Poliomyelitis (Penyakit Virus Polio)

 

 

Virus Polio adalah Virus yang termasuk dalam golongan Human Enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja. Virus Polio terdiri dari 3 strain yaitu strain-1 (Brunhilde), strain-2 (Lansig), dan strain-3 (Leon), termasuk family Picornaviridae. Penyakit ini dapat menyebabkan kelumpuhan dengan kerusakan motor neuron pada cornu anterior dari sumsum tulang belakang akibat infeksi virus.

 

Virus polio yang ditemukan dapat berupa virus polio vaksin/sabin,  Virus polio liar/WPV (Wild Poliovirus) dan VDPV (Vaccine Derived Poliovirus). VDVP merupakan virus polio vaksin/sabin yang mengalami mutasi dan dapat menyebabkan kelumpuhan.

 

VDPV diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu :

1). Immunodeficient-related VDPV (iVDPV) berasal dari pasien imunodefisiensi.

2). Circulating VDPV (cVDPV) ketika ada bukti transmisi orang ke orang dalam masyarakat.

3). Ambiguous VDPV (aVDPV)  apabila tidak dapat diklasifikasikan sebagai  cVDPV atau iVDPV.

 

Penetapan jenis virus yang dimaksud, ditentukan berdasarkan pemeriksaan laboratorium. Identifikasi VDPV berdasarkan tingkat perbedaan dari strain virus OPV. Virus polio dikategorikan sebagai VDPV apabila terdapat perbedaan lebih dari 1%  (>10 perubahan nukleotida) untuk virus polio tipe 1 dan 3, sedangkan untuk virus polio tipe 2 apabila ada perbedaan lebih dari  0,6% (>6 perubahan nukleotida).

Polio dapat menyerang pada usia berapa pun, tetapi polio terutama menyerang anak-anak di bawah usia lima tahun. Pada awal abad ke-20, polio adalah salah satu penyakit yang paling ditakuti di negara-negara industri, melumpuhkan ratusan ribu anak setiap tahun. Pada tahun 1950an dan 1960an polio telah terkendali dan praktis dihilangkan sebagai masalah kesehatan masyarakat di negara-negara industry. Hal ini setelah pengenalan vaksin yang efektif.

Pada 1988, sejak Prakarsa Pemberantasan Polio Global dimulai, lebih dari 2,5 miliar anak telah diimunisasi polio. Sekarang masih terdapat 3 negara endemis yang melaporkan penularan polio yaitu Afganistan, Pakistan dan Nigeria.

Pada Juni 2018, dilaporkan adanya kasus polio di negara tetangga Papua New Guinea, sehingga diperlukan adanya peningkatan kewaspadaan dini terhadap masuknya virus polio ke Indonesia.

 

Gejala, Tanda dan Masa Inkubasi

Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam waktu 7-21 hari.

Kebanyakan orang terinfeksi (90%) tidak memiliki gejala atau gejala yang sangat ringan dan biasanya tidak dikenali. Pada kondisi lain, gejala awal yaitu demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan di leher dan nyeri di tungkai.

Adapun gejala Penderita polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

  1. Polio non-paralisis dapat mnyebabkan muntah, lemah otot, demam, meningitis, letih, sakit tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan sakit
  2. Polio paralisis menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan terasa lemah, dan kehilangan refleks tubuh.
  3. Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.

 

Cara Transmisi (Penularan)

Polio menyebar melalui kontak orang ke orang. Ketika seorang anak terinfeksi virus polio liar, virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan berkembang biak di usus. Ini kemudian dibuang ke lingkungan melalui faeces di mana ia dapat menyebar dengan cepat melalui komunitas, terutama dalam situasi kebersihan dan sanitasi yang buruk. Virus tidak akan rentan menginfeksi dan mati bila seorang anak mendapatkan imunisasi lengkap terhadap polio. Polio dapat menyebar ketika makanan atau minuman terkontaminasi oleh feses. Ada juga bukti bahwa lalat dapat secara pasif memindahkan virus polio dari feses ke makanan. Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak memiliki tanda-tanda penyakit dan tidak pernah sadar bahwa mereka telah terinfeksi. Orang-orang tanpa gejala ini membawa virus dalam usus mereka dan dapat “diam-diam” menyebarkan infeksi ke ribuan orang lain.

