“Sahur untuk ibu hamil juga tidak bisa sembarangan, sebab makanan yang dimakan harus mengandung nutrisi yang cukup agar kesehatan ibu dan janin tetap terjaga.”

 

4 Tips Sehat Siapkan Sahur untuk Ibu Hamil yang Berpuasa

Bulan Ramadan menjadi pertanda untuk menjalankan puasa bagi seluruh umat muslim. Tidak terkecuali untuk ibu hamil. Walaupun sebenarnya ibu hamil diperbolehkan untuk tidak berpuasa, tetapi jika masih sanggup untuk menjalankannya maka sah-sah saja jika ingin berpuasa.

Namun, saat berpuasa ibu harus memperhatikan dengan baik asupan yang dikonsumsi. Terutama saat sahur. Sebab, makanan yang dikonsumsi saat sahur adalah penentu kelancaran puasa dan sebagai sumber energi utama saat berpuasa. 

Nah pertanyaannya, bagaimana sih cara menyiapkan sahur untuk ibu hamil? Yuk, simak informasi lebih lengkapnya.

 

Tips Sehat Menyiapkan Sahur untuk Ibu Hamil

Ada berbagai hal yang perlu diperhatikan bumil saat sahur untuk menjalankan ibadah puasa, antara lain:

1. Fokus pada hidrasi

Menjaga hidrasi penting untuk orang yang berpuasa, apalagi bagi ibu hamil. Ibu hamil perlu meminum air putih yang banyak untuk memenuhi kebutuhan cairannya dan kebutuhan cairan bayi. Jika tidak mendapatkan cukup air akibatnya volume air ketuban akan menurun. 

Ibu bisa meminum air putih sebanyak 8-12 gelas perhari atau sekitar 2 sampai 3 liter air. Sebagai tambahan, konsumsi juga buah dan sayuran yang memiliki kandungan air tinggi saat sahur seperti semangka atau melon. Disarankan juga bagi ibu hamil untuk meminum susu kehamilan sebagai penambah kekuatan.

2. Konsumsi makanan bernutrisi

Bagi ibu hamil, makan sahur saja tidak cukup jika asupan nutrisi dan gizi tidak terpenuhi. Sebab, nutrisi berperan penting dalam menjaga kesehatan janin dan daya tahan tubuh ibu. 

Karena itu, pastikan memilih jenis makanan yang tepat. Kamu bisa mempraktekan tips berikut untuk melengkapi kebutuhan nutrisi saat sahur:

  • Berhati-hatilah dalam memilih karbohidrat. Lebih baik pilih karbohidrat kompleks yang bisa membuat perut kenyang lebih lama. Sumber karbohidrat kompleks bisa berasal dari nasi merah, roti gandum, atau oatmeal.
  • Tambahkan lemak sehat seperti ikan atau susu ke dalam menu sahur.
  • Hindari makanan berminyak atau gorengan yang bisa menyebabkan gangguan pencernaan.
  • Hindari konsumsi makanan dan minuman manis.
  • Penuhi kebutuhan protein dengan mengonsumsi daging tanpa lemak dan kacang-kacangan.
  • Tambahkan juga buah dan sayuran sebagai sumber serat dan vitamin.

3. Meal prepping

Meal prepping adalah istilah yang merujuk pada mempersiapkan makanan untuk beberapa hari ke depan. Bagi ibu hamil pasti sangat berat bangun di malam hari dan menyiapkan makanan untuk sahur. Nah, dengan meal prepping ibu bisa lebih menghemat waktu. 

Ibu hanya perlu memasak sekali, lalu simpan bahan makanan di kulkas untuk dimasak dua atau tiga hari ke depan. Selain menghemat waktu, meal prepping juga bisa menghemat tenaga. Namun, dalam menyiapkan makanan pastikan bukan makanan yang instan, melainkan makanan bergizi seperti sup atau soto.

4. Istirahat yang cukup

Istirahat yang cukup penting bagi kesehatan ibu hamil. Namun, saat bulan puasa waktu tidur menjadi otomatis berkurang. Maka dari itu penting sekali bagi ibu hamil untuk tidak tidur terlalu malam.

