“Mengajarkan balita belajar berhitung kerap kali dianggap sulit, karena mereka masih belum mengenal konsep angka. Namun, ada beberapa cara sederhana dan efektif yang bisa ibu coba, seperti bernyanyi hingga bermain”.

 

6 Cara Sederhana Ajarkan Balita Belajar Berhitung

 

Mengajarkan anak berhitung memang menjadi suatu tantangan yang harus dihadapi orang tua. Namun, ibu tidak perlu khawatir karena walaupun belajar berhitung terdengar sulit, sebenarnya dalam sehari-hari anak sudah mengenal konsep matematika. Contohnya dari menggunakan kata-kata perbandingan ukuran seperti ‘besar’ dan ‘sedikit’.

Nah, berikut adalah beberapa cara sederhana dan menyenangkan, untuk mulai mengajarkan balita belajar berhitung.

Cara Sederhana Mengajarkan Balita Berhitung

Mengajarkan balita belajar berhitung tidak harus dengan cara yang sulit. Mereka hanya membutuhkan sedikit bantuan dan aktivitas yang menyenangkan untuk membuat mereka paham. 

Nah, cara mengajarkan balita berhitung dimulai dari langkah sederhana seperti berikut:

1. Mengajarkan angka dengan konsep perbandingan

Balita belum mengerti tentang konsep angka. Sebelum memperkenalkan angka Ibu bisa mengajarkan anak mengenai ‘perbandingan’. Konsep perbandingan yaitu membandingkan jumlah atau ukuran satu objek dengan objek lainnya. 

Ketika anak masih balita, ibu dapat mulai mengajarkan angka dengan menekankan secara verbal, bahwa beberapa benda ada yang berukuran besar dan ada pula benda yang berukuran kecil.  

Misalnya, seperti kalimat “bola ini lebih besar dari pada bola itu”, atau “apel di piring kuning lebih banyak dari pada apel di piring biru”. Balita dapat melihat dengan jelas perbedaan antara jumlah dan ukuran. Namun, menentukan jumlah pada ukuran, itu merupakan proses belajar selanjutnya.

2. Mengenal bentuk

Langkah selanjutnya, ibu bisa memperkenalkan Si Kecil tentang macam-macam bentuk yang biasa dilihat di rumah. Seperti contoh ketika berada di ruang tamu beritahu bahwa pintu rumah berbentuk persegi panjang. Atau ketika sedang di ruang makan, kenalkan pada balita bahwa meja makan berbentuk lingkaran. Nah, memperkenalkan macam-macam bentuk akan membantu anak mempelajari geometri dengan lebih mudah saat ia sudah masuk sekolah nanti.

3. Kenalkan angka dengan lagu dan permainan

Cara terbaik memperkenalkan angka pada balita adalah dengan permainan dan lagu. Seperti saat pertama kali belajar alfabet, ibu bisa memperkenalkan angka pada balita dengan memutar lagu anak-anak yang liriknya tentang berhitung. Tentunya Ibu juga bisa bernyanyi bersama anak agar ia lebih cepat menghafal.

Balita sangat suka meniru orang lain. Nah, hal ini bisa ibu manfaatkan untuk mengajari anak urutan angka yang benar. Ibu bisa memulai dengan menyebutkan angka “satu, dua, tiga” dan seterusnya. Kemudian mintalah anak untuk mengulangi angka yang baru disebutkan. Setelah itu teruskanlah kebiasaan ini sampai anak mulai mengetahui urutan angka yang benar.  

Untuk menguji memori balita, ibu bisa mulai mengucapkan suatu angka misalnya angka “satu”, lalu mintalah anak untuk melanjutkan angka berikutnya. Awalnya anak mungkin tidak dapat menyebutkan angka secara berurutan. Namun, seiring berjalannya waktu anak akan mulai terbiasa dan mengerti tentang urutan angka.

4. Permainan berhitung

Mengajarkan balita belajar berhitung bisa dimulai dari permainan sederhana. Ibu bisa memanfaatkan benda-benda atau mainan anak sebagai objek untuk berhitung. Ajaklah anak mengumpulkan mainan, misalnya kelereng, lalu hitunglah dengan anak berapa banyak kelereng yang dikumpulkan. 

Lebih lanjut, Ibu bisa memisahkan kelereng yang ditemukan ke dalam beberapa kelompok, misalnya mengelompokan kelereng menjadi masing-masing tiga bagian. Hal ini merupakan cara yang bagus untuk memperkenalkan balita operasi hitungan, seperti pertambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.

5. Mempelajari takaran

Memasak bisa dijadikan aktivitas menyenangkan untuk memperkenalkan balita belajar berhitung. Apalagi anak biasanya sangat suka membantu ibu memasak. Nah, ibu bisa memberikan tugas kepada balita saat melakukan aktivitas ini 

Ibu dapat meminta anak mengambil berapa banyak nasi yang diperlukan dan tunjukan cara menakarnya. Bisa juga ketika membuat kue Ibu bisa meminta anak menghitung berapa telur yang dibutuhkan.

