 

 

Referensi:
Healthline. Diakses pada 2023. Signs and Symptoms of ADHD in Toddlers.
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD) in children.

 

 

 

 

 

 

Susah buang air besar pada bayi yang hanya mengonsumsi air susu ibu adalah hal yang wajar. Hampir semua zat dalam ASI terserap di dalam tubuh bayi, sehingga yang dikeluarkan dalam bentuk feses hanya sedikit.”

 

Saat bayi tiba-tiba mengalami susah buang air besar (BAB), orang tua mungkin akan merasa khawatir. Ibu mungkin berpikir, susah BAB pada bayi terjadi karena Si Kecil hanya konsumsi air susu ibu (ASI). Lantas, benarkah bayi susah BAB bisa terjadi walau ia hanya mengonsumsi ASI?

Frekuensi dan pola BAB pada bayi bisa menjadi salah satu indikator kesehatan. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk selalu memantau dan memerhatikan perubahan yang terjadi, termasuk pada warna atau tekstur tinja, serta frekuensi BAB dalam satu minggu. 

 

Bayi yang jarang BAB, terutama saat hanya konsumsi ASI, sebenarnya adalah hal yang normal. Berikut penjelasannya!

Alasan Bayi Susah BAB Ketika Hanya Mengonsumsi ASI

Kondisi bayi susah BAB saat hanya mengonsumsi ASI sebenarnya tergolong normal dan tidak perlu kamu khawatirkan. Bukan tanpa alasan, hal itu terjadi karena komposisi ASI yang masuk ke dalam tubuh akan dibagi.

Tubuh bayi akan memanfaatkan kandungan dari ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Nah, sisa dari pembagian itulah yang nantinya akan dikeluarkan dari tubuh melalui BAB. 

Karena hampir semua zat dalam ASI digunakan, jumlah yang dikeluarkan dalam bentuk feses atau BAB cenderung sedikit. Itulah yang menjadi alasan bayi ASI jarang atau susah BAB. Bayi umumnya akan mengeluarkan tinja beberapa kali dalam seminggu, tapi tidak ada patokan khusus. 

Namun, frekuensi buang air besar pada bayi ASI biasanya akan berbeda dengan bayi yang diberi susu formula. Bayi yang mengonsumsi susu tambahan berupa susu formula biasanya akan lebih sering BAB. 

 

Apa Penyebab Bayi 0 Bulan Susah BAB?

Bayi baru lahir sangat rentan mengalami konstipasi. Lalu, apa yang menyebabkan bayi 0 bulan susah BAB? Berikut penyebabnya:

1. Adaptasi sistem pencernaan

Adaptasi sistem pencernaan menjadi salah satu alasan bayi 0 bulan mengalami kesulitan BAB.

Kondisi ini cukup normal terjadi. Namun, pastikan ibu tetap memperhatikan kondisi kesehatan bayi.

2. Asupan susu formula

Pemberian susu formula pada bayi yang baru lahir juga bisa menjadi alasan bayi baru lahir kesulitan BAB.

Ibu bisa tanyakan langsung pada dokter anak mengenai jenis susu formula yang cocok dengan bayi.

3. Mengalami perut kembung

Anak-anak yang mengalami perut kembung akan rentan mengalami kesulitan BAB.

Untuk mengatasi perut kembung, ibu bisa memijat lembut area perut, memutar kaki dengan gerakan melingkar, hingga melakukan burping.

4. Mengalami gangguan pencernaan

Bayi yang mengalami gangguan pencernaan juga berisiko mengalami kesulitan BAB.

Ada beberapa gejala yang perlu diperhatikan, seperti menjadi lebih rewel, mual, muntah, hingga dehidrasi.

5. Mengalami dehidrasi

Bayi susah BAB bisa menandai bahwa dirinya mengalami kondisi dehidrasi.

Hal ini terjadi saat tubuh kekurangan air, maka usus besar akan menyerap air dari sisa makanan yang ada di dalam usus.

Hasilnya, feses akan menjadi keras dan sulit untuk dikeluarkan. 

Untuk itu, pastikan ibu memberikan ASI atau susu formula lebih banyak agar kondisi kesehatan bayi membaik dan terhindar dari konstipasi.

6. Mengidap penyakit tertentu

Pada beberapa kasus, sembelit pada bayi bisa mengindikasikan adanya penyakit tertentu.

Ada beberapa gangguan kesehatan yang menyebabkan bayi susah BAB, seperti:

  • Gangguan masalah saraf pada bagian usus.
  • Masalah penyakit pada sumsum tulang belakang.
  • Defisiensi tiroid.

7. Mulai mengonsumsi makanan padat

Saat bayi memasuki usia 6 bulan ke atas, bayi akan mengonsumsi MPASI. Meskipun tahap pertama MPASI yang diberikan memiliki tekstur cair, biasanya sistem pencernaan bayi juga perlu beradaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi makanan yang baru.

