"Pada anak-anak gejala ADHD salah satunya adalah perilaku hiperaktif dan kurangnya perhatian. Sementara pada orang dewasa, gejalanya bisa berupa hiperfokus dan kesulitan mengatur waktu."

Ini Gejala ADHD pada Anak dan Orang Dewasa

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2023/10/05045842/ini-gejala-adhd-pada-anak-dan-orang-dewasa-halodoc.jpg.webp

 

Gejala ADHD pada anak-anak tentunya sedikit berbeda dengan orang dewasa. Namun, kondisi ini umumnya ditandai dengan pola perilaku hiperaktif, impulsif, dan kurangnya perhatian.

Kondisi ini tentu saja memberikan dampak yang signifikan pada kehidupan sehari-hari pengidapnya yang terkena gangguan ini. Nah, berikut gejala ADHD pada anak-anak dan orang dewasa yang perlu kamu ketahui.

 

Gejala ADHD pada Anak

Berikut gejala ADHD yang secara khas muncul pada anak-anak:

 

1. Hiperaktif

Anak-anak dengan ADHD seringkali terlihat sangat aktif dan gelisah.

Mereka cenderung tidak bisa duduk diam dan sering melakukan gerakan yang berlebihan, seperti memainkan jari atau kaki, melompat-lompat, atau berlari-lari tanpa henti. 

Anak-anak juga cenderung berceloteh atau berbicara terus-menerus.

 

2. Kurangnya perhatian

Ciri lainnya yaitu mereka kesulitan dalam mempertahankan fokus atau perhatian pada suatu tugas.

Mereka seringkali teralihkan dengan mudah oleh suara atau stimulasi lingkungan, bahkan dalam kegiatan yang mereka minati. 

Bukan itu saja, anak yang mengidap kondisi ini juga kesulitan dalam mendengarkan arahan atau mengikuti peraturan.

 

3. Impulsivitas

Anak-anak dengan kondisi ini cenderung bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. 

Mereka mungkin melompat ke keputusan atau tindakan tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. 

Selain itu, anak mengidap ADHD juga mungkin memiliki kesulitan menunggu giliran serta cenderung mengganggu atau memotong orang lain saat berbicara.

 

4. Kesulitan dalam menjaga rutinitas

Pengidapnya seringkali kesulitan dalam menjaga rutinitas harian, seperti membantu dengan tugas rumah, merapikan barang-barang mereka, atau mengatur waktu tidur. 

Mereka juga cenderung hilang atau lupa di mana letak benda-benda penting, seperti buku sekolah atau alat tulis.

Nah, begini cara Meningkatkan Kecerdasan Anak ADHD Sejak Dini.

 

Gejala ADHD pada Orang Dewasa

Pada orang dewasa, ADHD ditandai dengan gejala khas seperti berikut ini:

 

1. Kurangnya perhatian

Orang dewasa dengan ADHD biasanya memiliki kesulitan dalam fokus dan konsentrasi pada tugas-tugas sehari-hari, baik itu bekerja, melakukan pekerjaan rumah, atau berpartisipasi dalam percakapan.

Mereka cenderung menjadi lupa atau teralihkan dengan cepat oleh banyaknya pikiran atau faktor eksternal.

 

2. Hiperfokus

Selain kurangnya perhatian, pengidap ADHD juga dapat mengalami hiperfokus, yaitu terlalu fokus pada suatu hal dan sulit beralih ke tugas lain.

Hiperfokus dapat membuat pengidapnya mengabaikan waktu dan lingkungan sekitar mereka.

 

3. Impulsivitas

Impulsivitas juga merupakan gejala yang cukup umum pada orang dewasa yang mengidap ADHD.

Mereka mungkin menjadi terlalu berbicara, mengambil risiko yang tidak perlu, atau kesulitan menunda kepuasan. 

Pengidapnya juga cenderung memiliki masalah dalam mengontrol emosi dan bereaksi secara berlebihan terhadap situasi tertentu.

 

4. Kesulitan dalam mengatur waktu

Orang dewasa dengan ADHD seringkali memiliki kesulitan dalam mengatur waktu dan menyelesaikan tugas-tugas secara tepat waktu.

Mereka mungkin kesulitan dalam memperkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas dan cenderung sering terlambat atau terburu-buru.