6. Membangun ‘menara’

Menumpuk benda dapat mengasah kecerdasan otak balita, sebab permainan ini dapat membantu anak belajar memperkirakan ukuran dan memahami bagaimana benda dengan ukuran berbeda bisa terhubung.

Ketika membangun menara jelaskan pada anak bagaimana benda-benda ini bisa pas satu sama lain, dan ketika menara jatuh jelaskan mengapa itu bisa terjadi. Tantang anak untuk membuat menara setinggi yang mereka bisa.  

 

 

 

“Demensia memengaruhi daya ingat dan keterampilan sosial. Penurunan keterampilan bicara, kehilangan memori, perubahan memori jangka pendek dapat menjadi gejala umum demensia.”

 

Kenali 5 Gejala Seseorang Mengalami Demensia

 

Demensia adalah sebuah gejala yang mempengaruhi memori, daya ingat dan kemampuan sosial yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.

Orang yang mengalami kehilangan ingatan bukan berarti pasti mengalami demensia. Mengalami kehilangan ingatan saja tidak berarti menderita demensia, meskipun sering kali itu merupakan salah satu tanda awal dari kondisi tersebut.

Penyakit Alzheimer adalah penyebab paling umum dari demensia progresif pada orang dewasa yang lebih tua, tetapi ada sejumlah penyebab demensia lainnya tergantung pada penyebabnya. Kamu dapat mengetahui lebih lanjut terkait dengan Alzheimer dan gejalanya dengan membaca artikel mengenai Alzheimer.

Gejala Demensia yang Perlu Diketahui

Salah satu hal yang paling sulit terkait demensia adalah banyak kasus yang tidak dapat disembuhkan. Namun, diagnosis dini dan perawatan yang tepat dapat mencegah dan memperlambat gejala demensia.

Penurunan kognitif yang menyertai demensia tidak terjadi secara sekaligus. Pada dasarnya, gejala demensia berbeda-beda, namun yang umum terjadi adalah:

1. Penurunan keterampilan berbicara

Kadang-kadang lupa dengan pembicaraan biasanya merupakan tanda perubahan kognitif yang masih normal. Sementara sering berhenti berbicara, kesulitan memahami pembicaraan, atau kecenderungan untuk menyebut sesuatu dengan nama yang salah bisa menjadi tanda demensia.

2. Kehilangan memori

Kehilangan memori berkaitan dengan penuaan yang biasanya yang bermula dengan kesulitan untuk mengingat nama orang dan pembicaraan serta mengeluhkan tentang peningkatan kelupaan.

Orang yang mengalami kehilangan memori terkait demensia tidak akan dapat mengingat contoh kehilangan memori tertentu dan mungkin tidak mengakui bahwa mereka mengalami kehilangan memori kecuali jika terdapat pengetesan.

3. Perubahan memori jangka pendek

Penurunan signifikan dalam memori jangka pendek, seperti ketidakmampuan untuk mengingat percakapan atau kejadian baru-baru ini, bukanlah tanda penuaan yang normal dan dapat mengindikasikan demensia.

4. Masalah dalam beraktivitas

Penurunan kognitif yang normal dapat menyebabkan masalah dengan arah atau dengan mengingat bagaimana pergi ke suatu tempat, tetapi tersesat di lokasi yang sudah biasa mengunjungi atau lupa jalan pulang bisa menjadi tanda demensia.

5. Kehilangan keterampilan sosial

Kehilangan keterampilan sosial bukanlah bagian normal dari penuaan. Penurunan sosial sebagai gejala demensia meliputi kurangnya minat bersosialisasi, penurunan kemampuan untuk berbicara dengan orang lain, atau peningkatan perilaku yang tidak pantas secara sosial dapat menjadi tanda demensia.

Gejala Penuaan Umum

Perubahan kognitif reguler yang terkait dengan penuaan dapat meliputi:

  • Penurunan kemampuan mengingat
  • Menurunnya kemampuan pemecahan masalah
  • Waktu reaksi lebih lambat
  • Rentang perhatian menurun
  • Konsentrasi menurun
  • Kecepatan belajar menurun

Tanda dan gejala demensia dapat bervariasi berdasarkan jenis dan tingkat keparahan kondisi, tetapi biasanya meliputi perubahan kognitif dan psikologis.

Itulah gejala yang mungkin dirasakan ketika kamu mengalami demensia. Dengan mengetahui gejala demensia, kamu dapat mendeteksi secara dini sesuai dengan tingkat keparahan demensia.

Meskipun sebagian besar kasus demensia bersifat progresif, namun beberapa mungkin dapat sembuh seperti sedia kala.

