https://d1bpj0tv6vfxyp.cloudfront.net/articles/0c128406-2538-4f22-93d0-56718fd2db5a_article_image_url.webp

 

Bertambahnya usia itu berarti fungsi tubuh akan semakin menurun. Proses penuaan tidak hanya ditandai dengan munculnya keriput, tetapi tubuh juga akan lebih mudah terserang penyakit, karena sistem imun secara perlahan sudah mulai melemah. Meskipun bisa diperlambat, tetapi proses penuaan mau tidak mau tetap akan terjadi. Namun, kamu bisa kok punya tubuh yang tetap sehat dan bugar meski usia sudah menua. Yuk, simak cara menjaga kesehatan di usia tua di bawah ini.

 

1. Makan-makanan Sehat

Agar kesehatan tetap terus terjaga di usia tua, kunci utamanya adalah mengonsumsi makanan yang sehat. Kamu bisa memperbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak. Sebaliknya, kurangilah makanan, seperti daging berlemak, mentega, gula, garam, serta makanan dalam kemasan.

Banyak penelitian menemukan bahwa makan makanan sehat seperti di atas bisa membantu seseorang hidup lebih lama dan terhindar dari penyakit jantung, kanker, Parkinson, dan penyakit Alzheimer.

Sayangnya, cara ini punya kendala lain, yaitu saat menua kemampuan mengecap rasa juga akan kian berkurang. Apalagi banyak makanan yang tidak diperbolehkan dan penggunaan garam juga dibatasi, sehingga selera makan lansia bisa menurun. Namun, kamu bisa membuat menu makanan sehat sendiri dengan menambahkan rempah-rempah yang lebih sehat sebagai penyedap. 

2. Rutin Jalan Kaki

Orang tua juga dianjurkan untuk tetap aktif dengan melakukan olahraga secara rutin. Tidak perlu melakukan olahraga yang terlalu berat, berjalan kaki selama 30 menit setiap hari saja sudah cukup untuk menjaga kesehatan di usia tua. Olahraga sederhana ini bila dilakukan secara teratur dapat memberi manfaat kesehatan yang sangat besar. Berjalan kaki dapat membantu menjaga sel-sel otak tetap sehat dengan memberikan lebih banyak darah dan oksigen. Berjalan kaki juga dapat mengontrol berat badan kamu tetap ideal, meningkatkan suasana hati, serta menjaga tulang dan otot kamu tetap kuat.

3. Banyak Bersosialisasi dengan Orang Lain

Kesepian bisa berbahaya bagi kesehatan orang tua. Bila kamu merasa kesepian, baik kamu tinggal sendiri atau bersama orang lain, maupun punya banyak teman atau tidak, lebih berisiko terkena demensia atau depresi. Para manula yang merasa terisolasi mengalami banyak masalah dalam mengerjakan tugas sehari-hari, seperti mandi atau naik tangga. Mereka juga meninggal lebih cepat daripada orang yang kurang merasa kesepian. Para peneliti juga menemukan bahwa orang yang kesepian memiliki kadar hormon stres yang lebih tinggi yang bisa menyebabkan peradangan atau pembengkakan terkait dengan artritis dan diabetes.

Jadi, banyaklah bersosialisasi. Kamu bisa mengunjungi tetangga, melakukan pekerjaan sukarela, ataupun hanya membantu seseorang yang membutuhkan. 

4. Perbanyak Serat

Ini adalah cara termudah untuk mempertahankan kesehatan di usia tua dalam setiap makanan dan camilan yang dikonsumsi. Ganti roti putih kamu dengan gandum utuh. Tambahkan kacang merah ke dalam sup atau irisan apel ke dalam salad kamu. Serat membuat kamu kenyang lebih lama. Nutrisi tersebut juga dapat mengurangi kadar kolesterol kamu dan menurunkan risiko kamu terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, serta kanker usus besar.

5. Berhenti Merokok

Tembakau dapat membunuh secara perlahan. Zat tersebut dapat merusak hampir semua organ di dalam tubuh kamu. Rokok, tembakau kunyah, ataupun produk apapun yang mengandung nikotin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker, paru-paru dan penyakit gusi, serta banyak masalah kesehatan lainnya.

 

Tips Melakukan Pola Hidup Sehat untuk Lansia

 

 

Tidak ada kata terlambat untuk berhenti. Tubuh kamu akan mulai pulih dalam 20 menit setelah isapan rokok terakhir. Peluang kamu terkena serangan jantung pun akan langsung berkurang. Otomatis, kamu pun akan hidup lebih lama. Nah, itulah 5 cara menjaga kesehatan di usia tua.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Imunisasi BCG merupakan salah satu imunisasi yang wajib diberikan pada bayi. Pemberian imunisasi BCG sebaiknya segera setelah bayi lahir, hingga paling lambat sebelum bayi berusia 3 bulan. Penting memberikan imunisasi BCG pada bayi, karena pemberiannya hanya sekali seumur hidup.”