Jika merasa sangat kelelahan, maka ibu bisa meminta bantuan ayah untuk menyiapkan sahur. Selain tidur yang cukup, ketika berpuasa sebaiknya hindari juga aktivitas yang melelahkan seperti berjalan jauh atau membawa barang bawaan berat.

Itulah tips sehat menyiapkan sahur untuk ibu hamil. Ingat, puasa bukanlah sebuah kewajiban untuk wanita yang sedang hamil. Jadi jika ibu merasakan pusing, gemetar, atau kelelahan saat berpuasa, maka sebaiknya hentikan terlebih dahulu.

Supaya lebih aman sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk menjalani ibadah puasa.

 

 

 

 

 

 

 

Hati-Hati, Rotavirus Bisa Sebabkan Diare pada Anak

 

Dari beragamnya jenis virus yang bisa menghantui Si Kecil, rotavirus adalah salah satu virus jahat yang mesti diwaspadai. Virus ini bisa menyebabkan peradangan di saluran pencernaan Si Kecil dan menimbulkan masalah serius, seperti diare dan dehidrasi. 

Penularan virus ini terjadi secara fecal-oral, artinya menular dari feses pengidapnya yang tak sengaja masuk ke mulut orang lain. Feses pengidapnya juga bisa mengontaminasi makanan, air, hingga benda-beda di sekitar seperti mainan atau alat dapur. 

Lantas, seperti apa gejala rotavirus pada anak-anak? Selain itu, seperti apa bahaya atau dampak diare pada Si Kecil akibat rotavirus? 

 

Gejala Rotavirus pada Anak

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) gejala rotavirus biasanya mulai muncul sekitar dua hari setelah seseorang terpapar virus tersebut.

Umumnya, gejalanya berupa muntah dan diare bisa yang berlangsung tiga hingga delapan hari. Di samping itu, ada gejala lainnya seperti demam, nyeri perut kehilangan nafsu makan, dan dehidrasi yang bisa berbahaya bagi bayi dan anak-anak.

Masih menurut CDC, gejala dehidrasi pada anak bisa meliputi:

  • Penurunan frekuensi buang air kecil.
  • Mulut dan tenggorokan terasa kering.
  • Merasa pusing saat berdiri.
  • Menangis dengan sedikit atau tanpa air mata.
  • Kantuk atau kerewelan yang tidak biasa.

Nah, andaikan gejala Si Kecil mengalami gejala-gejala di atas, apalagi tidak kunjung membaik, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Awas Dampaknya Berbahaya

Rotavirus bukan kondisi yang bisa dianggap sepele. Pasalnya, serangan virus ini bisa menyebabkan diare dan hilangnya cairan dalam tubuh dalam waktu cepat. Nah, dampak diare pada anak seperti ini yang bisa menyebabkan dirinya mengalami dehidrasi. 

Oleh sebab itu, andaikan diare tak kunjung membaik, segera temui dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Alasannya jelas, diare yang tak kunjung membaik atau kronis bisa menimbulkan berbagai komplikasi, seperti:

  • Malnutrisi, terutama pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun, yang dapat berakibat menurunnya kekebalan tubuh anak.
  • Diare kronis, bisa menyebabkan urine berwarna gelap, demam, muntah, pusing, dan lemas.
  • Infeksi berat, yang dapat meluas ke organ lain dan seluruh tubuh (sepsis).
  • Iritasi pada kulit sekitar anus, akibat pH tinja yang asam pada diare yang disebabkan intoleransi laktosa.
  • Ketidakseimbangan elektrolit, karena elektrolit ikut terbuang bersama air yang keluar saat diare, yang ditandai dengan lemas, lumpuh, hingga kejang.

 

Ingat, komplikasi utama dan paling fatal dari diare kronis adalah dehidrasi berat akibat kehilangan cairan dalam jumlah banyak. Waspada, dehidrasi yang tak ditangani dengan baik dapat menyebabkan dampak yang amat fatal seperti kematian.  