Pastikan ibu memberikan asupan serat yang cukup agar bayi terhindar dari konstipasi. Namun, hati-hati, sebab terlalu banyak serat juga bisa memicu sembelit pada bayi. 

 

Bagaimana Ciri-Ciri Bayi Susah BAB

Meski kondisi ini sebenarnya adalah hal normal, susah buang air besar pada bayi juga tidak boleh dianggap sepele.

Sebab, kondisi ini bisa saja menjadi gejala dari gangguan kesehatan, misalnya konstipasi pada bayi.

Sebenarnya, konstipasi jarang terjadi pada bayi yang mengonsumsi ASI eksklusif, tapi bukan berarti tidak mungkin.

Bayi juga rentan mengalami konstipasi saat sudah mulai mengonsumsi makanan pendamping ASI (MPASI).

Ada beberapa tanda bayi mengalami konstipasi, di antaranya: 

  • Jarang buang air besar, yaitu kurang dari 2 kali dalam satu minggu.
  • Kesulitan dan merasa tidak nyaman saat buang air besar. 
  • Tinja susah keluar, hal ini umumnya terjadi karena feses keras dan kering. 
  • Perut bayi menjadi lebih keras saat disentuh. 
  • Bayi tidak memiliki keinginan untuk menyusu atau menolak diberi ASI. 

 

Apa yang Harus Dilakukan Jika Bayi Susah BAB?

Jarang buang air besar pada bayi ASI sebenarnya normal. Namun, hal ini sebaiknya tidak kamu sepelekan begitu saja.

Waspada jika bayi susah BAB berlangsung dalam waktu yang lama, membuat bayi rewel, hingga memengaruhi berat badannya. 

Sebagai pertolongan pertama untuk membuat Si Kecil merasa nyaman, perhatikan beberapa hal berikut ini:

1. Olahraga

Seperti orang dewasa, olahraga dan gerakan fisik cenderung merangsang buang air besar pada bayi.

Namun, karena bayi mungkin belum bisa berjalan atau merangkak, orang tua bisa membantu Si Kecil berolahraga untuk meredakan sembelit

Ayah atau ibu dapat menggerakan kaki bayi dengan lembut sambil berbaring telentang untuk meniru gerakan mengayuh sepeda. Cara ini dapat membantu fungsi usus dan meredakan sembelit. 

2. Mandi air hangat

Memandikan bayi dengan air hangat dapat mengendurkan otot perutnya dan membantu agar BAB lancar.

Selain itu, cara ini dapat meringankan beberapa ketidaknyamanan yang berkaitan dengan sembelit. 

Hal ini terdapat dalam 7th International Scholars Conference Proceeding dengan judul The Effectiveness of Warm Water Therapy for Constipation.

Menurut studi tersebut, mandi dengan air hangat bisa mengatasi konstipasi.

3. Hidrasi

Jika bayi hanya minum ASI atau susu formula, tetap berikan sesuai dengan keinginannya. Bayi dengan usia di atas 6 bulan yang sudah MPASI dapat diberikan air minum di antara waktu menyusui.

4. Jus buah

Bayi yang sudah mulai makan dapat mengonsumsi jus buah tanpa gula. Cara ini juga meningkatkan pencernaan Si Kecil.

Namun, ayah dan ibu sebaiknya bertanya pada dokter anak sebelum memberikan jus pertama kalinya pada bayi.

5. Sesuaikan susu formula

Perubahan pola makan juga dapat meredakan sembelit, tapi langkahnya akan bervariasi tergantung pada usia dan pola makan bayi.

Jika bayi mengonsumsi susu formula, maka cobalah mengganti susu formula yang berbeda. Namun, sebelum mengambil keputusan tersebut, bicarakan pada dokter terlebih dulu.

6. Ubah pola makan

Jika bayi sudah mengonsumsi makanan padat, cobalah berikan sumber makanan yang mengandung serat yang baik, seperti:

  • Bubur brokoli atau wortel.
  • Biji-bijian utuh, seperti oatmeal, gandum, atau sereal.
  • Buah-buahan yang dihaluskan.

Melansir dari jurnal Nutrients dengan judul Association between Dietary Factors and Constipation in Adults Living in Luxembourg and Taking Part in the ORISCAV-LUX 2 Survey, memperbanyak asupan buah dan sayur bisa mengatasi konstipasi.

7. Berikan pijatan

Memberikan pijatan lembut pada bayi juga dapat meringankan gejala sembelit. Berikut beberapa tipsnya:

  • Gunakan ujung jari untuk membuat gerakan melingkar pada perut dengan pola searah jarum jam.
  • Jalankan jari-jari di sekitar perut dengan pola searah jarum jam.
  • Pegang lutut dan kaki bayi secara bersamaan, kemudian dorong kaki ke arah perut dengan lembut.
  • Usap dari tulang rusuk ke bawah melewati pusar dengan ujung jari. 

8. Berikan gerakan sederhana

Ibu juga bisa memberikan gerakan-gerakan sederhana pada anak untuk melancarkan proses buang air besar pada anak.

