"Masalah puting yang lecet akibat menyusui dialami oleh hampir semua ibu. Kondisi ini seringkali terjadi usai melahirkan, sehingga sebaiknya ibu mengetahui cara yang tepat untuk mengatasi masalah ini ketika menyusui."

 

5 Tips Mengobati Puting yang Lecet Saat Menyusui

 

Ibu yang memberikan ASI eksklusif sering mengalami masalah puting lecet. Kondisi ini kerap terjadi sekitar dua hari setelah melahirkan. Lecetnya puting dapat disebabkan karena posisi Si Kecil yang kurang tepat atau mulut bayi yang tidak menempel dengan baik saat menyusui.

Bukan hanya membuat ibu kesakitan, ibu mungkin khawatir dengan darah yang bisa bercampur dengan ASI dan terminum oleh Si Kecil. Lantas, bagaimana cara merawat dan mengobati puting yang lecet selama menyusui?

 

 

Cara Mengobati Puting Lecet Saat Menyusui

Jangan sampai kondisi puting yang lecet membuat ibu kapok menyusui Si Kecil. Berikut perawatan yang bisa dilakukan untuk mengobati puting yang lecet akibat menyusui, yaitu:

1. Gunakan ASI

Menurut studi dalam ACS Publications, ASI yang diproduksi oleh tubuh ibu sebenarnya mengandung anti-bakteri, sehingga bisa digunakan untuk mengobati puting lecet dan mengurangi rasa sakitnya. Caranya, oleskan beberapa tetes ASI pada area puting yang lecet sebelum dan sesudah menyusui, kemudian angin-anginkan hingga kering.

2. Kompres dengan Air Hangat

Untuk mengurangi rasa sakit di puting yang lecet, ibu bisa menggunakan handuk yang sudah direndam di air hangat, kemudian kompres payudara sebelum menyusui. Melansir dari Medical News Today, kompres air hangat juga membantu membersihkan area puting dan meningkatkan produksi ASI. Ibu bisa mandi dengan air hangat agar efeknya terasa hingga ke sekujur tubuh.

3. Oleskan Pelembap Alami

Bahan-bahan alami seperti minyak zaitun, minyak kelapa atau minyak almond berkhasiat melembapkan area puting yang lecet. Selain itu, ibu dapat menggunakan tea tree oil yang mengandung antiseptik, sehingga mampu mengobati puting lecet lebih cepat. Kandungan tersebut dapat mencegah masalah lain yang dapat menghambat pemulihan puting yang sakit.

4. Oleskan Salep

Salep khusus untuk menangani puting lecet kini mudah ditemukan dan banyak di jual bebas. Nah, penggunaan salep ini dapat mencegah puting melepuh, menjaga area puting tetap lembap dan mengurangi rasa gatal dan nyeri. Pilihlah salep yang mengandung chamomile atau calendula untuk menenangkan puting yang lecet.

5. Konsumsi Makanan Sehat dan Bergizi

Pola makan yang sehat dan seimbang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh serta membantu melawan beberapa infeksi jamur yang rentan terjadi ketika puting lecet. Pastikan ibu banyak mengonsumsi buah dan sayuran, serta vitamin atau suplemen.

 

Ibu juga tidak boleh lupa untuk selalu menjaga kebersihan payudara dengan mengganti bantalan payudara atau breast pad setiap selesai menyusui. Sebaiknya menggunakan bra berbahan katun agar sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Biarkan puting benar-benar kering sebelum kembali berpakaian.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Autisme merupakan gangguan perkembangan otak. Kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi seseorang dengan orang lain. Sayangnya, autisme rentan terjadi pada anak sejak balita. Ciri-ciri yang perlu dikenali yaitu tidak merespon saat dipanggil namanya hingga tidak mampu merespon emosi.