 

https://d1bpj0tv6vfxyp.cloudfront.net/articles/6a6f5ede-3d44-4b42-bd23-0f4c8aa59fd1_article_image_url.webp

 

Salah satu jenis imunisasi wajib bagi bayi adalah BCD alias Bacillus Calmette-Guérin. Jenis imunisasi ini berfungsi untuk mencegah serangan penyakit tuberkulosis (TBC). Umumnya, imunisasi BCG diberikan pada bayi yang baru lahir atau paling lambat sebelum bayi berusia 3 bulan. Setelah pemberian imunisasi, tidak jarang Si Kecil akan menjadi lebih rewel dan sering menangis. 

Ibu tidak perlu merasa terlalu khawatir saat hal tersebut terjadi. Sebab, rewel dan tangisan anak adalah hal yang wajar terjadi setelah imunisasi. Hal ini merupakan respon atau cara bayi menunjukkan rasa sakit setelah disuntik. Imunisasi BCG memang bisa menyebabkan bayi merasa sangat kesakitan karena suntikan dilakukan pada kulit yang penuh dengan saraf reseptor. Selain rasa nyeri, imunisasi BCG juga akan menyebabkan munculnya luka atau pembengkakan kecil di bekas suntikan.

 

Alasan Bayi Rewel setelah Imunisasi BCG dan Cara Mengatasinya  

Bayi yang baru mendapat suntikan imunisasi BCG bisa menjadi sangat rewel. Hal itu bisa terjadi sebagai efek samping dari suntikan. Selain rewel, anak yang baru mendapat imunisasi BCG juga bisa mengalami luka melepuh di area kulit bekas suntikan. Terkadang, bekas luka terasa sakit dan lebam selama beberapa hari. Jika gejala tidak memburuk dan luka terlihat semakin membaik, artinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. 

Selain itu, suntikan imunisasi ini juga bisa menyebabkan bayi mengalami peningkatan suhu tubuh alias demam. Tapi tidak perlu khawatir, demam biasanya akan membaik dan suhu tubuh menurun dalam beberapa jam. Bayi mungkin akan semakin rewel dan bisa terus menangis jika nyeri bekas suntikan disertai dengan gejala demam. Meski begitu, ibu tidak disarankan untuk memberikan obat-obatan dalam mengatasi efek-efek tersebut. 

 

Mengatasi anak yang rewel setelah imunisasi BCG bisa dilakukan dengan sebisa mungkin membuatnya merasa tenang. Cobalah untuk sesering mungkin memberi ASI pada bayi. Selain membuat anak merasa lebih tenang, memberi ASI juga bisa membantu menurunkan suhu tubuh, dan membuat nyeri di badan Si Kecil menjadi lebih baik. 

Alih-alih memberi obat sembarangan, cobalah untuk mengompres bayi untuk membantu suhu tubuhnya lebih cepat turun. Mengatasi rewel Si Kecil setelah imunisasi BCG juga bisa dilakukan dengan menenangkan dan selalu mendekap bayi. Kurangi rasa sakitnya dengan membungkus bayi, atur posisi agar ia merasa senyaman mungkin. Bayi yang tengah mengalami efek samping dari imunisasi juga bisa ditenangkan dengan memperdengarkan suara-suara lembut, serta dengan mengayunkan dan mencium anak. 

Meski bisa memberi efek samping dan membuat anak rewel, tetapi imunisasi BCG tetap harus diberikan pada anak. Pasalnya, imunisasi ini penting untuk mencegah penyakit TBC. Vaksin BCG terbuat dari bakteri tuberkulosis yang sudah dilemahkan, sehingga memberi perlindungan pada tubuh terhadap serangan virus yang sama. Bakteri yang digunakan adalah Mycobacterium bovine, yang paling mirip dengan bakteri penyebab tuberkulosis pada manusia. Imunisasi BCG sangat efektif mencegah penyakit tuberkulosis dan penyakit lain yang sama berbahayanya, yaitu meningitis TB pada anak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"Pasca imunisasi, anak mendadak jadi rewel atau bahkan menangis tanpa henti. Hal ini sangatlah wajar sebagai reaksi Si Kecil atas rasa tidak nyaman yang timbul. Namun, penting diketahui bahwa ada beberapa hal yang bisa dilakukan guna menenangkan anak pasca imunisasi. "

 

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2021/08/09081751/Anak-Menangis-Tanpa-Henti-setelah-Imunisasi-Orangtua-Harus-Apa.jpg.webp

 

Imunisasi anak merupakan upaya terbaik untuk melindungi sang buah hati dari paparan penyakit akibat virus, kuman dan bakteri. Saat ini, IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) merekomendasikan setiap bayi yang lahir untuk segera imunisasi dasar dan imunisasi tambahan. Namun, terkadang orang tua merasa tidak tenang bila sudah dekat dengan jadwal imunisasi. Pasalnya, setelah imunisasi Si Kecil kerap menjadi rewel atau menangis tanpa henti, sehingga membuat orang tua jadi khawatir. 

