"Usai melahirkan, wanita rentan mengalami sindrom Baby Blues Syndrome. Jika tidak segera ditangani, kondisi tersebut bisa berdampak negatif tidak hanya pada ibu tapi juga bayi yang baru lahir."

 

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2023/06/23055811/Ibu-Baru-Bisa-Alami-Baby-Blues-Syndome-Begini-Cara-Mengatasinya.jpg.webp

 

 

Meskipun kelahiran sang buah hati memberi kebahagiaan tak terkira bagi orangtua, tidak sedikit ibu yang malah mengalami kesedihan atau gangguan mood yang parah pasca melahirkan. Kondisi ini bernama baby blues syndrome

Syndrome baby blues atau baby blues syndrome merupakan kondisi mental berupa munculnya perasaan cemas dan sedih berlebihan yang sering dialami wanita pasca melahirkan. Namun, kondisi ini biasanya hanya berlangsung selama 14 hari pertama.

Meski begitu, sindrom baby blues tidak boleh dianggap sepele karena bisa berdampak pada kesehatan ibu dan bayi. Karena itu, cari tahu cara mengatasinya di sini!

Apa Itu Syndrome Baby Blues?

Sindrom baby blues merupakan kondisi psikologis yang muncul pada masa nifas dan dapat menyebabkan depresi dan kecemasan pada ibu. Menurut jurnal ilmiah berjudul How to Cope With Baby Blues: A Case Report, yang dipublikasikan di Journal of Psychiatry Psychology and Behavioral Research, 50-85 persen ibu mengalami baby blues setelah melahirkan.

Umumnya kondisi ini muncul antara hari ke 1-5 dan dapat mereda dalam 10 hari. Meskipun sebagian besar wanita dapat pulih dengan sendirinya tanpa perawatan profesional, ada beberapa wanita yang mengalami kondisi yang lebih serius. Contohnya seperti gangguan kecemasan atau depresi perinatal yang memerlukan perhatian medis.

Bila tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa membahayakan kesehatan ibu dan bayi. Baby blues berkaitan dengan perubahan emosional dan fisik yang terjadi saat melahirkan. 

Meski lumrah terjadi pada ibu pasca melahirkan, namun perasaan sedih, marah, khawatir, cemas, dan sejenisnya perlu mendapat perhatian dari ibu dan ayah agar dapat ditangani dengan baik. 

 

 

Apa Penyebab Terjadinya Baby Blues?

Walaupun belum diketahui secara pasti, sejauh ini ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya baby blues, yaitu:

 

1. Adaptasi menjadi ibu

Kesulitan beradaptasi dengan peran baru sebagai seorang ibu juga dapat meningkatkan risiko baby blues. Terutama terjadi jika ibu juga harus melakukan tanggung jawab dengan rutinitas sehari-hari. Kurang tidur juga bisa memicu gejala syndrome baby blues ini, seperti perasaan sedih dan mudah tersinggung.

 

2. Perubahan hormon

Setelah melahirkan, ada perubahan hormon di dalam tubuh yang memengaruhi perasaan atau suasana hati ibu. Penurunan kadar estrogen dan progesteron atau hormon lainnya yang diproduksi kelenjar tiroid, dapat menyebabkan ibu menjadi mudah lelah, perubahan emosi, hingga depresi.

 

3. Kelelahan dan kurangnya istirahat

Perasaan depresi juga bisa muncul akibat perubahan pola tidur selama masa merawat bayi. Selain itu, kurangnya dukungan baik dari keluarga atau lingkungan sekitar, juga bisa memicu terjadinya syndrome baby blues. Alhasil, kondisi ini bisa membuat ibu kelelahan karena kurang istirahat. 

 

4. Memiliki riwayat masalah mental

Beberapa masalah mental yang bisa memicu syndrome baby blues adalah gangguan kecemasan, mengidap stres sebelumnya, ataupun bipolar. 