Tahap Pertumbuhan Anak Sesuai Usia 4–5 tahun

Mau tahu berapa jumlah pengidap autisme pada anak-anak? Menurut data dari WHO, autisme terjadi pada 1 dari 160 anak di seluruh dunia. Cukup banyak, bukan?

Autisme sendiri merupakan gangguan perkembangan otak yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Selain itu, pengidapnya juga akan mengalami gangguan perilaku dan membatasi minat pengidapnya.

Lalu, seperti apa sih ciri-ciri autisme itu?

Ciri-Ciri Autisme

Berbicara ciri-ciri autisme tak hanya menyoal satu-dua hal saja. Sebab, masalah yang satu ini bisa ditandai oleh berbagai tanda. Misalnya, sekitar 25–30 persen anak dengan autisme kehilangan kemampuan berbicara, meski mereka mampu berbicara saat kecil. Sedangkan 40 persen anak dengan autisme, tak berbicara sama sekali.

Selain itu, ciri-ciri autisme terkait komunikasi dan interaksi sosial, meliputi:

1.Tidak Merespons bila Namanya Disebut

Anak yang normal akan merespon bila namanya disebut. Hanya 20 persen anak yang mengidap autis akan merespon bila namanya disebut.

2.Tidak Merespon Emosi

Anak yang normal sangat sensitif dengan emosi orang lain. Sedangkan anak dengan autisme, lebih kecil kemungkinannya untuk tersenyum ketika menanggapi senyuman orang lain.

3.Tidak Meniru Kebiasaan Orang Lain

Anak dengan autisme tidak suka meniru. Anak dengan kondisi normal cenderung meniru ketika seseorang tersenyum, menepuk, atau melambaikan tangan.

4.Tidak Suka Bermain yang “Berpura-Pura”

Anak perempuan berumur dua atau tiga tahun biasanya suka mengasuh boneka miliknya atau berperan sebagai seorang “ibu”. Sedangkan anak dengan autisme, hanya fokus pada boneka tersebut.

Selain hal-hal di atas, ciri-ciri autisme juga bisa ditandai dengan:

  • Lebih senang menyendiri, seperti ada di dunianya sendiri.
  • Tak bisa memulai atau meneruskan percakapan, bahkan hanya untuk meminta sesuatu.
  • Sering menghindari kontak mata dan kurang menunjukkan ekspresi.
  • Nada bicaranya tidak biasa, misalnya datar.
  • Sering menghindari kontak mata.
  • Menghindari dan menolak kontak fisik dengan orang lain.
  • Enggan berbagi, bermain, atau berbicara dengan orang lain.
  • Sering mengulang kata (echolalia), namun tak memahami penggunaannya secara tepat.
  • Cenderung tak memahami pertanyaan atau petunjuk sederhana.

Autisme Bisa Disebabkan Banyak Faktor

Sampai saat ini penyebab pasti dari autisme belum diketahui secara pasti. Tapi, setidaknya ada beberapa faktor yang diduga bisa memicu masalah ini, seperti:

  • Terlahir Kembar. Dalam kasus kembar tidak identik, terdapat 0–31 persen kemungkinan autisme pada salah satu anak memengaruhi kembarannya juga mengalami autisme. Pengaruh ini akan semakin besar bila anak terlahir kembar identik.
  • Genetik. Sekitar 2–18 orangtua dari anak dengan autisme akan berisiko memiliki anak kedua dengan gangguan yang sama.
  • Jenis Kelamin. Faktanya, anak laki-laki empat kali lebih berisiko mengalami autisme dibandingkan anak perempuan.
  • Usia. Semakin tua usia saat memiliki anak, semakin tinggi pula risiko memiliki anak autis. Wanita yang melahirkan di atas usia 40 tahun, berisiko melahirkan anak autis hingga 77 persen, bila dibandingkan melahirkan di bawah usia 25 tahun.
  • Gangguan Lainnya. Autisme juga bisa dipicu oleh gangguan, seperti sindrom down, lumpuh otak, distrofi otot, hingga sindrom Rett.