Sebenarnya kondisi rewel pada anak setelah imunisasi sangatlah wajar. Hal ini diakibatkan vaksin telah bekerja dan sedang membangun antibodi.

 

Mengapa Anak Menangis Tanpa Henti?  

Sebelum memikirkan apa yang harus dilakukan, penting diketahui bagi orang tua

apa penyebab anak rewel atau menangis tanpa henti. Berikut ini adalah kondisi yang umumnya menjadi penyebabnya, antara lain: 

Demam 

Demam adalah salah satu efek samping dari imunisasi. Hal ini disebabkan oleh masuknya zat asing ke dalam tubuh anak. Akibatnya, peningkatan suhu tubuh pun terjadi dan bayi menjadi rewel atau tidak berhenti menangis. Umumnya anak akan mengalami demam beberapa jam setelah diimunisasi. Namun, jangan khawatir, demam pasca imunisasi menunjukan bahwa tubuh Si Kecil sedang membentuk antibodi. 

Panik 

Faktor psikologis anak seperti panik juga dapat membuatnya menangis tanpa henti pasca imunisasi. Hal ini bisa saja dipicu oleh kekhawatiran dan kepanikan dari orang tua. Pasalnya, ikatan batin antara anak dan ibu sangatlah kuat. Namun, hal ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Umumnya anak akan merasa panik ketika melihat suntikan saat akan diimunisasi. Selain itu, kombinasi rasa panik dan trauma pasca disuntik juga dapat menjadi penyebab mengapa anak rewel. 

Bekas luka suntikan 

Bekas suntikan imunisasi juga dapat meninggalkan rasa pegal dan nyeri di kulit anak. Misalnya setelah melakukan imunisasi Bacillus Calmette-Guérin (BCG). Imunisasi ini berfungsi untuk mencegah serangan penyakit TBC. Namun, luka suntikan dari imunisasi ini dapat menyebabkan kulit anak melepuh di area bekas suntikan. 

Selain itu, imunisasi BCG juga dilakukan pada saraf yang penuh reseptor. Akibatnya anak pun menjadi lebih rewel atau menangis tanpa henti. Tetapi Ibu tidak perlu khawatir karena luka dan rasa nyeri bekas imunisasi ini bisa hilang dalam waktu 2-3 hari. 

 

Tips Mengatasi Anak Rewel Pasca Imunisasi

Melihat Si Kecil menangis tanpa henti atau rewel akibat rasa ketidaknyaman pasti membut ibu khawatir atau tak tega melihatnya. Nah, berikut ini ada beberapa tips untuk mengatasinya, antara lain: 

Perhatikan demamnya 

Periksa temperatur tubuh anak pasca imunisasi. Menangis tanpa henti merupakan indikasi adanya rasa tidak nyaman pada diri Si Kecil. Gunakan termometer untuk memeriksa suhu tubuhnya. Bila suhunya sedang tinggi, maka ibu bisa mengompres dahi dan bekas luka suntikannya agar anak merasa lebih nyaman. Jangan lupa untuk menggunakan air yang tidak terlalu dingin. Lalu, pastikan anak memakai baju yang longgar dan tidak terlalu sempit. Sehingga Si Kecil bisa beristirahat dengan tenang dan nyaman. 

Ciptakan suasana yang tenang

Anak akan menjadi rewel atau bahkan menangis pasca imunisasi, terkadang anak juga menolak untuk menyusu atau makan. Untuk itu, Ibu perlu menenangkan Si Kecil agar merasa lebih nyaman. Ketika disuntik, ibu sebaiknya berada di dekat anak agar dirinya merasa nyaman. Setelahnya, gendonglah Si Kecil agar merasa aman dan nyaman berada di pelukan Ibu. Setelahnya, pastikan anak mengenakan baju yang nyaman dan tidak terlalu sempit. Jangan lupa untuk mengatur suhu ruangan agar jangan terlalu panas atau dingin, lalu temani Si Kecil hingga tertidur.  

Susui bayi

Bila anak masih dalam usia menyusui, ada baiknya Ibu menyusui bayi pasca imunisasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan ketidaknyaman yang dialami anak. Dilansir dari penelitian Cochrane Database of Systematic, bayi yang menyusu saat disuntik cenderung lebih sedikit menangis dibandingkan yang tidak. 

Pasalnya, bayi akan merasa lebih nyaman dan tenang ketika menyusui. Karena menyusui mendorong hormon oksitosin pada Ibu dan anak. Alhasil, anak pun jadi tidak terlalu panik saat disuntik. Untuk itu, usahakan untuk menyusui sebelum dan sesudah imunisasi dilakukan, agar anak bisa lebih tenang. Namun, bila anak sudah tidak menyusui, ibu bisa terapkan cara yang sebelumnya sudah dijelaskan. 

 

 

 

 

Referensi: 

Immunize.org. Diakses pada 2021. After The Shots, What to do if your child has discomfort? 
abc pediatric clinic. Diakses pada 2021. Immunization Reactions
Cochrane Database of Systemic. Diakses pada 2021. Does breastfeeding reduce vaccination pain in babies aged 1 to 12 months?