“Lindungi anak dari demam berdarah dengan memastikan tubuh anak terhidrasi dengan baik, memperkuat sistem kekebalan tubuh anak, dan menjaga kebersihan lingkungan.”
Demam berdarah adalah penyakit yang berasal dari virus dengue. Nah, virus ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penting bagi orang tua mengetahui lebih banyak seputar penyakit demam berdarah agar dapat mencegahnya.
Tidak ada salahnya memberikan anak krim anti nyamuk atau pakaian yang tertutup saat anak melakukan kegiatan di luar rumah. Sebab, gigitan nyamuk pada anak dapat meningkatkan risiko alami demam berdarah.
Gejala Demam Berdarah pada Anak
Demam berdarah merupakan salah satu penyakit yang cukup berbahaya. Anak-anak rentan mengalami penyakit ini, karena sistem kekebalan tubuh mereka yang lebih lemah.
Demam berdarah yang tidak mendapatkan pengobatan secara tepat dapat bertambah buruk, sehingga membahayakan untuk kesehatan anak. Untuk itu, kenali gejala awal dari demam berdarah agar anak segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Hal ini penting mengingat penyakitnya bisa menjadi serius dengan cepat. Ibu bisa membaca artikel mengenai Gejala Awal Demam Berdarah pada Anak untuk mendeteksi dini dan melakukan pengobatan dengan tepat dan cepat.
Umumnya, gejalanya tidak mudah terlihat karena mirip dengan demam biasa. Tergantung juga pada tingkat keparahan penyakit. Gejala dapat muncul antara 4 hari hingga 2 minggu setelah gigitan nyamuk Aedes.
Berikut ini tanda-tanda demam berdarah yang perlu ibu perhatikan, yaitu:
Gejala mirip flu yang berlangsung selama 2 hingga 7 hari.
Demam tinggi di atas 38 derajat Celsius.
Sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, mual/muntah, pembengkakan kelenjar, nyeri sendi, nyeri tulang atau otot, dan ruam pada kulit.
Gejala parah seperti gusi berdarah, muntah darah, napas cepat, dan kelelahan/gelisah.
Jika gejala semakin para, segera untuk mengonsultasikannya kepada dokter
Inilah Pencegahan Demam Berdarah pada Anak
Ada pepatah lebih baik mencegah daripada mengobati. Maka dari itu, penting mengetahui pencegahan demam berdarah pada anak, yaitu:
1. Lindungi anak dari gigitan nyamuk
Nyamuk Aedes aegypti aktif pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari. Oleh karena itu, hindari anak-anak dari tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, seperti genangan air atau tempat sampah yang tidak ditutup rapat.
2. Memperkuat sistem kekebalan tubuh anak
Sistem kekebalan tubuh yang kuat membantu melindungi anak dari gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pastikan anak memiliki pola makan yang sehat dan cukup istirahat. Selain itu, vaksinasi juga membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh anak.
3. Menjaga kebersihan lingkungan
Membersihkan lingkungan sekitar rumah juga dapat membantu mencegah penularan demam berdarah. Pastikan bahwa tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Misalnya seperti genangan air, kolam ikan, atau tempat sampah selalu dalam keadaan bersih dan tertutup rapat.
4. Jangan menunggu gejala memburuk
Jika anak menunjukkan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, serta ruam kulit, segera bawa anak ke dokter. Demam berdarah dapat menjadi fatal jika tidak diobati dengan benar.
5. Berikan perhatian dan dukungan yang cukup
Terakhir, jangan lupa memberikan perhatian dan dukungan yang cukup pada anak. Anak yang merasa dicintai dan dihargai akan lebih mampu melawan penyakit dan memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat.
"Daripada bermain dengan gadget, dorong Si Kecil untuk melakukan permainan anak yang mendidik. Misalnya, petak umpet, permainan teka-teki, atau bermain kelereng."
Anak-anak zaman sekarang kiranya tidak bisa lepas dari teknologi. Kini mereka lebih asyik dengan gadget ketimbang bermain di luar rumah atau memainkan permainan anak bersama teman-teman sebayanya. Sedentary lifestyle seperti ini tentunya bisa berdampak negatif untuk tumbuh kembangnya.
