“Tidak semua usia pada bayi bisa menggunakan bouncer. Faktanya, alat ini memiliki batas usia agar tetap aman dari risiko terjatuh.”

 

10 Rekomendasi Electric Baby Bouncer Terbaik (Terbaru 2023) - CekList.ID

Perkembangan teknologi semakin maju dan ada banyak sekali barang yang dapat memudahkan hidup. Untuk membantu orangtua mengasuh bayi, bouncer adalah salah satu barang yang wajib dimiliki. Alat ini membuat bayi merasa seperti digendong oleh ayah atau ibunya.

Namun, di usia berapa sih alat ini boleh digunakan?

 

Batas Usia dalam Menggunakan Bouncer

Baby bouncer adalah alat penyangga yang berguna agar bayi dapat berbaring dengan nyaman di dekat orangtuanya. Kursi ini memiliki penyangga dan strukturnya terangkat dari tanah. Dilengkapi juga dengan mekanisme mampu bergoyang layaknya digendong.

Ada dua pilihan dari alat ini, yaitu bergoyang saat ditekan dengan perlahan. Selain itu juga ada versi elektrik yang bisa bergoyang secara otomatis saat tombolnya dinyalakan. Pilihan kedua membuat alat tersebut bergoyang tanpa perlu ditekan.

Lalu, pada usia berapakah bayi bisa menggunakan bouncer?

Alat bantu ini bisa digunakan oleh bayi yang baru lahir di minggu pertama hingga usianya sekitar 6 bulan. Alasan umur maksimal dari penggunaannya hanya sampai 6 bulan, di usia ini bayi sudah ingin bermain dan bergerak bebas untuk mengitari lingkungan sekitarnya.

Selain itu, pemilihan bantal yang tepat juga perlu dilakukan. Hal ini untuk mencegah timbulnya sindrom kepala datar pada bayi yang baru lahir. Masalah ini rentan terjadi pada bayi karena berbaring dalam waktu yang lama.

Saat bayi baru lahir, kepalanya masih lunak dan lentur, sehingga tekanan yang berkepanjangan dapat menyebabkan bagian belakangnya rata. Bahkan, masalah ini dapat memengaruhi tulang tengkorak yang dimilikinya.

 

Untuk Bayi Lebih Besar, Gunakan Jumper

Untuk bayi di atas 6 bulan bisa menggunakan jumper. Alat bantu ini dirancang untuk membuat bayi jauh lebih aktif yang kemampuan fisiknya telah mumpuni untuk menggunakannya.

Jumper biasanya dilengkapi dengan kursi empuk dan terkadang rangka kokoh agar bayi dapat berdiri serta tanpa penyangga leher. Alat ini dapat memberi bayi sedikit kebebasan untuk bergerak dan melompat.

Sebelum memutuskan untuk menggunakannya, pastikan bayi sudah mampu mengontrol lehernya dan tidak membutuhkan bantuan untuk mengangkat kepala. Hal ini biasanya terjadi sekitar usia 6 bulan, tetapi hal ini tergantung pada perkembangan tiap bayi.

 

Hal Lainnya yang Perlu Dipahami Tentang Penggunaan Bouncer

Hal yang perlu dipahami adalah kehadiran fisik dari orangtuanya tidak akan pernah tergantikan. Peralatan tersebut hanya mempermudah para orangtua saat ingin melakukan sesuatu yang harus dikerjakan sesegera mungkin.

Selain itu, jangan pernah meninggalkan bayi tanpa pengawasan satu orang pun. Sebaiknya, posisi bayi tetap dekat dengan salah satu orangtuanya dan berinteraksi sesekali saat diletakkan di bouncer.

Kamu dapat menggunakannya sambil menonton TV, memasak, atau mengeringkan rambut setelah mandi, dan lainnya. Pastikan untuk meletakkan bouncer di lantai agar risiko jatuh bisa diminimalisir. Penggunaan alat ini dapat membuat ibu memiliki waktu untuk diri sendiri selama beberapa menit.

Itulah pembahasan mengenai usia yang tepat pada bayi dalam menggunakan jumper. Ibu perlu memperhatikan penggunaan dari alat ini pada anak, jangan pernah meninggalkannya sendirian, terlebih pada bayi yang aktif. Risiko untuk terjatuh akan selalu ada, sehingga perhatian dari orangtua harus selalu ada di sekitarnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tips Menjaga Kebugaran Lansia yang Perlu Diketahui

 

 

 

 

“Seiring dengan bertambahnya umur, menjaga kebugaran tubuh agar tetap sehat menjadi tuntutan yang semakin penting. Untuk itu, penting mengetahui berbagai tips yang bisa dilakukan untuk menjaga kebugaran lansia.”

 

Seiring bertambahnya usia, tuntutan untuk tetap menjaga kebugaran semakin penting agar tubuh tetap sehat. Selain untuk menjaga kesehatan tubuh, hal ini penting untuk tiap lansia lakukan agar memiliki umur yang panjang.