 

Berbagai Gejala Syndrome Baby Blues

Baby blues pada ibu bisa muncul dengan beberapa gejala, seperti:

 

1. Muncul rasa sedih yang menyebabkan ibu menangis dan merasa depresi

Jadi, bila kamu pernah bertanya-tanya mengapa ibu baru melahirkan sering menangis? Mungkin saja ibu tersebut mengalami sindrom baby blues. Tidak hanya sering menangis, ibu yang mengalami kondisi tersebut pun akan mudah merasa cemas, mudah tersinggung, bahkan tidak memperhatikan keadaan anak atau takut menyentuh anak.

 

2. Emosi labil dan mudah marah

Setelah melahirkan, tubuh seorang ibu mengalami perubahan hormon yang signifikan. Hormon seperti estrogen, progesteron, dan hormon tiroid dapat berfluktuasi dengan cepat. 

Perubahan ini dapat memengaruhi suasana hati dan emosi, menyebabkan ibu merasa lebih sensitif, mudah marah, dan cenderung mengalami perubahan emosi yang ekstrem.

 

3. Merasa kelelahan, sulit tidur dan sering sakit kepala

Perawatan bayi yang intensif, kurangnya tidur yang cukup, dan perubahan gaya hidup yang signifikan dapat menyebabkan tingkat stres dan kelelahan yang tinggi pada seorang ibu. Kelelahan yang berlebihan dapat memengaruhi keseimbangan emosi dan membuat ibu lebih cepat merasa lelah dan sakit kepala.

 

4. Merasa kurang percaya diri dan muncul kecemasan

Melahirkan membawa perubahan besar dalam hidup seorang wanita. Ibu baru harus beradaptasi dengan peran dan tanggung jawab baru sebagai seorang ibu, yang dapat memengaruhi identitas dan keseimbangan emosionalnya. 

Perasaan ketidakpastian, rasa tidak mampu, tidak percaya diri, atau merasa kewalahan dengan tanggung jawab baru dapat menyebabkan ketegangan emosional dan perasaan takut yang tidak beralasan.

 

5. Kecemasan dan ketakutan yang tidak beralasan

Ibu yang mengalami baby blues syndrome sering merasakan kecemasan dan ketakutan yang tidak beralasan terkait perawatan dan kehidupan bayinya. Ibu mungkin merasa cemas berlebihan tentang keselamatan dan kesehatan bayi, bahkan jika tidak ada alasan nyata yang mengindikasikan adanya ancaman.

Namun, tidak hanya bisa terjadi pada ibu, sindrom tersebut juga bisa terjadi pada ayah.

Lantas, syndrome baby blues bisa berlangsung sampai bayi umur berapa? Umumnya, sindrom ini hanya berlangsung sementara, yaitu sekitar dua hari sampai tiga minggu sejak kelahiran bayi. Itulah mengapa baby blues dianggap sebagai sindrom gangguan ringan yang bisa muncul dalam minggu pertama setelah melahirkan dan berlangsung dalam rentang waktu kira-kira 2 minggu setelah persalinan.

 

Bagaimana Cara Mengatasi Syndrome Baby Blues?

Munculnya sindrom baby blues memang umum terjadi pada ibu usai melahirkan. Namun ini bisa memberikan dampak negatif tidak hanya bagi ibu, tapi juga bayi yang baru lahir.  Bagaimana cara mengatasi ibu yang mengalami baby blues?

 

1. Melakukan persiapan melahirkan mulai dari fisik, mental, dan materil

Saat ibu siap dengan kehadiran Sang Buah Hati, maka rasa cemas saat Si Kecil lahir tidak akan membuat ibu merasa tertekan, tetapi justru merasa bahagia.

 

2. Mencari banyak informasi seputar persalinan 

Ini penting dilakukan ibu agar tidak “kaget” saat mulai merawat Si Kecil. Bicarakan dengan dokter mengenai cara merawat Si Kecil sekaligus menjaga kesehatannya. Ketika ibu tahu cara dan siap merawat Si Kecil, maka syndrome baby blues  pun dapat ibu hindari.