 

 

 

 

 

 

“MPASI atau makanan pendamping ASI perlu diberikan saat anak telah berusia 6 bulan, ketika ASI sudah tidak mencukupi kebutuhan nutrisi anak. Berikut ini hal yang diperhatikan sebelum memberikan MPASI untuk Si Kecil.”

 

Ibu, Ini Persiapan Penting sebelum Memberikan MPASI

ASI adalah makanan terbaik untuk anak. Namun, saat Si Kecil sudah menginjak usia 6 bulan, asupan air susu ibu (ASI) saja tidak mampu memberikan nutrisi yang cukup untuk tumbuh kembangnya. Karena alasan itu, kebutuhan nutrisi tambahan harus diperoleh dari MPASI. 

Selain untuk mencukupi kebutuhan nutrisi, MPASI pada Si Kecil juga penting untuk melatih kemampuan oromotor agar kelak mampu makan sendiri. Pemberian MPASI juga untuk melatih kemampuan Si Kecil menerima berbagai rasa dan tekstur makanan. 

Hal yang Diperhatikan sebelum Memberikan MPASI pada Si Kecil

Sebelum memberikan MPASI, Ibu harus memperhatikan strategi MPASI menurut WHO yaitu tepat waktu, adekuat, aman dan higienis, dan diberikan secara responsif.

1. Kesiapan Bayi

Di usia 6 bulan, sistem pencernaan Si Kecil sudah berkembang dengan baik. Artinya, mereka sudah bisa mencerna makanan padat.

Selain usia, kesiapan bayi dalam menerima MPASI dapat dilihat dari:

  • Sudah bisa memasukkan benda, tangan, atau makanan ke mulut.
  • Dapat duduk dengan bantuan.
  • Dapat mengangkat kepalanya dengan tegak.
  • Sangat tertarik ketika melihat orang makan.
  • Sudah bisa merespon dengan membuka mulut ketika ibu memberikan makanan.
  • Tetap terlihat lapar walaupun sudah diberikan ASI.

2. MPASI Harus Adekuat (Tepat Nutrisinya)

MPASI yang diberikan harus memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein (utamakan protein hewani), lemak dan mikronutrien anak dalam jumlah yang cukup dan seimbang. 

Salah satu mikronutrien penting yang harus dipenuhi dari MPASI adalah zat besi. Kekurangan zat besi bisa menghambat kecerdasan, perilaku, dan kemampuan motorik anak. Jadi, pastikan MPASI yang diberikan kaya akan zat besi.

3. MPASI Harus Aman & Higienis

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), proses persiapan dan pembuatan MPASI perlu menggunakan cara, bahan, dan alat yang aman serta higienis. Tujuannya, agar anak terhindar dari kontaminasi bakteri, parasit, atau virus yang bisa menyebabkan penyakit. 

Ketika mengolah MPASI, ibu harus perhatikan beberapa hal berikut:

  • Jagalah kebersihan. Pastikan tangan dan peralatan makan yang digunakan bersih
  • Pisahkan pangan mentah dan matang
  • Gunakan air dan bahan baku yang aman. Makanan diolah dan disajikan dalam waktu yang ditentukan, tidak melewati tanggal kedaluwarsa
  • Masaklah MPASI hingga matang
  • Simpan MPASI dalam suhu yang tepat di tempat yang bersih

Nah, untuk cara menyimpannya, ibu harus memerhatikan suhu berbahaya makanan (5-60 derajat Celsius). MPASI dapat disimpan dengan suhu di bawah 5 derajat Celsius atau di atas 60 derajat Celsius. 

Sebelum dikonsumsi, panaskan MPASI yang telah disimpan dengan suhu diatas 70 derajat Celsius. Perlu diketahui, jangan menghangatkan MPASI lebih dari 2 kali. Bakteri dapat tumbuh subur selama periode penghangatan kembali. Buang makanan yang sudah berada di suhu ruangan dalam waktu lebih dari dua jam. 

4. MPASI Harus Diberikan secara Responsif

Ibu perlu mengetahui bahwa anak masih dalam tahap adaptasi dengan MPASI. Karena itu, ibu perlu sabar dan terus berupaya untuk memberikan dorongan pada Si Kecil untuk makan.

Sebaiknya, jangan pernah memaksa anak untuk makan, ya. Selain itu, MPASI juga perlu diberikan sesuai sinyal lapar atau kenyang dari anak. Proses makan memerlukan interaksi antara ibu dan Si Kecil, misalnya menyuapkan makanan secara langsung.