 

Gejala ADHD yang Umum pada Anak dan Orang Dewasa

Meskipun ada perbedaan gejala ADHD antara anak-anak dan orang dewasa, ada beberapa kesamaan pada kedua kelompok tersebut, seperti:

  • Kesulitan dalam mengelola dan mempertahankan pola tidur yang teratur.
  • Sulit mengorganisir diri, baik itu dalam merencanakan kegiatan sehari-hari atau mengatur ruang kerja.
  • Kemampuan memori yang buruk, khususnya dalam mengingat informasi verbal atau instruksi yang diberikan.
  • Kesulitan dalam mengelola stres dan emosi, serta lebih rentan mengalami gangguan mental seperti depresi atau kecemasan.

Penting untuk diingat bahwa gejala ADHD akan bervariasi antara individu dan dapat memiliki intensitas yang berbeda-beda.

 

 

 

 

 

 

Referensi
Healthline. Diakses pada 2023. ADHD Symptoms in Adults. 
American Psychiatry Association. Diakses pada 2023. What Is ADHD?
Mayo Clinic. Diakses pada 2023. Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) in Children.

 

 

 

“Ginjal adalah organ tubuh yang sangat penting untuk membuang racun dari makanan dan minuman yang kamu konsumsi. Namun sayangnya, masih banyak orang yang kurang menjaga fungsi ginjal mereka. Oleh karena itu, ketahui berbagai hal yang bisa merusak ginjal dan ganti ke kebiasaan yang lebih sehat.”

 
https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2021/12/27055154/X-Kebiasaan-yang-Merusak-Fungsi-Ginjal-di-Usia-Produktif.jpg.webp
 
Ginjal adalah organ tubuh yang sangat penting untuk membuang racun dari makanan dan minuman yang kamu konsumsi. Namun sayangnya, masih banyak orang yang kurang menjaga fungsi ginjal mereka. Oleh karena itu, ketahui berbagai hal yang bisa merusak ginjal dan ganti ke kebiasaan yang lebih sehat.”
 
 
Ginjal manusia bekerja 24/7 untuk menjaga tubuh tetap sehat dengan menyaring racun dan cairan ekstra dan mengatur tekanan darah. Kerusakan pada organ-organ vital ini bisa tidak dapat diubah, tetapi sebenarnya ada cara untuk mencegahnya dan belum terlambat juga untuk menghentikan berbagai kebiasaan buruk yang bisa merusak fungsi ginjal.
 
 

Hal-Hal yang Bisa Merusak Fungsi Ginjal

Berikut ini beberapa kebiasaan yang harus segera kamu hentikan untuk menjaga kesehatan ginjal:

  • Terlalu Sering Konsumsi Obat Pereda Nyeri 

Obat pereda nyeri yang dijual bebas memang dapat secara ampuh mengurangi rasa sakit dan nyeri. Namun, obat tersebut dapat membahayakan ginjal, terutama jika kamu sudah memiliki penyakit ginjal. Kurangi penggunaan obat pereda nyeri secara teratur dan jangan pernah melebihi dosis yang dianjurkan.

  • Konsumsi Garam

Makan-makanan tinggi garam atau tinggi sodium juga bisa meningkatkan tekanan darah dan, pada gilirannya, membahayakan ginjal. Bumbui masakan dengan bumbu dan rempah-rempah, bukan garam. Seiring waktu, kamu mungkin merasa lebih mudah untuk menghindari penggunaan garam tambahan (natrium) pada makanan.

  • Makan-Makanan Olahan

Makanan olahan adalah sumber natrium dan fosfor yang signifikan. Banyak orang yang memiliki penyakit ginjal perlu membatasi fosfor dalam makanan mereka. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa asupan fosfor yang tinggi dari makanan olahan pada orang tanpa penyakit ginjal mungkin berbahaya bagi ginjal dan tulang mereka. Cobalah mengadopsi diet DASH untuk memandu kebiasaan makan sehat.

  • Kurang Minum Air Putih

Tetap terhidrasi dengan baik membantu ginjal membersihkan natrium dan racun dari tubuh. Minum banyak air juga merupakan salah satu cara terbaik untuk menghindari batu ginjal yang menyakitkan. Mereka yang memiliki masalah ginjal atau gagal ginjal mungkin perlu membatasi asupan cairan mereka, tetapi bagi kebanyakan orang, minum 1,5 hingga 2 liter (3 hingga 4 liter) air per hari adalah asupan yang sehat.

  • Kurang Istirahat

Istirahat malam yang baik sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan dan ternyata juga penting untuk ginjal. Fungsi ginjal diatur oleh siklus tidur-bangun yang membantu mengkoordinasikan beban kerja ginjal selama 24 jam.

