- Admin Dinkes
- Berita
- Hits: 299
Kenali 7 Tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Jangan kamu abaikan, ketahui kapan waktu yang tepat kamu harus berkunjung ke psikolog. Misalnya, ketika mengalami stres dan sedih yang berkepanjangan, rasa cemas yang tidak terkendali, hingga kerap menunjukkan sikap paranoid.”
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, sehat memiliki arti sebagai suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik maupun mental.Sehat mental berarti seseorang bebas dari segala pikiran dan perasaan negatif yang bisa mengganggu kehidupan. Inilah sebabnya, gangguan mental perlu segera mendapat penanganan dari psikolog maupun psikiater.
Seseorang dengan kondisi mental yang sehat bisa menggunakan kemampuan atau potensi diri secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, dan menjalin hubungan positif dengan orang lain.
Sebaliknya, seseorang dengan kondisi mental yang kurang sehat mengalami gangguan berpikir dan mengendalikan emosi.
Selain mengganggu aktivitas, kondisi mental yang terganggu berpotensi menurunkan produktivitas dan merusak hubungan dengan orang lain.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Pergi ke Psikolog?
Gangguan kesehatan mental yang tidak segera mendapatkan penanganan berpotensi memburuk hingga menimbulkan berbagai komplikasi serius yang berbahaya.
Tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga terhadap orang lain.
Oleh karena itu, segera bicara ke psikolog jika kamu mengalami kondisi berikut:
1. Sedih berkepanjangan
Sedih adalah perasaan yang normal, tapi jika terjadi terus-menerus tanpa alasan jelas, kamu perlu bicara dengan psikolog.
Terlebih jika perasaan sedih berkepanjangan muncul bersama dengan hilangnya minat beraktivitas dan membuat kamu menarik diri dari pergaulan.
Sebab, kondisi sedih berkepanjangan tanpa alasan yang jelas termasuk masalah kesehatan mental yang bernama hypophrenia.
Jika kamu pernah mengalaminya, kenali lebih jauh Hypophrenia, Menangis Tanpa Alasan yang Perlu Diketahui.
2. Stres jangka panjang
Stres adalah kondisi psikis seseorang yang mengalami tekanan, baik secara emosi maupun mental. Kondisi ini muncul dengan rasa kegelisahan, kecemasan, dan mudah tersinggung.
Pada kasus stres jangka panjang, pengidapnya menarik diri dari lingkungan, nafsu makan berkurang, mudah marah, serta melakukan perilaku kurang sehat untuk mengurangi stres seperti merokok, minum alkohol, dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Stres yang terjadi pada seseorang tentu berdampak negatif pada kondisi fisik.
Misalnya, menyebabkan gangguan tidur, lelah, sakit kepala, sakit perut, nyeri dada, nyeri otot, penurunan gairah seksual, obesitas, hipertensi, diabetes, hingga gangguan jantung.
3. Kecemasan yang sulit terkendali
Rasa cemas merupakan perasaan yang wajar. Namun, jika rasa cemas terjadi secara berlebihan dan sulit untuk kamu kendalikan, kondisi ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gangguan kecemasan biasanya muncul dengan badan gemetar, jantung berdebar, sesak napas, kelelahan, otot menjadi tegang, tubuh berkeringat, sulit tidur, sakit perut, pusing, mulut terasa kering, kesemutan, hingga hilangnya kesadaran.
4. Perubahan suasana hati yang ekstrem
Kondisi lain yang perlu penanganan dari psikolog adalah perubahan suasana hati yang ekstrem atau istilah lainnya adalah mood swing.
Kondisi ini terjadi dengan gejala berupa perubahan suasana hati yang mendadak, bergantian antara perasaan bahagia (positif) ke perasaan marah, tersinggung, atau depresi (negatif) dalam waktu singkat.
Pada kasus yang parah, perubahan suasana hati bisa menyebabkan kecemasan berlebihan, mudah marah, sulit fokus dan konsentrasi, mudah berprasangka buruk, halusinasi, dan depresi.
5. Paranoid
Seseorang yang mengalami paranoid menganggap bahwa orang lain akan mengeksploitasi, menyakiti, atau menipu tanpa adanya bukti dan alasan jelas.
Gejala paranoid meliput tidak percaya dengan orang lain, cenderung menarik diri dari pergaulan, dan sulit bersikap santai karena hidup dipenuhi kecurigaan.
6. Berhalusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi yang membuat seseorang merasakan mendengar, mencium aroma, atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi tidak boleh kamu anggap sepele dan perlu segera mendapat penanganan dari psikolog karena bisa menjadi ancaman bagi diri sendiri dan orang lain.
7. Menyakiti diri sendiri
Ada banyak tindakan menyakiti diri sendiri, misalnya memukul atau menggoreskan benda tajam ke kulit.
Jika kamu dengan atau tanpa sadar memiliki kebiasaan menyakiti diri sendiri, segera bicara pada psikolog.
Pada kasus yang parah, tindakan ini bisa berujung pada percobaan bunuh diri.
Perbedaan Psikolog dan Psikiater
Psikiater dan psikolog kerap dianggap sama. Padahal, ada perbedaan antara pendidikan, pelatihan, dan jenis layanan yang mereka tawarkan.
Supaya kamu tidak salah, ketahui perbedaannya berikut ini:
1. Pendidikan dan gelar
Psikolog memiliki gelar sarjana (S.Psi) dalam psikologi dan seringkali melanjutkan untuk mendapatkan gelar magister (M.Psi) atau doktor (Ph.D. atau Psik.D).
Fokus utamanya hanya dalam bidang psikologi saja. Mereka wajib memahami prinsip-prinsip psikologi serta cara memahami perilaku dan pikiran manusia.
Sementara itu, psikiater adalah dokter (Sarjana Kedokteran) yang kemudian menjalani pelatihan khusus dalam bidang psikiatri.
Mereka adalah dokter yang berkualifikasi untuk meresepkan obat-obatan dan memberikan perawatan medis.
2. Terapi
Psikolog biasanya menggunakan terapi bicara atau konseling untuk membantu mengatasi masalah psikologis dan emosional pasien.
Mereka memberikan dukungan psikologis dan bimbingan dalam mengatasi masalah mental.
Sedangkan psikiater memberikan terapi bicara dan sekaligus bisa meresepkan obat-obatan untuk mengobati gangguan mental.
Mereka menggabungkan pendekatan medis dengan terapi psikologis.
3. Lingkup praktek
Psikolog dapat bekerja pada klinik, sekolah, organisasi, atau swasta. Mereka fokus pada evaluasi psikologis, terapi, dan konseling.
Psikiater biasanya bekerja di rumah sakit, klinik, atau praktek swasta.
Mereka lebih cenderung merawat pasien dengan gangguan mental yang mungkin memerlukan intervensi medis.
4. Rujukan
Psikolog dapat merujuk pasien mereka ke psikiater jika memerlukan perawatan medis atau resep obat.
Nah, sedangkan psikiater juga dapat merujuk pasien mereka ke psikolog jika mereka memerlukan terapi tambahan.
5. Pendekatan terhadap masalah mental
Psikolog cenderung fokus pada aspek psikologis dan perilaku dari masalah mental.
Di sisi lain, psikiater mengkombinasikan pendekatan medis dan psikologis untuk mengatasi masalah mental.
Itulah informasi seputar psikolog yang perlu kamu ketahui.
Referensi:
Psychology Today. Diakses pada 2023. 5 Signs It’s Time to Seek Therapy.
NHS UK. Diakses pada 2023. Benefits of talking therapies.
American Psychological Association. Diakses pada 2023. Understanding psychotherapy and how it works.