Berikut video yang menggambarkan bagaimana pola penyebaran virus polio :

 

 

Penegakan Diagnosis

  1. Kasus AFP : semua anak kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh), proses terjadi kelumpuhan secara akut (<14 hari), serta bukan disebabkan oleh ruda paksa.
  2. Hot case adalah kasus-kasus yang sangat menyerupai polio yang ditemukan <6 bulan sejak kelumpuhan dan spesimennya tidak adekuat perlu dilakukan pengambilan sample kontak. Kategori hot case dibuat berdasarkan kondisi specimen yang tidak adekuat pada kasus yang sangat menyerupai polio.
  3. Hot case cluster adalah 2 kasus AFP atau lebih, berada dalam satu lokasi (wilayah epidemologi), beda waktu kelumpuhan satu dengan yang lainnya tidak lebih dari 1 bulan.
  4. VDPV (vaccine derived polio virus) adalah kasus polio (confirmed polio) yag disebabkan virus polio vaksin yang telah bermutasi
  5. Kasus polio pasti (confirmed polio case) : kasus AFP yang pada hasil laboratorium tinjanya ditemukan virus polio liar (VPL), cVDPV, atau hot case dengan salah satu specimen kontak VPL/VDPN
  6. Kasus polio kompatibel : kasus polio yang tidak cukup bukti untuk diklasifikasikan sebagai kasus non polio secara laboratoris (virologis) yang dikarenakan antara lain a) specimen tidak adekuat dan terdapat paralisis residual pada kunjungan ulang 60 hari setelah terjadinya kelumpuhan, b) specimen tidak adekuat dan kasus meninggal atau hilang sebelum dilakukan kunjungan ulang 60 hari. Kasus polio kompatibel hanya dapat ditetapkan oleh kelompok kerja ahli surveilans AFP nasional berdasarkan kajian data/dokumen secara klinis atau epidemologis maupun kunjungan lapangan.

 

Informasi Laboratorium

  1. Specimen AFP berupa tinja yang diambil pada kasus AFP yang lama lumpuhnya belum lebih dari 2 bulan
  2. Specimen adekuat adalah 2 spesimen dapat dikumpulkan dengan tenggang waktu minimal 24 jam
  3. Waktu pengumpulan ke 2 spesimen tidak lebih dari 14 hari sejak terjadi kelumpuhan
  4. Masing-masing spsimen minimal 8 gram (sebesar satu ruas ibu jari orang dewasa), atau 1 sendok makan bila penderita diare.
  5. Specimen pada saat diterima di laboratorium dalam keadaan :
    • 2 spesimen tidak bocor
    • 2 spesimen volumenya cukup
    • Suhu dalam speseimen karier 2-8⁰C
    • 2 spesimen tidak rusak (kering,dll)

 

Treatment/penatalaksanaan

Tidak ada obat untuk polio, yang ada hanya perawatan untuk meringankan gejala. terapi fisik digunakan untuk merangsang otot dan obat antispasmodic diberikan untuk mengendurkan otot-otot dan meningkatkan mobilitas. Meskipun ini dapat meningkatkan mobilitas, tapi tidak dapat mengobati kelumpuhan polio permanen.

Apabila sudah terkena Polio, tindakan yang dilakukan yaitu tatalaksana kasus lebih ditekankan pada tindakan suportif dan pencegahan terjadinya cacat, sehingga anggota gerak diusahakan kembali berfungsi senormal mungkin dan penderita dirawat inap selama minimal 7 hari atau sampai penderita melampaui masa akut.

Penemuan dini dan perawatan dini untuk mempercepat kesembuhan dan mencegah bertambah beratnya cacat. Kasus polio dengan gejala klinis ringan di rumah, bila gejala klinis berat diruju ke RS.

