"Demam berdarah pada anak memiliki tiga fase, yaitu fase awal, fase kritis, dan fase pemulihan. Ketiga fase ini menimbulkan gejala DBD yang berbeda dan membutuhkan penanganan yang berbeda pula."

 

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2022/12/20044942/ibu-wajib-tahu-ini-fase-demam-berdarah-pada-anak-halodoc.jpg.webp

 

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang umum terjadi pada anak-anak. Gejala DBD biasanya baru muncul beberapa hari setelah gigitan nyamuk dan tanda awalnya adalah demam tinggi.  

Namun, gejala tersebut bisa bervariasi tergantung fase atau tahap demam berdarah. Penting bagi ibu untuk mengetahui fase demam berdarah pada anak agar bisa menanganinya dengan tepat.

 

Proses Terjadinya Demam Berdarah (DBD)

Demam berdarah terjadi akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina.

Nyamuk tersebut bisa terinfeksi virus dengue bila sebelumnya mengisap darah manusia yang sedang mengalami viremia (kondisi ketika virus memasuki aliran darah).

Virus dengue yang sudah masuk ke dalam tubuh nyamuk tidak langsung aktif, melainkan mendekam dulu selama 12 hari. Proses ini bernama masa inkubasi.

Setelah masa inkubasi selesai, barulah virus aktif. Lalu, penularan DBD dari nyamuk ke manusia bisa terjadi ketika nyamuk pembawa virus tersebut menggigit manusia. 

Virus akan masuk ke dalam darah manusia dan menginfeksi sel-sel yang sehat. Ketika tubuh mendeteksi adanya virus, sistem imun akan bereaksi dengan menghasilkan antibodi khusus yang bekerja sama dengan sel darah putih untuk melawannya.

Nah, semua proses tersebut terjadi selama masa inkubasi demam berdarah pada tubuh manusia, yang kemudian berakhir dengan munculnya berbagai gejala DBD. 

Gejala penyakit tersebut biasanya muncul sekitar 4-15 hari masa inkubasi atau setelah gigitan nyamuk pembawa virus DBD.

 

Fase Demam Berdarah pada Anak

Ada tiga fase demam berdarah, mulai dari gejala yang muncul pertama kali sampai tahap pemulihan. Ketiganya perlu penanganan yang berbeda-beda.

Oleh sebab itu, kenali ketiga fase demam berdarah berikut ini:

1. Fase pertama (Febrile Phase)

Pada fase demam berdarah awal, gejala DBD biasanya diawali dengan demam tinggi sampai mencapai 40 derajat Celcius. Demam ini bisa berlangsung dua sampai tujuh hari.

Selain itu, anak juga merasakan nyeri di sekujur tubuh, mulai dari otot, tulang, sendi, tenggorokan hingga kepala. 

Ciri khas lainnya dari fase demam berdarah ini yaitu kemunculan bintik-bintik merah. Hal ini bisa menandai penurunan trombosit secara signifikan sampai kurang dari 100 ribu per mikroliter darah. 

Turunnya kadar trombosit bisa terjadi dalam waktu singkat, hanya dua sampai tiga hari. Semakin banyak bintik yang keluar, artinya trombosit semakin menurun. 

Pasalnya, infeksi virus dengue mampu merusak titik-titik pembuluh kapiler dalam tubuh.

2. Fase kedua (Critical Phase)

Fase demam berdarah kedua ini terkenal juga sebagai fase kritis, sehingga orang tua wajib waspada. 

Kendati demam sudah mulai menurun dan anak tampak pulih, pendarahan masih terus terjadi di dalam tubuh. Alhasil, detak jantung dan tekanan darah  berfluktuasi. 

Dalam kasus parah, tekanan darah bisa turun ke tingkat yang sangat rendah sampai merusak organ vital, seperti ginjal dan hati. Kondisi ini tentu saja mengancam nyawa jika tidak segera mendapatkan penanganan. 

Fase demam berdarah ini bisa terjadi tiga sampai tujuh hari setelah anak mengalami demam. Kemudian, kondisi ini berlangsung selama 24 hingga 48 jam. 

