- Admin Dinkes
- Berita
- Hits: 286
Baby Blues Syndome Terjadi pada Ibu Baru, Begini Cara Mengatasinya
"Usai melahirkan, wanita rentan mengalami sindrom Baby Blues Syndrome. Jika tidak segera ditangani, kondisi tersebut bisa berdampak negatif tidak hanya pada ibu tapi juga bayi yang baru lahir."
Meskipun kelahiran sang buah hati memberi kebahagiaan tak terkira bagi orangtua, tidak sedikit ibu yang malah mengalami kesedihan atau gangguan mood yang parah pasca melahirkan. Kondisi ini bernama baby blues syndrome.
Syndrome baby blues atau baby blues syndrome merupakan kondisi mental berupa munculnya perasaan cemas dan sedih berlebihan yang sering dialami wanita pasca melahirkan. Namun, kondisi ini biasanya hanya berlangsung selama 14 hari pertama.
Meski begitu, sindrom baby blues tidak boleh dianggap sepele karena bisa berdampak pada kesehatan ibu dan bayi. Karena itu, cari tahu cara mengatasinya di sini!
Apa Itu Syndrome Baby Blues?
Sindrom baby blues merupakan kondisi psikologis yang muncul pada masa nifas dan dapat menyebabkan depresi dan kecemasan pada ibu. Menurut jurnal ilmiah berjudul How to Cope With Baby Blues: A Case Report, yang dipublikasikan di Journal of Psychiatry Psychology and Behavioral Research, 50-85 persen ibu mengalami baby blues setelah melahirkan.
Umumnya kondisi ini muncul antara hari ke 1-5 dan dapat mereda dalam 10 hari. Meskipun sebagian besar wanita dapat pulih dengan sendirinya tanpa perawatan profesional, ada beberapa wanita yang mengalami kondisi yang lebih serius. Contohnya seperti gangguan kecemasan atau depresi perinatal yang memerlukan perhatian medis.
Bila tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa membahayakan kesehatan ibu dan bayi. Baby blues berkaitan dengan perubahan emosional dan fisik yang terjadi saat melahirkan.
Meski lumrah terjadi pada ibu pasca melahirkan, namun perasaan sedih, marah, khawatir, cemas, dan sejenisnya perlu mendapat perhatian dari ibu dan ayah agar dapat ditangani dengan baik.
Apa Penyebab Terjadinya Baby Blues?
Walaupun belum diketahui secara pasti, sejauh ini ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya baby blues, yaitu:
1. Adaptasi menjadi ibu
Kesulitan beradaptasi dengan peran baru sebagai seorang ibu juga dapat meningkatkan risiko baby blues. Terutama terjadi jika ibu juga harus melakukan tanggung jawab dengan rutinitas sehari-hari. Kurang tidur juga bisa memicu gejala syndrome baby blues ini, seperti perasaan sedih dan mudah tersinggung.
2. Perubahan hormon
Setelah melahirkan, ada perubahan hormon di dalam tubuh yang memengaruhi perasaan atau suasana hati ibu. Penurunan kadar estrogen dan progesteron atau hormon lainnya yang diproduksi kelenjar tiroid, dapat menyebabkan ibu menjadi mudah lelah, perubahan emosi, hingga depresi.
3. Kelelahan dan kurangnya istirahat
Perasaan depresi juga bisa muncul akibat perubahan pola tidur selama masa merawat bayi. Selain itu, kurangnya dukungan baik dari keluarga atau lingkungan sekitar, juga bisa memicu terjadinya syndrome baby blues. Alhasil, kondisi ini bisa membuat ibu kelelahan karena kurang istirahat.
4. Memiliki riwayat masalah mental
Beberapa masalah mental yang bisa memicu syndrome baby blues adalah gangguan kecemasan, mengidap stres sebelumnya, ataupun bipolar.
Berbagai Gejala Syndrome Baby Blues
Baby blues pada ibu bisa muncul dengan beberapa gejala, seperti:
1. Muncul rasa sedih yang menyebabkan ibu menangis dan merasa depresi
Jadi, bila kamu pernah bertanya-tanya mengapa ibu baru melahirkan sering menangis? Mungkin saja ibu tersebut mengalami sindrom baby blues. Tidak hanya sering menangis, ibu yang mengalami kondisi tersebut pun akan mudah merasa cemas, mudah tersinggung, bahkan tidak memperhatikan keadaan anak atau takut menyentuh anak.