 

Faktor Risiko Kejadian Polio

  1. Data cakupan imunisasi polio, di tingkat puskesmas, desa terjangkit dan desa sekitar beresiko selama 3-5 tahun terakhir, dan tata laksana rantai dingin vaksin
  2. Frekuensi pelayanan imunisasi masyarakat setempat
  3. Ketenagaan, ketersediaan vaksin dan kualitas vaksin diantaranya penyimpanan vaksin dan control suhu penyimpanan
  4. Daerah kumuh atau padat atau daerah pengungsi
  5. Mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis poliomyelitis
  6. Kontak adalah anak usia < 5 tahun yang berinteraksi serumah atau sepermainan dengan kasus sejak terjadi kelumpuhan sampai 3 bulan kemudian.

 

Faktor Risiko terhadap Kelumpuhan

Tidak ada yang tahu mengapa hanya sebagian kecil infeksi menyebabkan kelumpuhan. Beberapa faktor risiko utama yang diidentifikasi  yang meningkatkan kemungkinan kelumpuhan pada seseorang yang terinfeksi polio, seperti diantaranya defisiensi imun, kehamilan, pengangkatan amandel (tonsilektomi), suntikan intramuscular misalnya obat-obatan, olahraga berat dan cedera.

 

Cara Pencegahan

Imunisasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah penyakit polio.  Vaksin polio yang diberikan berkali-kali dapat melindungi seorang anak seumur hidup. Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian imunisasi polio pada anak-anak.

Pencegahan penularan ke orang lain melalui kontak langsung (droplet) dengan menggunakan masker bagi yang sakit maupun yang sehat. Selain itu mencegah pencemaran lingkungan (fecal-oral) dan pengendalian infeksi dengan menerapkan buang air besar di jamban dan mengalirkannya ke septic tank.

 

Pencegahan dengan Vaksin Polio

Ada 4 jenis vaksin Polio, yaitu :

  1. Oral Polio Vaccine (OPV), untuk jenis vaksin ini aman, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang sehingga sangat efektif dalam menghentikan penularan virus. Vaksin ini diberikan secara oral. Setelah vaksin ini bereplikasi di usus dan diekskresikan, dapat menyebar ke orang lain dalam kontak dekat.
  2. Monovalent Oral Polio Vaccines (mOPV1 and mOPV3), sebelum pengembangan tOPV, OPV Monovalen (mopVs) dikembangkan pada awal tahun 1950an. Vaksin polio ini memberikan kekebalan hanya pada satu jenis dari tiga serotipe OPV, namun tidak memberikan perlindungan terhadap dua jenis lainnya. OPV Monovalen untuk virus Polio tipe 1 (mopV1) dan tipe 3 (mOPV3) dilisensikan lagi pada tahun 2005 dan akhirnya mendapatkan respon imun melawan serotipe yang lain.
  3. Bivalent Oral Polio Vaccine (bOPV), setelah April 2016, vaksin virus Polio Oral Trivalen diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV). Bivalen OPV hanya mengandung virus serotipe 1 dan 3 yang dilemahkan, dalam jumlah yang sama seperti pada vaksin trivalen. Bivalen OPV menghasilkan respons imun yang lebih baik terhadap jenis virus Polio tipe 1 dan 3 dibandingkan dengan OPV trivalen, namun tidak memberikan kekebalan terhadap serotipe 2.
  4. Inactivated Polio Vaccine (IPV), sebelum bulan April 2016, vaksin virus Polio Oral Trival (topV) adalah vaksin utama yang digunakan untuk imunisasi rutin terhadap virus Polio. Dikembangkan pada tahun 1950 oleh Albert Sabin, tOPV terdiri dari campuran virus polio hidup dan dilemahkan dari ketiga serotipe tersebut. tOPV tidak mahal, efektif dan memberikan perlindungan jangka panjang untuk ketiga serotipe virus Polio. Vaksin Trivalen ditarik pada bulan April 2016 dan diganti dengan vaksin virus Polio Oral Bivalen (bOPV), yang hanya mengandung virus dilemahkan vaksin tipe 1 dan 3.

 

 

 

 

 

 

 

“Gejala awal kanker perut bisa jadi tidak disadari. Bisa juga dianggap sebagai masalah pencernaan biasa, sehingga tidak terdiagnosis.”

 

Kenali Gejala Awal Kanker Perut yang Perlu Diwaspadai

 

Kanker perut, atau nama lainnya kanker lambung, adalah pertumbuhan sel-sel kanker pada perut atau lambung. Penting untuk mengenali gejala awal kanker perut, agar penanganan bisa dilakukan secepatnya.