Sebab, gadget nyatanya tidak mampu mengasah kemampuan motorik dan kognitif anak secara maksimal. Selain itu, permainan anak tradisional zaman dahulu pun lambat laun bisa punah apabila anak-anak lebih suka bermain game di hapenya.
Sebagai orang tua, ayah dan ibu mungkin perlu lebih disiplin untuk memberikan screen time dan mendorong anak untuk lebih banyak bermain di luar ruangan. Nah, berikut sejumlah ide permainan anak yang lebih mendidik.
Permainan Anak yang Mendidik
Faktanya, permainan anak zaman dahulu lebih mendidik ketimbang game online masa kini, lho! Pasalnya, anak dituntut untuk bergerak dan berpikir cepat selama permainan. Nah, hal inilah yang kemudian mengasah kemampuan kognitif maupun motoriknya.
Berikut jenis-jenis permainan yang bisa mendidik anak:
1. Petak umpet
Siapa yang tak kenal dengan permainan anak yang satu ini? Ayah dan ibu pasti dulu pernah memainkannya semasa kecil. Nah, petak umpet ternyata bisa mendidik Si Kecil, lho! Permainan petak umpet biasanya dilakukan oleh 4-6 orang dengan satu orang yang berjaga.
Nah, anak yang berjaga ini kemudian akan menghitung sampai 10 dengan mata tertutup. Selama waktu tersebut, anak-anak lain mencari tempat persembunyiannya masing-masing.
Selama bermain petak umpet, anak didorong untuk mencari tempat persembunyian yang paling aman. Selain itu, otaknya juga dituntut untuk mempertimbangkan kapan waktu yang tepat untuk keluar dari persembunyiannya tanpa tertangkap. Bagi anak yang berjaga, mereka juga harus punya taktik supaya bisa menemukan tempat persembunyian anak-anak lain.
2. Kelereng
Kelereng adalah permainan tradisional yang juga mengasah kemampuan otak anak. Permainan yang biasa dilakukan oleh anak laki-laki ini dilakukan oleh dua orang. Masing-masing saling bergantian untuk menyingkirkan kelereng dari lingkaran yang sudah mereka gambar di atas tanah atau kertas.
Pemenangnya adalah yang mampu menyingkirkan seluruh kelereng milik lawan. Di sinilah kemampuan otak anak terasah. Sebab mereka harus memperkirakan dan menghitung dengan tepat sebelum melempar kelereng.
3. Lampu merah, lampu hijau
Permainan yang satu ini muncul di film serial Squid Game, lho! Butuh sekitar 8-10 orang untuk memainkannya. Semakin banyak pemain tentu saja semakin seru.
Si Kecil mungkin bisa mengajak teman-teman di sekitar rumahnya untuk bermain bersama. Aturannya juga mudah, satu orang bertugas sebagai operator lampu lalu lintas dan lainnya menunggu di posisi start.
Si operator bertugas untuk berteriak “lampu hijau” yang artinya pemain boleh bergerak hingga mencapai garis finish. Sedangkan “lampu merah” berarti seluruh pemain harus berhenti dalam posisi apapun.
Anak yang ketahuan bergerak nantinya gugur dan yang berhasil mencapai garis finish lah yang menjadi pemenangnya. Permainan ini jelas mengasah kemampuan motorik karena anak perlu bergerak dan diam untuk mempertahankan posisinya.
4. Puzzle
Menyusun puzzle bisa menstimulasi otak, melatih konsentrasi, dan merangsang saraf Si Kecil. Sebab, anak wajib untuk menyatukan potongan-potongan gambar secara acak. Permainan yang satu ini banyak tersedia di toko mainan atau toko buku.
Biasanya, puzzle punya tingkat kesulitan yang berbeda-beda, tergantung usia anak. Bahkan, tersedia juga puzzle untuk balita. Semakin dewasa, tingkat kesulitan permainan puzzle tentu saja semakin rumit.
Menyusun balok-balok juga bisa mengasah imajinasi anak. Ia bisa menyusun baloknya seperti gedung, mobil, rumah dan lain-lain. Selain mengasah imajinasi, anak juga belajar untuk memperhitungkan supaya baloknya seimbang dan tidak runtuh.