  • Makan Terlalu Banyak Daging

Protein hewani menghasilkan asam dalam jumlah tinggi dalam darah yang dapat berbahaya bagi ginjal dan menyebabkan asidosis, yakni suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menghilangkan asam dengan cukup cepat. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan semua bagian tubuh, tetapi pola makan kamu tetap harus seimbang dengan menambahkan buah-buahan dan sayuran.

  • Konsumsi Gula Berlebihan

Gula berkontribusi terhadap obesitas yang meningkatkan risiko terkena tekanan darah tinggi dan diabetes, dua penyebab utama penyakit ginjal. Selain makanan penutup yang manis, gula sering ditambahkan ke makanan dan minuman yang mungkin tidak kamu sadari. Jadi, hindari bumbu, sereal sarapan, dan roti putih yang semuanya merupakan sumber gula olahan yang penuh gula tambahan. Perhatikan bahan saat membeli barang kemasan untuk menghindari tambahan gula dalam makanan.

  • Merokok 

Tentu, merokok tidak baik untuk paru-paru atau jantung. Namun tahukah kamu bahwa merokok juga tidak baik untuk ginjal? Ini karena orang yang merokok lebih cenderung memiliki protein dalam urine merupakan tanda kerusakan ginjal.

  • Minum Alkohol Secara Berlebihan

Minum berat secara teratur, lebih dari empat gelas sehari,  telah ditemukan menggandakan risiko penyakit ginjal kronis. Peminum berat yang juga merokok memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah ginjal. Perokok yang merupakan peminum berat memiliki sekitar lima kali kemungkinan terkena penyakit ginjal kronis, dibandingkan orang yang tidak merokok atau minum alkohol secara berlebihan.

  • Kurang Aktif

Duduk untuk waktu yang lama kini telah dikaitkan dengan perkembangan penyakit ginjal. Meskipun peneliti belum tahu mengapa atau bagaimana waktu menetap atau aktivitas fisik berdampak langsung pada kesehatan ginjal, diketahui bahwa aktivitas fisik yang lebih besar dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah dan metabolisme glukosa, keduanya merupakan faktor penting dalam kesehatan ginjal.

Namun, kamu juga bisa menurunkan risiko penyakit ginjal dengan rutin memeriksakan diri ke dokter.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Referensi:
Medical News Today. Diakses pada 2021. What Foods are Bad for Kidneys. 
U.S. National Kidney Foundation. Diakses pada 2021. 10 Common Habits That May Harm Your Kidneys. 
U.S. National Kidney Foundation. Diakses pada 2021. Five Surprising Ways You Could Be Damaging Your Kidneys
 
 
 

“Imunisasi BCG adalah vaksin yang diberikan kepada bayi sesuai jadwal yang ditentukan guna melindungi mereka dari tuberkulosis (TB). Cara kerjanya dengan merangsang sistem kekebalan tubuh.”

https://d1vbn70lmn1nqe.cloudfront.net/prod/wp-content/uploads/2022/09/20052729/catat-ini-jenis-imunisasi-18-bulan-yang-perlu-anak-dapatkan-halodoc.jpg.webp

 

Imunisasi BCG merupakan imunisasi dasar anak yang wajib ibu berikan pada Si Kecil. Jenis vaksin ini hanya diberikan satu kali, tapi dapat memberikan perlindungan seumur hidup.

Tak hanya bayi, dosisnya juga diperlukan oleh anak di bawah 16 tahun dan orang dewasa yang rentan terkena TB atau tuberkulosis. Simak di bawah ini jadwal, cara kerja, dan efek sampingnya!

Apa Itu Imunisasi BCG?

Imunisasi BCG adalah imunisasi dasar anak kepada bayi yang baru lahir hingga usianya kurang dari satu bulan. Gunanya adalah melindungi mereka dari TB akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis

Caranya dengan menyuntikkan bakteri TB yang sudah lemah atau mati di lengan atas atau bahu. Tak hanya mencegah, vaksin BCG juga dapat menghindari komplikasi TB, misalnya radang otak (meningitis).

Cara Kerja Imunisasi BCG

Vaksin BCG (Bacille Calmette-Guérin) tidak memberikan perlindungan langsung setelahnya. Sebaliknya, vaksin BCG memerlukan waktu untuk merangsang sistem kekebalan tubuh anak.

Proses tersebut dapat berlangsung beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah imunisasi BCG. Biasanya, respons kekebalan tubuh yang penuh terhadap TB terjadi dalam beberapa bulan. 

Vaksin BCG bekerja dengan membantu tubuh membangun pertahanan terhadap TB. Dengan begitu, jika anak terpapar bakteri TB di kemudian hari, sistem kekebalan tubuhnya mampu melawan infeksi. 