 

3. Berbagi beban bersama pasangan 

Ini merupakan cara terbaik untuk menghindari sindrom pasca melahirkan. Bicarakan masalah merawat Si Kecil serta berbagi tanggung jawab dengan pasangan dapat meringankan beban ibu, baik secara fisik maupun psikis.

 

4. Menemukan komunitas yang menguatkan

Menurut jurnal ilmiah berjudul How to Cope with Baby Blues: A Case Report yang dipublikasikan di Journal of Psychiatry Psychology and Behavioral Research, dukungan support system pada ibu saat hamil dan setelah melahirkan akan mencegah terjadinya baby blues syndrome. 

Berbagi pengalaman dengan ibu-ibu lain melalui komunitas online ataupun dengan sahabat yang juga seorang ibu, dapat memberikan rasa lega dan mengurangi beban emosional yang ibu rasakan.

 

5. Pola makan sehat dan istirahat cukup

Mengonsumsi makanan dalam interval teratur dan mencukupi kebutuhan energi tubuh dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil. Kelaparan dan hipoglikemia (kadar gula darah rendah) dapat memengaruhi suasana hati dan menyebabkan perubahan emosi yang drastis. 

Ini sesuai dengan yang dianjurkan dalam jurnal ilmiah berjudul The Baby Blues and Postnatal Depression yang dipublikasikan di Andalas Journal of Public Health. Menurut studi tersebut istirahat yang cukup dan membiarkan ibu mengeluarkan isi hatinya, dapat mencegah syndrome baby blues yang berkepanjangan.

 

6. Berpikir positif 

Berpikir positif dapat membantu meningkatkan kesejahteraan emosional ibu. Fokus pada pikiran-pikiran positif dan memahami bahwa gejala syndrome baby blues adalah hal yang wajar dan akan berlalu, dapat membantu ibu menghadapi fase ini dengan lebih baik.

 

7. Menulis atau merekam perasaan

Menulis jurnal atau merekam perasaan dapat menjadi sarana untuk melepaskan emosi yang terpendam. Tulis apa yang kamu rasakan tanpa ada batasan atau penilaian. Ini dapat membantu kamu memahami dan mengatasi perasaan yang muncul, serta memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri.

 

Waspadai Gejala Depresi Pasca Melahirkan

Tahukah ibu kalau syndrome baby blues ini juga bisa berdampak pada psikologis Si Kecil? Pasalnya, selama mengalami syndrome baby blues, bayi akan sulit untuk berinteraksi dengan ibunya. 

Bila terus dibiarkan, hal ini bisa membuat bayi menjadi pendiam atau pasif. Ketika ia beranjak besar, anak juga bisa tumbuh menjadi penakut dan sulit mengambil tantangan baru.

Bayi juga bisa menjadi sulit tidur karena ia bisa merasakan kecemasan atau kegelisahan yang dirasakan oleh ibunya. Selama masa kehamilan hingga setelah melahirkan, ada ikatan emosional antara bayi dan ibu. 

Itulah mengapa ketika ibu merasa sedih atau cemas, bayi pun juga bisa merasakannya. Hal itu akan membuat Si Kecil ikut gelisah dan tidak bisa tidur.

Selain itu, baby blues juga bisa memengaruhi produksi ASI ibu. Bila ibu merasa stres, sedih dan cemas, tubuh tidak bisa memproduksi ASI dengan baik. Jumlah ASI yang berkurang tentu saja akan memengaruhi tumbuh kembang bayi. 

Apakah baby blues bisa berkepanjangan? Jika gejala syndrome baby blues tidak membaik setelah beberapa minggu atau memburuk menjadi lebih intens, ini dapat menunjukkan adanya komplikasi yang lebih serius seperti depresi pascapersalinan.