Tanda anak telah memasuki fase kritis, yaitu:

  • Sakit perut
  • Muntah terus-menerus
  • Pendarahan dari hidung atau gusi
  • Mudah memar
  • Feses berwarna hitam dan lengket 
  • Kesulitan bernafas

3. Fase ketiga (Recovery Phase

Setelah berhasil melalui masa kritis, anak akan memasuki fase demam berdarah yang ketiga, yaitu masa pemulihan alias recovery. Tahapan ini terjadi dalam 48 hingga 72 jam setelah fase kritis.

Memasuki masa pemulihan, cairan yang tadinya keluar dari pembuluh darah akan masuk kembali ke pembuluh darah.

 

Pertolongan Pertama Gejala DBD

Jangan panik, lakukan pertolongan pertama berikut ini ketika anak mengalami gejala DBD:

  • Penuhi kebutuhan cairan anak, yaitu dua sampai tiga liter per hari untuk mencegah dehidrasi. Kondisi tersebut bisa memperburuk gejala bahkan mengancam nyawa. Ibu bisa memberikan ASI pada bayi, air putih, susu, jus dan larutan oralit.  
  • Jangan berikan minuman bersoda dan minuman tinggi gula. Soda justru bisa menarik cairan keluar dari tubuh.
  • Beri anak makan banyak buah-buahan, terutama jambu biji merah. Selain bisa meningkatkan trombosit secara tidak langsung, jamu biji merah bisa membantu mencegah dehidrasi. 
  • Istirahat total. Anak pasti akan merasa lemah saat gejala DBD terjadi. Selain itu, beristirahat yang cukup bisa membantu pemulihan tubuh anak.
  • Kompres tubuh pada bagian ketiak, kepala, dan selangkangan. Bagian-bagian ini terdapat pembuluh darah besar. Mengompres bagian tersebut bisa mentransfer suhu panas ke handuk kompres.
  • Minum obat penurun panas saat demam.
  • Segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Itulah fase demam berdarah pada anak yang perlu orangtua waspadai.

 
 
 
 
 

 

 

Referensi:
Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada 2023. Dengue.
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Dengue Fever.
Web MD. Diakses pada 2023. Dengue Fever.
World Health Organization. Diakses pada 2023. Dengue and Severe Dengue.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Pemulihan setelah melahirkan normal cenderung lebih singkat dan minim komplikasi. Oleh sebab itu, ibu perlu mengetahui berbagai tips supaya bisa melahirkan secara normal.”

 https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2022/06/02080705/ini-7-tips-melahirkan-normal-yang-perlu-diketahui-halodoc.jpg.webp
 
 
 

Setiap ibu hamil pasti ingin melahirkan normal atau persalinan yang dilakukan secara alami melalui vagina. Meski begitu, mayoritas wanita merasa takut saat membayangkan rasa sakit yang mungkin terjadi.

Hal ini terutama terjadi pada wanita yang baru pertama kali melahirkan. Namun, rasa khawatir ini bisa diredam dengan mengetahui beberapa tips supaya proses persalinan berjalan lancar. Yuk, intip berbagai tips melahirkan normal berikut ini!

 

Tips Melahirkan Normal

Berikut tips agar proses melahirkan normal berjalan lancar:

1. Rutin memeriksakan diri

Saat hamil, pastikan ibu memberi tahu bidan atau dokter kandungan tentang keinginan untuk bisa melahirkan normal. Dokter akan memeriksakan riwayat kesehatan secara keseluruhan untuk menilai bisa atau tidaknya persalinan normal dilakukan. 

Setelah lampu hijau diberikan, ibu perlu secara rutin melakukan pemeriksaan untuk memantau kesehatan diri sendiri dan janin agar persalinan lebih mudah dilakukan.

2. Ketahui berbagai risikonya

Setiap persalinan, baik itu normal atau caesar tentu memiliki risiko tersendiri dan menyesuaikan keadaan yang ada. Melahirkan normal bisa menyebabkan komplikasi jika bayi berada dalam posisi sungsang. 