Sebenarnya tidak harus balok, ibu bisa memberikan barang apa pun yang sekiranya mudah untuk disusun. Salah satu contohnya, ibu bisa memanfaatkan kotak kardus yang sudah tidak terpakai untuk jadi permainan balok.
6. Kursi musik
Nah, kalau permainan yang satu ini akan mengasah ketajaman fokus anak. Pasalnya, permainan kursi musik bisa kamu lakukan dengan menyusun sejumlah kursi dengan posisi melingkar.
Namun, jumlah kursinya tidak sama dengan orang yang bermain. Jika ada delapan pemain, kursinya hanya perlu tujuh.
Ketika musik dimulai, pemain akan berjoget mengikuti lingkaran. Setelah musiknya berhenti, para pemain akan memperebutkan kursi yang kosong. Nah, yang tidak mendapatkan kursilah yang akan kalah. Selain fokus, permainan ini juga melatih anak untuk lebih cekatan.
7. Telepon
Permainan anak lain yang bisa melatih fokus adalah telepon. Jangan salah, permainan ini sama sekali tidak menggunakan telepon. Cara bermainnya dengan berbaris secara berkelompok terlebih dahulu. Anak yang ada di barisan depan kemudian membisikan sebuah kalimat ke temannya.
Pesan ini kemudian dibisikan hingga anak yang berada di barisan terakhir. Nantinya, anak yang paling terakhir akan mengucap kalimat tersebut dengan lantang.
Pemenangnya adalah kelompok yang bisa menyebutkan kalimat dengan benar. Uniknya, kalimat yang anak ucapkan seringkali berbeda dari pesan yang seharusnya. Itu sebabnya, permainan ini membantu kemampuan konsentrasi anak.
8. Game menyortir
Jika anak suka memainkan game menyortir di gadgetnya, ibu bisa mengalihkannya ke permainan yang sesungguhnya. Permainan ini amat bagus untuk penalaran logisnya.
Ibu bisa meminta anak untuk mengurutkan daftar hewan atau benda yang sama dengan atribut yang berbeda. Misalnya berdasarkan ukuran, warna, geometri, bentuk, dan lainnya. Atau, bisa juga mengelompokkan hewan berdasarkan habitat, kebiasaan makan, struktur tubuh, mekanisme reproduksi dan lain-lain.
Bisa dibilang, ini adalah kegiatan bermain dan belajar. Anak mungkin merasa sedang bermain. Secara tidak sadar, dirinya juga sedang mempelajari perbedaan dan persamaan di berbagai kelompok.
9. Memecahkan teka-teki
Permainan yang satu ini juga sangat mendidik anak karena bisa mengasah neuron-neuron di otaknya. Ayah dan ibu bahkan bisa bermain bersamanya. Beberapa contoh ide permainan teka-teki adalah jig-saw, tic-tac-toe, teka-teki silang, labirin, dan lainnya.
Di sini mereka bisa merumuskan strateginya sendiri untuk memecahkan teka-teki. Namun, kegiatan ini juga bisa membuatnya frustrasi apabila teka-tekinya sulit terpecahkan. Nah, di sinilah peran dari ayah dan juga ibu sangat dibutuhkan. Ibu pun bisa menciba memberikan petunjuk tertentu kepada anak supaya ia bisa memecahkannya.
10. Game tebak-tebakan
Tebak-tebakan juga bisa menjadi permainan anak yang seru. Selain seru, permainan ini juga bisa mengasah kemampuan penalaran anak. Contohnya, ibu bisa mengajaknya bermain tebak-tebakan hewan.
Ibu bisa memberikan petunjuk karakter fisik, warna bulu, atau bentuk anatomi hewan lainnya. Kemudian Si Kecil mulai menebak-nebak sampai ia menemukan jawaban yang paling tepat. Permainan ini sangat mendidik dan sederhana. Ibu tidak butuh peralatan apapun dan bisa dilakukan kapan saja.
Itulah berbagai permainan anak yang seru dan pastinya mendidik.