Depresi pascapersalinan adalah kondisi medis yang memengaruhi perasaan, pikiran, dan kesejahteraan seorang ibu setelah melahirkan. Gejala depresi pascapersalinan dapat mencakup:

  • Perasaan sedih yang persisten.
  • Kehilangan minat atau kegembiraan dalam aktivitas sehari-hari.
  • Perubahan pola tidur.
  • Kelelahan yang berlebihan.
  • Perubahan nafsu makan.
  • Perasaan tidak berharga atau bersalah.
  • Kesulitan berkonsentrasi.
  • Pemikiran tentang melukai diri sendiri atau bayi.

 

Jika ibu mengalami gejala baby blues syndrome berat yang berlanjut lebih dari dua minggu, atau memburuk segera konsultasikan dengan dokter atau tenaga medis yang berkompeten. 

Dokter dapat memberikan evaluasi yang tepat dan dapat merekomendasikan berbagai bentuk perawatan. Ini termasuk dukungan konseling, terapi psikologis, atau bahkan pengobatan medis jika diperlukan.

 

 

 

 

 

 

 

Referensi:
National Health Service. Diakses pada 2023 Feeling depressed after childbirth.
NCBI. Diakses pada 2023. Postpartum Blue is Common in Socially and Economically Insecure Mothers.
Web MD. Diakses pada 2023. Which Antidepressants Treat Postpartum Depression?
March of Dimes. Diakses pada 2023. Baby blues after pregnancy.
Journal of Psychiatry Psychology and Behavioral Research. Diakses pada 2023. How to Cope with Baby Blues: A Case Report.
Andalas Journal of Public Health. Diakses pada 2023. The Baby Blues and Postnatal Depression.
Nona Woman.com. Diakses pada 2023. Overcoming Baby Blues: Tips For New Mothers.
Kemkes.go.id. Diakses pada 2023. Kesehatan Mental pada Ibu Hamil dan Pasca Melahirkan.

 

 

 

 

 

 

 

“Banyak pelajaran dan hal positif yang bisa dipetik dari perlombaan. Ada banyak manfaat ikut lomba yang bisa didapatkan anak, seperti mengasah bakatnya, mengenali kemampuannya, melatih kepercayaan dirinya sampai belajar mengontrol emosinya.”

 

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2022/05/17061039/ketahui-manfaat-ikut-lomba-untuk-anak-halodoc.jpg.webp

 

Tidak ada salahnya untuk mengikutsertakan Si Kecil dalam sebuah perlombaan. Sebab ada banyak manfaat ikut lomba yang bisa anak dapatkan.

Selain melihat keterampilan atau bakat yang mungkin dimiliki si anak, ibu juga dapat mengembangkan jiwa kompetitif yang positif pada diri anak. 

Selain itu, kegiatan ini nyatanya juga mampu mendukung tahap perkembangan emosi anak.

Hal tersebut sangat penting, karena berdampak besar bagi perkembangan motivasi, jiwa kompetitif dan keterampilan sosial pada anak di usia 3-4 tahun ke atas. 

 

Manfaat Ikut Lomba bagi Anak

Dengan mengikutsertakan anak dalam sebuah perlombaan, orangtua dapat mengajarkan banyak hal positif kepada Si Kecil, antara lain:

  • Mengenalkan kepada anak tentang arti menang dan kalah, serta hal yang tepat untuk menghadapinya.
  • Membantu anak belajar mengenali kekuatan dan kelemahannya.
  • Melatih anak untuk dapat mulai berpikir kritis, memecahkan masalah, dan belajar mengambil keputusan.
  • Membangun semangatnya untuk mencapai tujuan perlombaan.
  • Membangun dan melatih kepercayaan diri si anak.
  • Melatih kemampuan anak dalam berhubungan dengan orang lain dan lingkungan baru.

 

Perhatikan Hal Ini Jika Ingin Anak Ikut Lomba

Jika ayah atau ibu teratrik mendapatkan manfaat ikut lomba untuk anak.