Cobalah menggerakan kaki dengan membuat gerakan membulat. Lakukan secara rutin agar pencernaan anak menjadi lebih sehat.

9. Memberikan obat sesuai anjuran dokter

Ibu juga bisa mengunjungi dokter untuk mengatasi konstipasi yang terjadi pada bayi. Dokter akan memberikan berbagai obat yang sesuai dengan kondisi kesehatan bayi. Misalnya seperti probiotik.

Jika orang tua khawatir Si Kecil mengalami kondisi yang lebih serius, jangan ragu untuk menghubungi dokter spesialis anak.

 

 

 

 

Referensi:
Parents. Diakses pada 2023. Is It Normal for My Breastfed Baby Not to Poop for Days?
Baby Center. Diakses pada 2023. How Many Times a Day Does a Breastfed Baby Normally Poop?
Baby Center. Diakses pada 2023. Baby Poop Guide.
Medical News Today. Diakses pada 2023. The best home remedies for baby constipation.
7th International Scholars Conference Proceeding. Diakses pada 2023. The Effectiveness of Warm Water Therapy for Constipation.
Nutrients. Diakses pada 2023. Association between Dietary Factors and Constipation in Adults Living in Luxembourg and Taking Part in the ORISCAV-LUX 2 Survey.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Polusi udara termasuk salah satu penyebab yang menimbulkan masalah kesehatan terkait pernapasan. Pastikan untuk tahu cara menghindarinya, terlebih saat kualitas udara sedang buruk belakangan ini.”

 

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2022/08/04072022/cara-menjaga-kesehatan-pernapasan-dari-polusi-udara-halodoc.jpg.webp

 

Kualitas udara sedang tidak baik-baik saja, kalau sudah begini, risiko untuk terserang gangguan pernapasan lebih tinggi. Sebaiknya, lakukan hal-hal ini guna menjaga kesehatan pernapasan:

 

1. Menggunakan Masker saat Keluar Rumah

Masker wajah tidak menawarkan perlindungan sempurna terhadap polusi udara. Namun, cara ini dapat berguna untuk menyaring udara yang masuk ke tubuh saat buruk.

Adapun, masker yang paling efektif untuk melindungi tubuh dari pencemaran udara adalah masker industri. Jika sulit, alternatifnya adalah menggunakan masker yang sekali pakai seperti N-95 atau P-100. Fungsinya sama yakni menyaring udara kotor hingga menangkal bakteri berbahaya masuk ke dalam tubuh.

 

2. Membeli Tanaman Pemurni Udara

Kamu juga bisa, lho, membeli tanaman pemurni udara untuk menyaring polusi masuk ke area rumah. Beberapa jenis tanaman tersebut, antara lain Hedera, Dracaena, Aloe Vera, Palem Kuning, dan Lili Paris.

 

3. Gunakan Air Purifier

Air Purifier dapat membersihkan udara yang kotor di dalam ruangan. Pasalnya, paparan jangka panjang dari udara yang kotor dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit. Contohnya, penyakit jantung, masalah pernapasan, penurunan kekebalan, hingga kanker. 

 

4. Konsumsi Makanan Sehat

Kamu juga disarankan untuk rutin mengonsumsi makanan sehat, agar tubuh terlindungi dari berbagai bahaya akibat polusi udara. Berbagai makanan yang direkomendasikan, antara lain buah, sayur, kacang-kacangan, serta lemak sehat. Asupan vitamin juga disarankan untuk dipenuhi agar sistem kekebalan tubuh lebih kuat.

 

5. Bijak dalam Berolahraga

Saat kualitas udara sedang buruk, alangkah lebih baik untuk berolahraga di taman yang jauh dari kemacetan. Jika tempat tersebut sulit dijangkau, ada baiknya berolahraga di rumah. Pilihan lainnya adalah dengan mendaftar di tempat gym yang di dalam ruangan.

Berolahraga dapat meningkatkan sistem kekebalan dan memperkuat sistem kardiovaskular pada tubuh. Agar manfaatnya dirasakan tubuh, sebaiknya melakukan hal ini secara rutin.

 

6. Memiliki Ventilasi yang Baik

Area rumah yang tidak memiliki ventilasi rentan menjadi tempat penumpukan asap, bakteri berbahaya, hingga jamur. Dengan adanya ventilasi, berbagai hal yang dapat membahayakan kesehatan bisa diminimalisir. Alur angin yang baik dapat membuat udara menjadi lebih bersih dan lebih sehat.

Itulah beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan pernapasan dari polusi udara. Dengan menerapkan semua hal yang disebutkan, diharapkan risiko penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara dapat diminimalisir.

 

 

 

 

 

 

 

Referensi:
Earth Eclipse. Diakses pada 2022. 10 Easy Ways to Protect Yourself From Air Pollution.
IQ Air. Diakses pada 2022. Kualitas udara di Jakarta.
American Lung Association. Diakses pada 2022. Protecting Your Lungs.