Berkaitan dengan hal tersebut, ada penyesuaian pola hidup yang perlu lansia lakukan agar kesehatan saat berusia lanjut dapat terjaga dengan baik. Simak berikut ini berbagai tips untuk menjaga kebugaran lansia!

Tips Menjaga Kebugaran Tubuh untuk Lansia

Saat beranjak menua, seseorang akan mengalami berbagai perubahan dari segi fisik maupun mental. Untuk meminimalisir efeknya bagi kesehatan, ini beberapa tips yang bisa lansia lakukan:

1. Tetap aktif bergerak

Banyak lansia yang hanya menghabiskan waktu berdiam diri saja di rumah. Padahal, olahraga ringan menjadi salah satu tips menjaga kebugaran lansia agar kesehatan fisik dan mental dapat terjaga dengan baik.

Dengan tubuh dan pikiran yang sehat, maka harapan hidup menjadi lebih panjang. Aktif bergerak juga dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit serius, hingga disabilitas akibat pertambahan usia.

2. Melakukan diet sehat

Diet sehat bukan hanya bertujuan untuk menurunkan berat badan saja, tetapi juga menjaga kesehatan tubuh di kemudian hari. Kondisi seperti obesitas dan berat badan terlalu ringan akan memicu berbagai penyakit serius di kemudian hari. 

Untuk melakukan diet sehat, yang perlu lansia lakukan adalah memperbanyak konsumsi makanan sehat bergizi seimbang dengan takaran nutrisi yang tubuh perlukan. Selain itu, konsultasi dengan dokter juga bisa membantu menentukan diet yang cocok untuk kondisi tubuh tertentu.

3. Konsumsi makanan dan minuman sehat

Tips menjaga kebugaran lansia selanjutnya adalah mengubah pola makan menjadi lebih sehat. Hal yang satu ini perlu menjadi kebiasaan sejak muda agar tidak sulit untuk orang tua lakukan di kemudian hari.

Pola makan yang dokter sarankan adalah mengonsumsi makanan dengan rendah lemak jenuh, ikan dengan kandungan tinggi omega-3, gandum, produk susu rendah lemak, buah-buahan, juga sayuran.

Terkait dengan minuman yang baik untuk konsumsi, pastikan untuk memenuhi asupan cairan dengan banyak mengonsumsi air putih. Lansia juga bisa mengonsumsi teh, kopi, dan jus buah dengan sedikit gula. Sebisa mungkin hindari minuman yang terlalu dingin dan manis. Alih-alih membeli minuman manis dengan pemanis buatan, kamu bisa membuatnya sendiri di rumah agar terjamin kesehatan dan kebersihannya.

4. Beristirahat atau tidur yang cukup

Gangguan tidur menjadi salah satu masalah yang sering terjadi pada lansia. Berkaitan dengan hal tersebut, usahakan untuk memenuhi kebutuhan istirahat dengan tidur yang cukup. Jika memiliki waktu tidur berkualitas, hal tersebut akan berdampak baik pada kesehatan fisik maupun mental.

Adapun untuk tips tidur dengan nyaman, kamu bisa mengatur suhu ruangan hingga nyaman dan matikan lampu. Gunakan juga humidifier dan aromaterapi jika perlu.

5. Menjaga kesehatan kognitif

Menjaga kesehatan kognitif bisa kamu lakukan dengan bermain permainan yang dapat melatih ketajaman ingatan dan kemampuan berpikir. Beberapa jenis permainan yang disarankan, yaitu puzzle atau teka-teki silang.

Perbanyak permainan yang membutuhkan keterampilan berpikir setiap harinya. Melakukan hal ini bisa memperlambat penurunan kinerja otak dan risiko terjadi penyakit otak seperti Alzheimer dan demensia.

6. Lakukan pemeriksaan secara rutin

Tidak dapat dimungkiri kalau pertambahan usia meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit berbahaya. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan pemeriksaan rutin untuk memantau kondisi kesehatan secara berkala. Jika memiliki penyakit bawaan, lansia juga bisa mengonsumsi obat berdasarkan resep dokter secara rutin. 

Ibu, sebaiknya jangan sepelekan kondisi batuk yang dialami anak. Batuk menjadi salah satu penyakit yang cukup sering menyerang anak-anak. Meskipun batuk yang ringan dapat hilang dengan sendirinya, bukan berarti ibu boleh menganggap remeh kondisi batuk pada anak.

 

9 Tanda Batuk yang Berbahaya pada Anak

Bila anak batuk dan disertai oleh gejala lain, maka ada kemungkinan kondisi tersebut menjadi tanda dari suatu penyakit tertentu. Maka dari itu, ibu harus tahu beberapa tanda batuk yang berbahaya pada anak untuk mendapatkan penanganan dini.

 

Ibu, Perhatikan Tanda Batuk Berbahaya pada Anak

Saat anak terserang batuk, hal ini bisa terjadi karena lapisan tenggorokan mengalami iritasi. Hal ini sering terjadi saat anak sedang sakit atau tubuhnya melawan penyakit yang menghasilkan banyak dahak. Dilansir dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), batuk yang dialami oleh anak umumnya merupakan tanda bahwa tubuh sedang berusaha mengeluarkan benda asing yang berada pada saluran napas. 