Sebelum mendaftarkan anak ikut dalam sebuah perlombaan, sebaiknya orang tua juga memperhatikan hal-hal berikut, agar anak dapat menyalurkan dan mengelola jiwa kompetitifnya dengan baik:

 

1.  Kenali Karakter Anak

Temperamen anak perlu kamu pertimbangkan sebelum mendorong ia untuk ikut lomba.

Pikirkan apakah Si Kecil adalah anak yang percaya diri untuk tampil di depan umum, atau ia adalah anak yang pemalu dan akan nervous ketika mengikuti lomba.

Jika anak adalah tipe pemalu, ibu dapat mengganti kata ‘lomba menyanyi’ dengan ‘pertunjukkan menyanyi’.

 

2.  Pilih Lomba yang Sesuai

Hal selanjutnya yang perlu orang tua lakukan adalah memilih lomba yang sesuai dengan minat, kemampuan dan usia Si Kecil.

Dengan demikian, anak akan lebih percaya diri dan menikmati mengikuti lomba tersebut. 

 

3.  Beri Pemahaman dan Manfaat Ikut Lomba untuknya

Jika anak belum pernah mengikuti lomba, orang tua bisa mengenalkan suasana lomba dengan mengajak anak menonton sebuah perlombaan yang ada di mall.

Jelaskan kepada anak mengenai peraturan lomba, durasinya, dan perlengkapan yang ia butuhkan.

Memberi pemahaman dasar mengenai lomba dapat mencegah anak merasa takut atau nervous, sebaliknya anak akan lebih bersemangat mengikuti lomba. 

 

4.  Mendukung Penuh Tanpa Menuntut

Dukungan yang penuh dari orang tua akan sangat membantu anak untuk lebih percaya diri dan mengeluarkan kemampuan maksimalnya ketika mengikuti lomba.

Orang tua dapat memberikan pujian dan semangat, karena ia sudah mau mencoba mengikuti lomba. 

Berikan pengertian bahwa lomba ini bertujuan untuk memberi pengalaman dan melihat kemampuan mereka sendiri.

Sebaiknya orang tua tidak memberi tuntutan yang membebankan atau ikut campur saat anak sedang lomba.

 

5.  Hindari Membandingkan dengan Anak Lain

Jangan membanding-bandingkan anak dengan anak lain untuk memicu jiwa kompetitifnya.

Akan tetapi, cobalah cara berikut yang lebih efektif, yaitu memotivasi anak dengan cara memberi penghargaan dan pengakuan atas upaya terbaiknya.

 

6.  Bimbing Sikap Anak Ketika Menang atau Kalah

Peran orangtua juga sangat penting dalam membimbing dan mengarahkan sikap anak ketika menghadapi risiko perlombaan.

Anak akan lebih bisa menerima dan merasa senang ketika ia memenangkan perlombaan.

Tapi beberapa anak juga bisa menjadi sombong ketika ia berhasil unggul dari anak yang lain. 

Di situlah, orang tua dapat berperan memberi pemahaman agar anak tidak sombong dan tetap mau mengembangkan kemampuannya.

Sebaliknya, anak akan cenderung menangis saat ia mengalami kekalahan. Jelaskan kepadanya bahwa perlombaan ini bukan bertujuan untuk menang, dan berikan hadiah hiburan untuk menghargai usaha anak.

Nahm itulah beberapa manfaat ikut lomba untuk anak yang perlu orangtua ketahui. Di dalam masa tumbuh kembang anak, orang tua seringkali menghadapi berbagai persoalan terkait dengan tingkah laku anak.

 

 

 

 

Referensi:
Parents. Diakses pada 2022. Why Competition Is Good for Kids (and How to Keep It That Way).
Verywell Family. Diakses pada 2022. Pros and Cons of Competition Among Kids and Teens.