Nah itulah beberapa ciri autisme pada balita 0-3 tahun yang perlu dikenali. Jika Si Kecil memiliki gejala yang dicurigai ciri autisme, tidak ada salahnya untuk memeriksakannya pada dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat..

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

"Diare merupakan salah satu gejala infeksi rotavirus yang perlu diwaspadai. Virus ini dapat ditemukan dalam tinja seseorang saat sebelum, selama, dan setelah mengalami diare."

 

Diare Anak Tak Kunjung Sembuh, Waspada Rotavirus

Apakah Si Kecil mengalami diare yang tak kunjung sembuh? Bisa jadi itu gejala infeksi rotavirus. Virus ini cukup umum menyebabkan diare parah pada anak-anak, terutama yang berusia kurang dari 2 tahun. Data dari Stanford Children’s Health menyebutkan bahwa infeksi rotavirus bisa menyebabkan hingga 10 persen dari semua kasus diare pada anak di bawah usia 5 tahun.

 

Lebih Lanjut tentang Infeksi Rotavirus

 

Rotavirus sangat menular, karena virus dapat hidup lama di luar tubuh. Virus ditemukan dalam tinja seseorang sebelum, selama, dan setelah orang tersebut mengalami diare. Seseorang dapat menularkan virus bahkan ketika dia tidak memiliki gejala.

 

Tidak mencuci tangan anak dapat menyebabkan virus mencemari benda lain, seperti mainan. Anak-anak lain kemudian dapat terinfeksi jika mereka juga menyentuh benda-benda yang terkontaminasi ini. Orangtua dan pengasuh juga dapat menularkan virus jika mereka tidak mencuci tangan setelah mengganti popok.

 

Bayi dan anak-anak berada pada risiko tertinggi untuk terinfeksi rotavirus. Pada saat anak-anak mencapai usia 5 tahun, hampir semuanya telah mengalami setidaknya satu infeksi rotavirus. Risiko diare dan dehidrasi parah paling besar terjadi pada anak di bawah usia 3 tahun.

 

Seperti Apa Gejala Infeksi Rotavirus?

 

Gejala infeksi rotavirus umumnya muncul dua hingga tiga hari setelah seorang anak terinfeksi. Gejala pertama adalah demam, sakit perut, dan muntah. Gejala ini diikuti oleh kram perut dan diare berair.

 

Diare bisa ringan hingga parah, dan bisa berlangsung tiga hingga sembilan hari. Bahaya diare parah pada anak di bawah 3 tahun adalah dehidrasi yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani.

Gejala dehidrasi akibat diare yang perlu diwaspadai adalah:

  • Haus.
  • Kelelahan atau gelisah.
  • Sensitif dan mudah marah.
  • Napas cepat.
  • Mata agak cekung.
  • Mulut dan lidah kering.
  • Kulit dingin di lengan dan kaki.
  • Lebih jarang ganti popok.

 

Rotavirus adalah infeksi virus, jadi tidak bisa diobati dengan antibiotik. Infeksi harus diawasi dengan ketat karena diare pada anak-anak dapat menyebabkan dehidrasi. Mencatat berapa kali anak buang air kecil akan membantu dalam diskusi dengan dokter tentang dehidrasi.

 

Seorang anak yang mengalami diare ringan dapat terus makan dengan normal, tetapi ibu harus memberinya cairan ekstra. Air adalah pilihan yang baik untuk anak di atas enam bulan. Jus buah atau minuman bersoda yang banyak dapat memperparah diare karena jumlah gula yang dikandungnya.

 

Dokter mungkin merekomendasikan solusi rehidrasi oral. Jika Si kecil masih disusui, terus susui ia selama sakit, sesering mungkin. Jika Si Kecil muntah, berikan lebih sering cairan bening dalam jumlah kecil. Jangan berikan obat untuk muntah atau diare kecuali dokter merekomendasikannya.