Hal ini membuat persalinan lebih sulit dilakukan, terutama dengan cara normal. Jika dibiarkan, bayi bisa terlilit tali pusat dan persalinan terjadi lebih lama.

3. Tanamkan keyakinan

Sebelum memutuskan untuk melahirkan normal, yakinkan diri sendiri jika ini adalah pilihan terbaik. Terus ingatlah keuntungan dari persalinan normal, seperti pemulihan yang lebih cepat dan dapat langsung melihat bayi yang dilahirkan. Jangan lupa juga untuk meminta dukungan dari suami dan orang terdekat lainnya terkait hal ini.

 

4. Pilih rumah sakit terbaik

Rencanakan persalinan dengan cara memilih rumah sakit terbaik yang mampu mendukung persalinan normal. Pastikan juga rumah sakit tidak jauh dari rumah, sehingga tidak memakan waktu banyak saat momen melahirkan tiba.

Jangan lupa untuk memastikan tempat persalinan yang dipilih memiliki fasilitas yang memadai ditambah tenaga medis yang profesional.

5. Ikuti kelas persiapan melahirkan normal

Tips melahirkan normal selanjutnya adalah mengikuti kelas persiapan, terutama bagi ibu yang baru pertama kali melahirkan.

Ada banyak materi yang nantinya akan ibu dapatkan, termasuk teknik pernapasan agar dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit saat persalinan. 

Ibu juga bisa bertemu dengan bumil lainnya untuk berbagi tips dan saling menguatkan.

6. Rutin berolahraga

Ibu juga perlu berolahraga sembari melatih pernapasan. Lakukan olahraga ringan saja sudah cukup, seperti berjalan-jalan santai, latihan yoga atau senam hamil.

Iringi dengan latihan pernapasan di setiap sesi olahraga. Latihan pernapasan sangat penting agar tubuh terlatih dengan baik dan lebih kuat saat melahirkan normal.

7. Terapkan gaya hidup sehat

Lancar atau tidaknya persalinan tentu tidak lepas dari gaya hidup bumil. Yang terpenting perbanyak sayur dan buah-buahan setiap harinya. Dengan begitu, nutrisi bumil dan Si Kecil dalam kandungan terpenuhi dan terhindar dari penyakit. 

8. Cari dukungan dari orang terdekat

Dukungan dari orang terdekat seperti pasangan, keluarga, dan teman, sangat penting untuk ibu hamil. Dukungan ini dapat membantu ibu hamil merasa lebih tenang dan nyaman selama kehamilan dan persalinan.

9. Kelola stres dengan baik

Stres dapat mengganggu kesehatan ibu hamil dan janin. Ibu hamil perlu mengelola stres dengan baik, misalnya dengan melakukan teknik relaksasi, seperti yoga atau meditasi.

10. Mempelajari teknik pernapasan dan yoga ibu hamil

Teknik pernapasan yang tepat dapat membantu dalam mengatasi rasa sakit selama kontraksi, dan membantu menjaga asupan oksigen yang baik bagi ibu dan janin. Begitu juga prenatal yoga dan senam hamil. Jenis olahraga ini membantu memperkuat otot-otot yang diperlukan selama persalinan, serta meredakan stres dan ketegangan.

11. Mengedukasi diri mengenai proses persalinan

Penting buat ibu hamil untuk mendapatkan informasi seputar proses persalinan yang sehat. Dengan mendapatkan informasi demikian ibu hamil bisa mendapat bayangan mengenai prosesi persalinan, dan cara terbaik dan aman melakukannya.

Penuhi juga kebutuhan nutrisi ibu dan janin dengan produk kesehatan berkualitas.

 

Bagaimana Proses Melahirkan Normal?

Selain mengetahui tips di atas, ibu juga perlu tahu bagaimana proses melahirkan normal. Berikut tahapan-tahapannya:

1. Fase laten (awal)

Fase awalnya adalah kontraksi ringan dan masih tidak teratur. Rahim kemudian melebar sekitar 3-4 sentimeter akibat kontraksi tersebut. Bagi ibu yang baru pertama kali melahirkan, fase laten bisa berlangsung cukup lama, yakni 8-12 jam. 