 

 

 

 

 

 

“Salah satu cara mudah untuk mencegah pikun adalah dengan membiasakan diri untuk membaca buku. Dengan membaca buku, otak bisa mendapatkan beragam informasi baru. Mengisi permainan teka-teki silang atau sudoku juga bisa mengasah kemampuan otak dan mengurangi risiko pikun. Begitu juga dengan olahraga, sosialisasi, bermain musik, dan makan makanan sehat.”

 

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2022/03/04175343/20180919192326.962-1916000046_thumbnail.png.webp

 

Jika akhir-akhir ini kamu sering melupakan hal-hal kecil, jangan dibiarkan berlarut-larut. Terlalu sering lupa dan membiarkannya bisa memicu kepikunan di usia produktif. 

Seiring bertambahnya usia, otak memang akan mengalami penurunan fungsi daya ingatnya. Itu bisa dimulai ketika usia kamu masih sangat muda, yakni 30 tahun. Yuk, cari tahu cara efektif cegah pikun di usia produktif dalam ulasan ini!

 

Cara Mencegah Pikun di Usia Produktif

Pertambahan usia memang bisa menurunkan daya ingat. Namun, ini bisa dicegah kok, yaitu dengan melatih kerja otak lewat kebiasaan-kebiasaan sederhana. Untuk bisa melatih otak tetap produktif, berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:

 

1. Membaca Buku

Cara mudah untuk mencegah pikun adalah dengan membiasakan diri untuk membaca buku. Dengan membaca buku, otak bisa mendapatkan beragam informasi baru. Selain itu, mengisi permainan teka-teki silang atau sudoku juga bisa mengasah kemampuan otak dan mengurangi risiko pikun.

2. Olahraga

Olahraga juga memiliki peran penting dalam mengurangi risiko pikun. Berolahraga selama 30 menit setiap harinya tidak hanya dapat menjaga kesehatan tubuh, tetapi juga dapat melatih otak. Olahraga bisa menghasilkan protein Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF) yang merupakan protein penunjang kehidupan sel saraf di otak.

3. Mengonsumsi Makanan Sehat

Mengonsumsi makanan sehat bisa juga membantu mengurangi risiko pikun. Kamu bisa mengonsumsi makanan yang mengandung asam lemak omega-3 seperti ikan, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran hijau, telur, susu sapi, dan susu kedelai.

4. Bersosialisasi

Depresi bisa menyebabkan terjadinya penurunan daya ingat. Selain itu, depresi juga erat berkaitan dengan terjadinya demensia. Untuk mencegah depresi dan menurunkan risiko terjadinya demensia atau penurunan daya ingat, cobalah untuk berinteraksi dengan orang lain. Untuk lebih lanjut, kamu juga bisa mendiskusikan kondisimu dengan ahli medis untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

5. Bermain Alat Musik

Mencegah pikun bisa juga dilakukan dengan bermain alat musik. Kegiatan ini bisa membuat otak berpikir, apalagi jika kegiatan ini adalah hal baru bagi kamu. Ternyata, otak yang dilatih pada hal-hal baru dan kompleks, seperti membaca not balok atau tangga nada secara rutin dan dalam jangka waktu tertentu, dapat mencegah penuaan fungsi otak.

6. Bermain Game dan Mengerjakan Soal Hitung-hitungan

Bermain game bukan hanya bisa menghilangkan kepenatan, tetapi juga bisa mengasah otak. Selain bermain game kamu juga bisa mengasah kemampuan otak dengan mengerjakan soal hitung-hitungan tanpa bantuan alat tulis atau alat bantu hitung. Cobalah mengerjakan dengan hanya membayangkannya di otak.

Itulah 6 cara yang bisa dilakukan untuk mencegah pikun di usia produktif. Semoga penjelasan tersebut bisa membantu kamu memiliki daya ingat yang baik.

 

 

 

 

 

 

Referensi:
MedlinePlus. Diakses pada 2022. BDNF gene.
Stanford Health Care. Diakses pada 2022. Preventing Dementia.
Being Patient. Diakses pada 2022. 12 Ways To Help Prevent or Delay Dementia.