 

Tips Pemberian MPASI Pertama untuk Anak

Berikut ini beberapa tips pemberian MPASI pertama untuk Si Kecil:

1. Perhatikan komposisi nutrisi dalam MPASI serta jumlah per porsi

Berdasarkan rekomendasi IDAI, Komposisi MPASI yang baik adalah:

  • Karbohidrat: 35 – 60% dari total kalori
  • Protein : 10 – 15% dari total kalori
  • Lemak: 30 – 45% dari total kalori

Sayuran dan buah-buahan diberikan dalam porsi perkenalan. Awal pemberian MPASI bisa 2-3 sendok makan dalam sekali makan, kemudian perlahan ditingkatkan menjadi 125 mililiter. Frekuensi pemberian 2-3 makanan utama dan 1-2 kali camilan.

2. Membuat Tekstur Makanan yang Tepat

Tekstur MPASI pertama adalah tekstur lembut. Pertama, makanan yang diberikan harus dihaluskan terlebih dulu, kemudian disaring. Ibu bisa mengubah teksturnya secara bertahap sesuai dengan usia Si Kecil.

3. Jangan lupa Pemberian Camilan

Camilan penting untuk diberikan selain untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, juga penting untuk stimulasi perkembangan motorik dan sensorik Si Kecil. Dalam jadwal makan Si Kecil terdapat porsi untuk camilannya. Pastikan memilih camilan yang tepat, ya!

4. Jenis Makanan

Contoh MPASI pertama yang bisa diberikan misalnya bubur daging sapi wortel. Ibu bisa mengolahnya dari 20 gram nasi, 15 gram daging sapi, 1 sdm wortel, 1 sdm minyak, bawang merah bawang putih untuk bumbu halus.

Pertama, daging sapi yang sudah dicampur bumbu halus bisa di kukus, masukkan wortel dan minyak secukupnya, tambahkan nasi dan cek rasanya. Saring bubur hingga teksturnya sesuai.

Sebagai pilihan, ibu boleh memberikan MPASI fortifikasi. Ini adalah jenis makanan dengan nutrisi tambahan. Tujuannya untuk menyempurnakan asupan gizi yang terdapat pada MPASI rumahan.

MPASI fortifikasi mengandung zat gizi lengkap, baik makro dan mikronutrien, termasuk zat besi. MPASI fortifikasi ini aman dikonsumsi oleh Si Kecil karena dibuat berdasarkan ketentuan khusus yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

Ketentuannya sudah meliputi standar keamanan, higienitas, dan kandungan nutrisinya. MPASI fortifikasi tidak mengandung pengawet. MPASI fortifikasi bisa awet karena teknologi pengeringan dengan kadar air sangat rendah, sehingga mikroorganisme tidak bisa masuk dan mengkontaminasi produk, sehingga produk bisa tahan lama tanpa bahan pengawet.

Salah satu produk MPASI fortifikasi yang memiliki kandungan gizi yang lengkap untuk Si Kecil adalah Promina bubur 6+. Makanan ini bisa menjadi pilihan MPASI pertama Si Kecil yang diformulasikan khusus si kecil usia 6 bulan ke atas. 

Teksturnya lembut cocok untuk Si Kecil yang baru belajar makan. Di dalamnya sudah terdapat 11 vitamin dan 6 mineral, termasuk zat besi, kalsium, zink, dan omega-3 serta 6. Nutrisi tersebut dapat membantu mengoptimalkan sistem kekebalan tubuh Si Kecil yang sedang berkembang. Manfaat lainnya, yakni meningkatkan laju perkembangan otak dan melatih kemampuan makan Si Kecil. 

Promina bubur bayi memiliki 5 varian rasa yang dapat membantu memperkenalkan berbagai macam rasa kepada Si Kecil. 

Selain makanan utama, Promina juga mengeluarkan produk camilan untuk menambah asupan nutrisinya. Pemberian camilan pada Si Kecil membantu melatih berbagai kemampuan fisiknya, seperti motorik halus, sensori, juga oromotoriknya. Ibu bisa memberikan Promina Marie dan Rusk yang diformulasikan khusus bayi usia 6 bulan ke atas.

Promina Biskuit Marie mengandung rendah gula dan tinggi susu. Teksturnya mudah lumer dimulut, sehingga tidak akan menyebabkan tersedak. Bentuknya juga mudah digenggam untuk melatih kemampuan menggenggam Si Kecil.

Promina Biskuit Rusk dengan tekstur berpori sehingga mudah lumer dimulut dan bentuk biskuit yang mudah digenggam untuk melatih kemampuan menggenggam si Kecil. Biskuit Rusk cocok untuk bayi 6 bulan keatas dengan gizi lengkap untuk memenuhi nutrisi si Kecil.  

Sekarang, Promina bubur bayi dan camilan tersedia minimarket dan di e-commerce kesayangan ibu. Jangan lupa follow akun Instagram @bayisehatpromina untuk mendapatkan informasi mengenai MPASI dan nutrisi untuk Si Kecil.

Jika Si Kecil mengalami keluhan kesehatan, segera tanyakan pada dokter untuk mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.