Batuk dapat hilang dengan sendirinya jika rangsangan reseptor penyebab batuk juga menghilang. Namun, sebaiknya ibu juga perlu mengetahui beberapa tanda dari batuk yang berbahaya pada anak dengan melihat kondisinya. Nah, kondisi yang dapat menjadi tandanya, antara lain:

  • Kesulitan bernapas.
  • Tidak dapat berkomunikasi dengan baik.
  • Warna bibir dan ujung kuku berubah menjadi pucat atau kebiruan.
  • Batuk disertai dengan muntah.
  • Mengeluarkan dahak atau air liur yang cukup banyak.
  • Anak terlihat kesakitan pada bagian dada atau bagian tubuh yang lain.
  • Mengalami batuk darah.
  • Demam hingga lebih dari 38 derajat Celsius.
  • Memiliki usia di bawah 4 bulan.

Kondisi tersebut merupakan beberapa tanda batuk yang cukup berbahaya pada anak-anak. Jika anak mengalami beberapa kondisi tersebut ketika batuk, periksakan kondisi kesehatan anak pada rumah sakit terdekat untuk mengetahui penyebab batuk pada anak.

 

Kategori batuk yang dapat berbahaya bagi anak:

Batuk yang Disertai Sesak Napas

Batuk yang terjadi terus-menerus atau batuk terlalu keras bisa membuat Si Kecil menjadi sesak napas. Ciri-ciri anak yang sesak napas saat membuat suara tertentu ketika menarik napas atau mengeluarkan suara yang keras ketika tidur. Anak yang kesulitan bernapas juga ditandai dengan meningkatnya jumlah gerakan napas.

Penyebab kondisi batuk seperti ini biasanya adalah karena virus yang menyebabkan radang pada kotak suara dan batang tenggorokan. Batuk yang sampai menyebabkan sesak napas bisa dialami Si Kecil pada usia sekitar enam bulan sampai tiga tahun yang biasanya terjadi ketika Si Kecil mengalami demam.

Hal ini dapat menjadi tanda batuk yang berbahaya pada anak sehingga pertolongan segera perlu dilakukan. Ibu bisa memberikan pertolongan pertama pada Si Kecil dengan cara mengajaknya menghirup uap air panas selama 15 hingga 20 menit. Cara ini dapat membantu menghangatkan dan membuka saluran napas Si Kecil, sehingga dia bisa bernapas kembali.

Batuk Kering yang Semakin Parah di Malam Hari

Ada juga kondisi batuk pada anak yang bisa semakin parah di malam hari atau saat suhu udara lebih dingin. Biasanya batuk seperti ini disebabkan oleh asma, yaitu kondisi kronis di mana saluran udara di paru-paru menyempit dan meradang, sehingga paru-paru menghasilkan lendir. Akibatnya, timbul rasa gatal yang menyebabkan Si Kecil batuk-batuk.

Batuk Berdahak Disertai Pilek

Tanda batuk yang berbahaya lainnya pada anak adalah terjadinya batuk berdahak. Cara ini dilakukan agar tubuh dapat mengeluarkan dahak dari paru-paru. Maka dari itu, batuk berdahak lebih membebani area dada. Umumnya batuk berdahak pada anak disebabkan oleh infeksi bakteri.

Namun, bila batuk berdahak yang dialami Si Kecil juga disertai dengan gejala lain, seperti pilek, sakit tenggorokan, mata berair, serta nafsu makan menurun, maka ibu perlu berhati-hati. Gangguan batuk yang disertai pilek paling sering terjadi saat cuaca sedang dingin yang bisa berlangsung selama satu sampai dua minggu.

Baca juga: Masih Masa Pertumbuhan, Mengapa Anak Sering Flu dan Batuk?

Batuk Disertai Demam

Jangan sepelekan batuk yang disertai dengan demam. Pasalnya, batuk yang disertai demam selama beberapa hari bisa membuat suara anak menjadi serak dan ritme napasnya meningkat. Selain itu, masalah ini dapat menjadi ciri-ciri dari penyakit Bronkiolitis. Bronkiolitis merupakan infeksi yang terjadi pada bronkiolus atau saluran terkecil di paru-paru. Saat saluran ini membengkak dan penuh dengan lendir, Si Kecil akan kesulitan bernapas.

Maka dari itu, saat anak mengalami batuk disertai dengan demam, ibu harus berhati-hati dan segera memeriksakannya karena mungkin saja menjadi tanda dari batuk yang berbahaya pada anak. Masalah ini lebih sering terjadi saat memasuki musim hujan ketika udara sedang dingin. Dengan mengetahui risikonya, ibu bisa mencegahnya sebelum terjadi.

Pemeriksaan terkait batuk pada anak perlu dilakukan jika sudah dirasa tidak normal. Memang, penanganan awal yang dapat dilakukan adalah memperbanyak istirahat dan membuat tubuh tetap terhidrasi.