Kanker perut sebenarnya dapat terjadi di bagian perut mana pun. Namun, pada kebanyakan kasus, kanker perut terjadi di bagian utama perut, yaitu di lambung. Yuk simak apa saja gejalanya!

                                                           

 

Gejala Awal Kanker Perut

Gejala awal kanker perut biasanya sangat biasa-biasa saja, sehingga banyak orang tidak menganggapnya serius. Kanker perut adalah salah satu diagnosis yang rumit. Kebanyakan orang mungkin merasakan gejala, tetapi biasanya tidak jelas. Gejala-gejala tersebut dapat menjadi lebih parah akibat banyak gangguan gastrointestinal jinak (non-kanker) lainnya.

Karena kebanyakan orang mengabaikan gejala-gejala ini, dan menganggapnya sebagai masalah pencernaan biasa. Ketika seseorang mengetahui dirinya mengidap kanker perut, seringkali sudah stadium lanjut.

Oleh karena itu, sangat penting untuk mewaspadai gejala awal kanker perut, yaitu:

1. Perut Kembung

Perut mungkin terasa penuh dan kencang. Sebab, kanker dapat membuat dinding perut menjadi sangat kaku dan mengurangi kapasitasnya untuk menyimpan makanan. 

Dalam kasus di mana kanker perut menyebar ke lapisan perut, ini dapat menyebabkan akumulasi cairan di dalam rongga perut. Hal ini dapat menyebabkan kembung yang berlebihan ke titik di mana kamu mungkin terlihat seperti sedang hamil sembilan bulan.

2. Gejala Seperti Sakit Mag

Mulas, rasa sakit yang membakar di dada bagian atas dan tenggorokan, adalah hal biasa. Ini biasanya bukan sesuatu yang serius. Namun, jika kamu mengalami sakit maag berkepanjangan yang tidak hilang dengan antasida atau obat lain, mungkin ini gejala awal kanker perut.

Jika ada pertumbuhan kanker yang besar di titik keluar lambung, cairan dapat menumpuk dan jalur yang paling tidak tahan dapat kembali ke pipa makanan/kerongkongan.

3. Mual dan Muntah

Gejala lain dari pertumbuhan tumor yang menghalangi jalan keluar dari perut adalah merasa mual bahkan muntah. Makanan yang kamu makan dan cairan yang kamu minum tidak dapat mencapai duodenum, yang merupakan bagian pertama dari usus. Ini akan mengirimkan sinyal ke otak, dan kamu mengalami sensasi mual.

4. Perasaan Tidak Nyaman Secara Umum

Kamu mungkin hanya merasa ada sesuatu yang tidak beres. Kanker yang menyebar ke lapisan perut dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman secara umum. Rasanya mungkin seperti kembung, dan perut terasa berat.

5. Penurunan Berat Badan Tanpa Sebab

Jika kamu mengalami gejala lain seperti mual, muntah, dan kembung, kamu mungkin tidak makan sesering mungkin untuk menghindari rasa sakit. Pada akhirnya, kamu tidak lagi merasa lapar dan berat badan pun menurun. Ini bisa jadi merupakan gejala awal kanker perut.

6. Darah di Tinja atau Muntah

Gejala ini sebenarnya lebih jarang, tetapi bisa terjadi jika kamu kehilangan banyak darah. Kamu mungkin melihat perubahan pada tinja menjadi sangat gelap. Kondisi ini disebut melena. Jika pendarahannya sangat lambat, kamu mungkin tidak melihat apa pun di tinja.

7. Kelelahan

Kemungkinan penyebabnya adalah pendarahan yang lambat, serta penurunan berat badan yang tidak terduga, bisa menjadi tanda kanker. Kehilangan darah juga dapat menyebabkan anemia, jumlah sel darah merah yang rendah, yang kemungkinan merupakan sumber kelelahan.

8. Merasa Kenyang

Waspadalah jika kamu merasa kenyang, bahkan setelah makan sedikit. Kamu mungkin hanya bisa makan 20 persen dari apa yang biasanya kamu makan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Ada beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mengatasi kondisi anak susah makan. Salah satunya adalah dengan menciptakan suasana makan yang positif bersama dengan anggota keluarga lainnya.”