2. Emosi labil dan mudah marah
Setelah melahirkan, tubuh seorang ibu mengalami perubahan hormon yang signifikan. Hormon seperti estrogen, progesteron, dan hormon tiroid dapat berfluktuasi dengan cepat.
Perubahan ini dapat memengaruhi suasana hati dan emosi, menyebabkan ibu merasa lebih sensitif, mudah marah, dan cenderung mengalami perubahan emosi yang ekstrem.
3. Merasa kelelahan, sulit tidur dan sering sakit kepala
Perawatan bayi yang intensif, kurangnya tidur yang cukup, dan perubahan gaya hidup yang signifikan dapat menyebabkan tingkat stres dan kelelahan yang tinggi pada seorang ibu. Kelelahan yang berlebihan dapat memengaruhi keseimbangan emosi dan membuat ibu lebih cepat merasa lelah dan sakit kepala.
4. Merasa kurang percaya diri dan muncul kecemasan
Melahirkan membawa perubahan besar dalam hidup seorang wanita. Ibu baru harus beradaptasi dengan peran dan tanggung jawab baru sebagai seorang ibu, yang dapat memengaruhi identitas dan keseimbangan emosionalnya.
Perasaan ketidakpastian, rasa tidak mampu, tidak percaya diri, atau merasa kewalahan dengan tanggung jawab baru dapat menyebabkan ketegangan emosional dan perasaan takut yang tidak beralasan.
5. Kecemasan dan ketakutan yang tidak beralasan
Ibu yang mengalami baby blues syndrome sering merasakan kecemasan dan ketakutan yang tidak beralasan terkait perawatan dan kehidupan bayinya. Ibu mungkin merasa cemas berlebihan tentang keselamatan dan kesehatan bayi, bahkan jika tidak ada alasan nyata yang mengindikasikan adanya ancaman.
Namun, tidak hanya bisa terjadi pada ibu, sindrom tersebut juga bisa terjadi pada ayah.
Lantas, syndrome baby blues bisa berlangsung sampai bayi umur berapa? Umumnya, sindrom ini hanya berlangsung sementara, yaitu sekitar dua hari sampai tiga minggu sejak kelahiran bayi. Itulah mengapa baby blues dianggap sebagai sindrom gangguan ringan yang bisa muncul dalam minggu pertama setelah melahirkan dan berlangsung dalam rentang waktu kira-kira 2 minggu setelah persalinan.
Bagaimana Cara Mengatasi Syndrome Baby Blues?
Munculnya sindrom baby blues memang umum terjadi pada ibu usai melahirkan. Namun ini bisa memberikan dampak negatif tidak hanya bagi ibu, tapi juga bayi yang baru lahir. Bagaimana cara mengatasi ibu yang mengalami baby blues?
1. Melakukan persiapan melahirkan mulai dari fisik, mental, dan materil
Saat ibu siap dengan kehadiran Sang Buah Hati, maka rasa cemas saat Si Kecil lahir tidak akan membuat ibu merasa tertekan, tetapi justru merasa bahagia.
2. Mencari banyak informasi seputar persalinan
Ini penting dilakukan ibu agar tidak “kaget” saat mulai merawat Si Kecil. Bicarakan dengan dokter mengenai cara merawat Si Kecil sekaligus menjaga kesehatannya. Ketika ibu tahu cara dan siap merawat Si Kecil, maka syndrome baby blues pun dapat ibu hindari.
3. Berbagi beban bersama pasangan
Ini merupakan cara terbaik untuk menghindari sindrom pasca melahirkan. Bicarakan masalah merawat Si Kecil serta berbagi tanggung jawab dengan pasangan dapat meringankan beban ibu, baik secara fisik maupun psikis.
4. Menemukan komunitas yang menguatkan
Menurut jurnal ilmiah berjudul How to Cope with Baby Blues: A Case Report yang dipublikasikan di Journal of Psychiatry Psychology and Behavioral Research, dukungan support system pada ibu saat hamil dan setelah melahirkan akan mencegah terjadinya baby blues syndrome.
Berbagi pengalaman dengan ibu-ibu lain melalui komunitas online ataupun dengan sahabat yang juga seorang ibu, dapat memberikan rasa lega dan mengurangi beban emosional yang ibu rasakan.
5. Pola makan sehat dan istirahat cukup
Mengonsumsi makanan dalam interval teratur dan mencukupi kebutuhan energi tubuh dapat membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil. Kelaparan dan hipoglikemia (kadar gula darah rendah) dapat memengaruhi suasana hati dan menyebabkan perubahan emosi yang drastis.