Namun, beberapa ibu hamil melewatinya lebih cepat, kurang dari 8 jam. Meski kontraksi masih belum teratur, dokter tetap memeriksa panggul untuk melihat perkembangannya. 

2. Fase aktif

Apabila kontraksi semakin intens dan serviks semakin melebar, artinya ibu telah memasuki fase aktif. Pada waktu ini, kontraksi terjadi setiap 4 menit hingga 30 detik sekali. Kontraksi tersebut akan membuka serviks sekitar 4-9 sentimeter. 

Bumil juga merasakan sakit punggung, kram, dan perdarahan. Beberapa di antaranya mengalami ketuban pecah. Umumnya, fase ini berlangsung selama 3-5 jam. Oleh sebab itu, bumil sebaiknya sudah berada di rumah sakit atau klinik karena persalinan sudah semakin dekat. 

3. Fase mengejan

Jika pembukaan serviks sudah lengkap yakni telah mencapai pembukaan 10, artinya ibu siap untuk mengejan. Namun, kontraksi yang kuat biasanya mendorong bayi secara otomatis sebelum ada keinginan mengejan.

Apabila telah siap, dokter dan perawat akan memandu ibu kapan harus menarik napas dan membuangnya saat mengejan. Proses persalinan ini bisa memakan waktu yang berbeda-beda tergantung kondisi ibu.

4. Bayi keluar melalui vagina

Berapa lama proses mengejan saat melahirkan? Menurut Kementerian Kesehatan RI, kelahiran anak pertama dengan proses melahirkan normal biasanya membutuhkan waktu 12 jam. Sedangkan anak kedua dan seterusnya biasanya lebih cepat. Meski begitu, faktor-faktor lain bisa memengaruhi. Ini termasuk kekuatan kontraksi, posisi bayi, dan kondisi tubuh ibu.

5. Mengeluarkan plasenta

Setelah bayi lahir, ibu masih harus  mengeluarkan plasenta yang telah menjaga bayi selama di dalam kandungan. Jadi, otot masih terus berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Referensi:
Sitaram Bhartia. Diakses pada 2023. 5 Easy Tips You Need to Know for a Normal Delivery.
Medicovers Hospitals. Diakses pada 2023. Tips To Have A Normal Delivery.
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. High-risk pregnancy: Know what to expect
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Stages of labor and birth: Baby, it’s time!
National Institute of Child Health and Human Development. Diakses pada 2023. What are some common complications during labor and delivery.
What to Expect. Diakses pada 2023. Sign of Labor.
Kemkes.go.id. Diakses pada 2023. Peningkatan Kesehatan Ibu dan Anak Bagi Bidan dan Perawat.
 
 
 
 
 
 

“Mencium atau menyentuh bayi merupakan hal yang biasa dilakukan. Akan tetapi ternyata mencium bayi tidak boleh sembarangan karena dapat menimbulkan beberapa penyakit berbahaya bagi bayi.”

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2023/04/24045320/X-Bahaya-Cium-Bayi-Sembarangan-yang-Jarang-Diketahui.jpg.webp

 

Ketika kumpul keluarga saat Lebaran, pasti ada beberapa sepupu atau keponakan yang masih bayi. Melihat mereka yang menggemaskan ini, rasanya ingin sekali mengelus atau mencium mereka. 

Meskipun kelihatannya sederhana, ternyata mencium bayi dapat membahayakan kondisi kesehatan mereka lho. Sebab, kulit bayi yang tipis dan sistem kekebalan tubuh mereka yang masih lemah, membuat mereka lebih sensitif terhadap sentuhan, termasuk juga ciuman. Oleh karena itu yuk ketahui apa saja, sih, bahaya mencium bayi. 

 

Bahaya Mencium Bayi Sembarangan

Berikut ini penyakit yang bisa terjadi karena mencium bayi sembarangan:

1. Infeksi Virus RSV

Respiratory Syncytial Virus (RSV) adalah virus yang menginfeksi paru-paru atau saluran pernapasan. Virus ini sangat menular dan umumnya menyerang anak-anak atau bayi sehingga membuat mereka kesulitan bernapas.