Pada beberapa anak, pemberian imunisasi BCG tidak dapat mencegah paparan TB sepenuhnya. Namun, saat terpapar, mereka memiliki gejala yang lebih ringan ketimbang anak yang tidak melakukan vaksinasi.

Oleh karena itu, menjalani imunisasi BCG harus dilengkapi dengan upaya pencegahan lain. Misalnya, menghindari kontak dengan pengidap terinfeksi dan menjaga kebersihan dengan baik.

Jadwal Imunisasi BCG 

Melansir dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), imunisasi BCG disuntikan segera setelah lahir atau sebelum berusia 1 bulan. Namun, pemberiannya harus tertunda jika ibu memiliki TB aktif.

Prosesnya dapat dilakukan setelah bayi terbukti tidak terinfeksi TB. Caranya dengan melakukan uji tuberkulin. Dalam rentang waktu tersebut, Si Kecil dapat melakukan terapi pencegahan TB.

Setelah uji tuberkulin menunjukkan hasil negatif, pemberian vaksin BCG dapat dilakukan ketika Si Kecil menginjak usia 3 bulan atau lebih. Vaksin juga harus tetap diberikan jika uji tuberkulin tidak tersedia.

Namun, jika muncul reaksi lokal pada minggu pertama setelah imunisasi BCG, ibu perlu melakukan pemeriksaan lanjutan guna mendiagnosis TB. Pemberian vaksin ini juga akan tertunda jika:

  • Bayi mengalami demam tinggi.
  • Si Kecil lahir dalam keadaan yang kurang sehat dengan berat badan di bawah 2.5 kg.
  • Ibu dan bayi terpapar infeksi kulit.
  • Si Kecil lahir dari ibu pengidap HIV dan belum melakukan pemeriksaan status positif.
  • Si Kecil sudah mendapatkan imunisasi lain dalam waktu dekat.

Selain itu, imunisasi BCG juga diperlukan oleh anak di bawah 16 tahun dan orang dewasa dengan kondisi:

  • Tinggal bersama atau melakukan kontak dengan pengidap TB.
  • Tinggal selama 3 bulan di area endemik TB.
  • Ingin bepergian ke negara atau daerah yang rawan TB.
  • Orang yang memiliki pekerjaan berisiko tinggi terkena TB, seperti petugas medis dan dokter hewan.
  • Lahir dari orang tua dengan kondisi TB.

Efek Samping Imunisasi BCG pada Bayi

Seperti semua vaksin, vaksin BCG dapat menimbulkan efek samping. Namun, kondisi ini jarang dialami dan biasanya terjadi dalam intensitas ringan.

Beberapa efek samping yang umum saja terjadi:

  • Rasa sakit atau keluarnya cairan dari tempat suntikan.
  • Kenaikan suhu tubuh atau demam.
  • Sakit kepala.
  • Pembengkakan kelenjar di bawah ketiak.

Terdapat komplikasi yang lebih serius, tetapi jarang sekali terjadi. Misalnya:

  • Abses atau nanah di area suntikan.
  • Peradangan tulang.
  • TBC yang meluas ke organ di sekitar paru-paru.
  • Reaksi alergi parah (anafilaksis).

Kebanyakan anak mengalami luka di tempat suntikan. Setelah sembuh, lukanya mungkin meninggalkan bekas luka kecil. Hal ini normal, sehingga ibu tidak perlu mengkhawatirkannya secara berlebihan..

Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Imunisasi BCG

Ada beberapa hal yang perlu ibu perhatikan dalam proses imunisasi BCG :

  • Waktu pemberian. Imunisasi BCG umumnya diberikan kepada bayi sesaat setelah lahir atau beberapa minggu pertama kehidupan.
  • Lokasi penyuntikan. BCG disuntikkan di bawah lapisan kulit di lengan atas atau bahu anak.
  • Jangan mencuci daerah suntikan. Ibu tidak boleh membasuh area suntikan dengan air selama beberapa jam. Tujuannya agar vaksin meresap dan merangsang kekebalan tubuh.
  • Perhatikan reaksi kulit di area suntikan. Area suntikan bisa mengalami kemerahan atau pembengkakan. Reaksi ini normal dan biasanya akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu.
  • Pemantauan kesehatan. Jika terjadi gejala yang tidak biasa, seperti pembengkakan parah, demam tinggi, atau reaksi alergi, segera periksakan dengan dokter.

Silakan tanyakan dokter spesialis anak jika ibu memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tentang imunisasi BCG.