 

Anak 1 Tahun Susah Makan? Ini Tips Mudah Mengatasinya

 

Agar tumbuh kembangnya berjalan maksimal, asupan nutrisi anak tentunya perlu diperhatikan dan dipenuhi dengan baik. Namun sayangnya, salah satu permasalahan orang tua yang memiliki anak toddler berusia satu tahun adalah anak yang susah makan. Hal ini tentunya tidak dapat disepelekan dan orang tua perlu khawatir. Sebab, jika dibiarkan, kondisi susah makan dapat memicu terjadinya malnutrisi. Karena itu, penting untuk mengatasi kondisi ini agar pertumbuhan anak tidak terhambat. 

 

Tips Mengatasi Anak 1 Tahun Susah Makan

Sudah umum bagi balita untuk makan hanya dalam jumlah yang sangat kecil, atau rewel tentang apa yang mereka makan, dan menolak makan sama sekali. Ada beberapa alasan untuk hal ini:

  • Nafsu makan balita bervariasi secara konstan karena percepatan pertumbuhan dan variasi aktivitas.
  • Balita tidak tumbuh secepat bayi, jadi mereka membutuhkan lebih sedikit makanan.
  • Anak balita memiliki perut yang kecil.
  • Balita sangat tertarik dengan dunia di sekitar mereka, sehingga mereka memiliki rentang perhatian yang pendek untuk makanan.

Nah, berikut adalah beberapa tips yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mengatasi kondisi anak susah makan: 

 

1. Menciptakan suasana makan yang positif

Tips pertama yang dapat ibu lakukan adalah dengan membuat suasana makan yang positif. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah dengan menjadikan waktu makan sebagai momen berkumpul bersama keluarga. Selain itu, penting bagi ibu untuk menunjukkan seberapa ibu menikmati makanan yang disajikan kepada anak, agar anak tertarik mengonsumsinya. Berikan porsi kecil dan pujilah anak untuk makan, meskipun mereka hanya makan sedikit. Hindari menghukum anak jika mencoba menolak makan. Sebab, hal ini malah dapat mengubah cara pandang anak ketika makan bersama keluarga sebagai hal negatif. 

 

2. Menyajikan makanan baru

Tips selanjutnya yang perlu dilakukan adalah dengan menawarkan dan menyajikan makanan baru untuk anak. Sebab, bisa jadi anak merasa bosan dengan makanan yang disajikan untuknya. Namun, jika anak tetap menolak makanan baru yang disajikan, cobalah untuk mengonsumsinya terlebih dahulu di depan anak. Jika anak masih menolak, ibu dapat mencoba memasak menu lainnya. Hal yang perlu dicatat, dalam menyajikan makanan yang baru, ibu juga perlu bersabar. Sebab, kemungkinan bahwa percobaan pertama tidak secara langsung membuat anak tertarik untuk mengonsumsi menu baru yang ibu masak. 

 

3. Membiarkan anak mengeksplor makanannya

Ibu juga perlu membiarkan anak menyentuh, menjilat, atau bermain dengan makanan yang disajikan untuknya. Selain itu, ibu juga dapat membuatkan anak mengeksplor dan mengonsumsi makanannya sendiri. Namun, apabila anak terlihat mengalami kesulitan saat makan, tawarkan bantuan kepada anak. Di sisi lain, ketika anak yang sedang makan malah kehilangan minatnya untuk makan, atau tampak rewel, segeralah singkirkan makanannya. 

Itulah beberapa tips untuk mengatasi anak satu tahun yang susah makan. Mulai dari membuat suasana yang positif, menyajikan menu yang baru dan bervariasi, serta membiarkan anak mengeksplor makanannya. Setelah ibu menemukan sesuatu yang dimakan dan dinikmati anak, ibu mungkin tergoda untuk terus menyajikannya. 

Tetapi anak memerlukan berbagai macam makanan untuk mendapatkan semua nutrisi yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Jadi, penting untuk terus menyajikan banyak makanan berbeda kepada anak. Jika ibu masih memiliki pertanyaan seputar hal ini atau anak memiliki keluhan kesehatan, segeralah hubungi dokter.