Pada anak yang lebih besar usianya, gejalanya bisa ringan dan mirip seperti flu biasa, akan tetapi pada bayi, kondisi ini bisa menjadi serius dan berpotensi fatal. RSV dapat menyebabkan masalah pernapasan yang parah dan dapat mempengaruhi jantung dan otak bayi, terutama bagi bayi prematur yang cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

2. Herpes Simplex Tipe 1

Disebut juga sebagai luka dingin atau herpes oral, penyakit ini mungkin yang paling berbahaya yang terjadi pada bayi, akibat dicium oleh orang lain.

Penyakit ini terjadi karena virus herpes simplex tipe 1 (HSV 1) ini, dapat ditularkan melalui kecupan, bahkan hanya kecupan pada tangan saja. Awalnya, luka lecet akan terbentuk di sekitar bibir dan mulut, kemudian menyebar ke bagian wajah lainnya seperti hidung, pipi, dan dagu.

Tak hanya itu, jika tidak segera ditangani, herpes pada bayi juga dapat menyebabkan peradangan otak. Ingat, jika virus ini sudah memasuki tubuh, akan bertahan seumur hidup hingga bayi dewasa. Jadi, jaga bayi agar tidak dicium oleh sembarangan orang atau mereka yang didiagnosis herpes tipe 1.

3. Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM)

Penyakit ini umumnya terjadi pada anak-anak di bawah usia 10 tahun. Penularannya dapat melalui kontak fisik seperti berpelukan atau mencium bayi.

Demam, sariawan, bisul, dan ruam kulit di sekitar mulut, tangan, dan kaki, merupakan tanda anak tertular penyakit ini. Meski sebenarnya tidak fatal, PTKM dapat menyebabkan masalah pada bayi yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah.

4. Alergi

Mencium bayi ternyata dapat memicu alergi. Orang dewasa biasanya menggunakan produk perawatan kulit atau produk kosmetik yang mengandung bahan kimia. Jika bayi terpapar bahan kimia tersebut maka dapat menyebabkan iritasi kulit atau reaksi alergi. 

Selain itu, orang yang baru saja mengonsumsi makanan seperti produk susu, kacang-kacangan, atau makanan alergen pada umumnya, jika mereka langsung mencium bayi, bayi akan terpapar oleh zat alergen tersebut dan berisiko menimbulkan reaksi alergi.

5. Gigi Berlubang

Penyebab utama gigi berlubang adalah kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut. Namun, faktanya yang mungkin jarang kamu dengar, gigi berlubang pada bayi dapat terjadi karena bakteri streptococcus mutans.

Nah, bakteri ini berada dalam air liur dan bisa ditularkan ke anak melalui ciuman, berbagi makanan dengan anak, atau meniup makanan anak.

6. Sistem Kekebalan Tubuh Melemah

Bayi paling rentan terhadap penyakit selama beberapa bulan awal ketika bakteri usus mereka masih dalam tahap perkembangan. Oleh karena itu, setiap anak atau orang dewasa yang ingin bersentuhan dengan bayi harus memastikan bahwa tangan mereka benar-benar bersih dan tidak memiliki tanda-tanda penyakit menular.

Biasanya orang dewasa atau anak-anak tidak menyadari penyakit yang mereka bawa, lalu mereka menularkan penyakit pada bayi dengan mencium bayi. 

Jika ini terjadi, bayi harus melawan kuman dan virus dengan kekebalan tubuh mereka yang masih lemah, dan akibatnya bayi menjadi mudah sekali jatuh sakit.

Itulah beberapa penyakit yang dapat terjadi akibat mencium bayi sembarangan. Mulai sekarang, jika kamu ingin menyentuh atau mencium bayi sebaiknya pastikan kondisimu sehat dan tangan benar-benar bersih. Jangan lupa juga meminta izin dari orang tua bayi terlebih dahulu, sebelum menyentuhnya. 

 

 

 

 

 

 

 

Referensi:
Pediatric East. Diakses pada 2023. The Dangers of Kissing Babies.
First Cry Parenting. Diakses pada 2023. Kissing a Baby – Is It Harmful for Your Child?