Ini sesuai dengan yang dianjurkan dalam jurnal ilmiah berjudul The Baby Blues and Postnatal Depression yang dipublikasikan di Andalas Journal of Public Health. Menurut studi tersebut istirahat yang cukup dan membiarkan ibu mengeluarkan isi hatinya, dapat mencegah syndrome baby blues yang berkepanjangan.
6. Berpikir positif
Berpikir positif dapat membantu meningkatkan kesejahteraan emosional ibu. Fokus pada pikiran-pikiran positif dan memahami bahwa gejala syndrome baby blues adalah hal yang wajar dan akan berlalu, dapat membantu ibu menghadapi fase ini dengan lebih baik.
7. Menulis atau merekam perasaan
Menulis jurnal atau merekam perasaan dapat menjadi sarana untuk melepaskan emosi yang terpendam. Tulis apa yang kamu rasakan tanpa ada batasan atau penilaian. Ini dapat membantu kamu memahami dan mengatasi perasaan yang muncul, serta memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri.
Waspadai Gejala Depresi Pasca Melahirkan
Tahukah ibu kalau syndrome baby blues ini juga bisa berdampak pada psikologis Si Kecil? Pasalnya, selama mengalami syndrome baby blues, bayi akan sulit untuk berinteraksi dengan ibunya.
Bila terus dibiarkan, hal ini bisa membuat bayi menjadi pendiam atau pasif. Ketika ia beranjak besar, anak juga bisa tumbuh menjadi penakut dan sulit mengambil tantangan baru.
Bayi juga bisa menjadi sulit tidur karena ia bisa merasakan kecemasan atau kegelisahan yang dirasakan oleh ibunya. Selama masa kehamilan hingga setelah melahirkan, ada ikatan emosional antara bayi dan ibu.
Itulah mengapa ketika ibu merasa sedih atau cemas, bayi pun juga bisa merasakannya. Hal itu akan membuat Si Kecil ikut gelisah dan tidak bisa tidur.
Selain itu, baby blues juga bisa memengaruhi produksi ASI ibu. Bila ibu merasa stres, sedih dan cemas, tubuh tidak bisa memproduksi ASI dengan baik. Jumlah ASI yang berkurang tentu saja akan memengaruhi tumbuh kembang bayi.
Apakah baby blues bisa berkepanjangan? Jika gejala syndrome baby blues tidak membaik setelah beberapa minggu atau memburuk menjadi lebih intens, ini dapat menunjukkan adanya komplikasi yang lebih serius seperti depresi pascapersalinan.
Depresi pascapersalinan adalah kondisi medis yang memengaruhi perasaan, pikiran, dan kesejahteraan seorang ibu setelah melahirkan. Gejala depresi pascapersalinan dapat mencakup:
- Perasaan sedih yang persisten.
- Kehilangan minat atau kegembiraan dalam aktivitas sehari-hari.
- Perubahan pola tidur.
- Kelelahan yang berlebihan.
- Perubahan nafsu makan.
- Perasaan tidak berharga atau bersalah.
- Kesulitan berkonsentrasi.
- Pemikiran tentang melukai diri sendiri atau bayi.
Jika ibu mengalami gejala baby blues syndrome berat yang berlanjut lebih dari dua minggu, atau memburuk segera konsultasikan dengan dokter atau tenaga medis yang berkompeten.
Dokter dapat memberikan evaluasi yang tepat dan dapat merekomendasikan berbagai bentuk perawatan. Ini termasuk dukungan konseling, terapi psikologis, atau bahkan pengobatan medis jika diperlukan.
Referensi:
National Health Service. Diakses pada 2023 Feeling depressed after childbirth.
NCBI. Diakses pada 2023. Postpartum Blue is Common in Socially and Economically Insecure Mothers.
Web MD. Diakses pada 2023. Which Antidepressants Treat Postpartum Depression?
March of Dimes. Diakses pada 2023. Baby blues after pregnancy.
Journal of Psychiatry Psychology and Behavioral Research. Diakses pada 2023. How to Cope with Baby Blues: A Case Report.
Andalas Journal of Public Health. Diakses pada 2023. The Baby Blues and Postnatal Depression.
Nona Woman.com. Diakses pada 2023. Overcoming Baby Blues: Tips For New Mothers.
Kemkes.go.id. Diakses pada 2023. Kesehatan Mental pada Ibu Hamil dan Pasca Melahirkan.