“Bullying adalah tindakan yang dilakukan secara verbal dan nonverbal (fisik). Anak pelaku bullying merasa memiliki kekuasaan dan kekuatan sehingga bisa melakukan perbuatan seenaknya.”
Bullying adalah perilaku agresif yang seseorang lakukan dengan cara mengintimidasi korban. Ini merka lakukan dengan tujuan untuk menyakiti dan cenderung terjadi secara terus menerus.
Bullying terjadi dengan menguasai orang lain, memiliki temperamen yang sulit dikendalikan, hanya peduli terhadap keinginan sendiri dan sulit melihat sudut pandang orang lain (kurang empati).
Bullying kerap seseorang lakukan dengan memerintah adik kelas dengan sesuka hati karena menganggap senior, melakukan pemalakan atau menghina fisik orang lain yang tidak sempurna.
Apa Alasan Anak Jadi Pelaku Bullying?
Melansir dari Kata Data, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima 2.982 kasus bullying anak pada 2021. Sebanyak 1.138 di antaranya dilaporkan sebagai kasus kekerasan psikis atau fisik.
Bullying menjadi masalah serius. Anak yang gemar melakukannya biasanya memiliki motif atau alasan. Antara lain:
1. Mengalami Masalah di Rumah
Anak yang sering menyaksikan keributan kedua orang tua berisiko jadi pelaku bullying. Ini juga membuat anak kurang kasih sayang dan perhatian. Alhasil, anak melakukan bullying untuk menarik perhatian orang di sekitarnya.
Selain itu, karakter orang tua yang mendidik tanpa larangan (permisif) membuat anak jadi berlaku seenaknya. Ini bisa menjadi kekuatan Si Pelaku bullying untuk mendapatkan kekuasaan.
2. Alasan Kesenangan
Anak pelaku bullying kurang mendapatkan perhatian dan pengawasan orang tua. Ini juga berdampak pada kurangnya rasa empati sehingga senang menyakiti orang lain.
Bullying cenderung anak lakukan sebagai pelampiasan guna mendapatkan perhatian. Mirisnya, bullying terkadang menjadi ajang untuk sekadar cari hiburan semata.
Pelaku semakin puas dengan sikap rendah diri dan rasa takut korban. Incaran pelaku biasanya memiliki bentuk fisik, ras atau agama yang tidak sama.
3. Ingin Meraih Popularitas
Terkadang, perundungan anak lakukan agar orang lain menganggapnya ‘keren’ dan kemudian teman lainnya akan segan. Mereka menganggap ini bisa meningkatkan status sosial guna mendapatkan popularitas.
Anak yang populer karena keburukan ini cenderung menindas anak yang terlihat ‘cupu’. Tindakan yang ia lakukan memang bertujuan untuk menyakiti orang lain lewat kata-kata atau fisik.
4. Ajang Balas Dendam
Balas dendam kerap korban bullying lakukan. Tapi, targetnya bukan Si Pelaku, melainkan orang lain yang mereka anggap lebih lemah.
Korban menganggap tindakan ini lumrah, karena mereka juga pernah merasa dibully. Setelah balas dendam ini selesai, akan muncul perasaan lega dan puas.
Meski umumnya target bukan Si Pelaku, tapi tidak menutup kemungkinan balas dendam dilakukan pada mereka.
5. Ingin Mendapatkan Kekuasaan
Anak pelaku bullying melakukan aksinya karena ingin tampak menonjol dan berkuasa di lingkungan sekolahnya. Ini bisa terjadi karena anak tidak memiliki kontribusi dalam hidupnya. Akhirnya, mereka berusaha mendapatkan melalui cara yang salah.
Pola asuh yang tepat membentuk kepribadian baik dalam dirinya. Pun sebaliknya, orang tua juga perlu menanamkan empati dan simpati dengan memberikan kasih sayang dan perhatian pada anak. Ibu dan ayah bisa mengetahui lebih banyak Informasi tentang Bullying supaya bisa memahami cara agar anak tidak menjadi pelaku bullying.
Selain membentuk karakter baik dalam diri anak, orang tua juga bisa menunjang kesehatannya dengan memberikan vitamin yang dibutuhkan.