Nah, bila Si Kecil mengalami diare yang tak kunjung membaik, ibu bisa memeriksakan dirinya ke rumah sakit pilihan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Waktu makan yang berubah drastis pada anak bisa berdampak pada kekebalan tubuh sehingga mereka rentan terserang flu dan batuk. Untuk mencegah Si Kecil menjadi tidak nyaman, ibu perlu tahu cara mengatasi penyakit ini saat puasa.”

 

 

5 Tips Redakan Flu dan Batuk Anak saat Puasa

 

Flu dan batuk adalah dua penyakit umum cukup sering anak alami, bahkan saat bulan Ramadan. Apa lagi, selama bulan puasa ini ada cukup banyak tuntutan aktivitas sehingga anak tetap harus sehat. Akibat kelelahan ini, imun anak bisa jadi melemah sehingga rentan terserang flu dan batuk.

Kedua penyakit tersebut tentunya membuat Si Kecil jadi tidak nyaman. Anak jadi tidak bisa tidur dengan nyenyak, mudah terbangun saat malam, dan nafsu makannya pun berkurang. Untuk itu, ibu perlu tahu cara mengatasi flu dan batuk pada anak saat puasa berikut ini!

 

Penanganan Flu dan Batuk pada Anak saat Puasa

Flu dan batuk memang sering kali muncul secara bersamaan dan biasanya sangat menular pada anak. Ini terjadi ketika anak menghirup tetesan oleh orang yang terinfeksi atau ketika bersentuhan langsung dengan lendir atau ludah dari seseorang yang mengalami flu.

Kedua penyakit ini menyerang sistem pernapasan (hidung, tenggorokan, dan paru-paru). Jadi, tidak heran saat anak mengalaminya, ia akan merasa tidak nyaman karena sulit bernapas dengan baik. Simak cara menanganinya berikut ini!

1. Membuat uap kayu putih

Siapkan baskom berisi air panas dan beri beberapa tetes minyak kayu putih. Lalu, taruh baskom di kamar agar Si Kecil bisa menghirup uap panasnya. Cara ini sangat berguna untuk melegakan hidungnya yang tersumbat. 

Selain dengan menghirup uap air kayu putih, ibu juga bisa mengajaknya berendam di air hangat atau duduk bersamanya di ruangan beruap selama sekitar 15 menit. Namun ingat, jangan memberi uap yang terlalu panas karena dapat menyebabkan luka bakar.

2. Berjemur di pagi hari

Di pagi hari sekitar pukul tujuh sampai sembilan pagi, ajak anak berjemur di bawah sinar matahari. Paparan sinar matahari bisa mendorong tubuh untuk memproduksi vitamin D yang bisa memperkuat sistem imun. 

Selain itu, penelitian meyakini bahwa berjemur bisa membantu melemahkan virus penyakit karena suhu tubuh meningkat. Jika perlu, tepuk dengan lembut punggung, dada, serta bagian bawah ketiak kanan dan kiri anak untuk menghilangkan dahak.

3. Berikan minum atau ASI yang banyak

Apabila anak masih berusia di bawah 6 bulan, berikan ASI yang cukup agar Si Kecil tidak dehidrasi. Namun, jika Si Kecil sudah berusia di atas 6 bulan, berilah ia minum air hangat sedikit demi sedikit tapi sering. 

Cara ini cukup membantu untuk mengeluarkan lendir yang mengganggu di dalam tubuh Si Kecil. Selain itu, air juga bisa mempercepat pemulihan dengan cara mengeluarkan bakteri dari tubuh dan membantu sistem imun.

4. Berkumur dengan air garam

Untuk anak yang berusia di atas 4 tahun, ibu bisa mengajaknya untuk berkumur dengan air garam. Berkumur dengan air garam dapat meredakan batuk anak. Caranya, larutkan setengah sendok teh garam dengan segelas air hangat lalu aduk. 

Ajak anak untuk berkumur sebanyak 3–4 kali dalam sehari sambil menengadahkan kepala, sehingga cairan bisa mencapai bagian belakang tenggorokan. Jangan lupa untuk membuang air garam selesai berkumur.

5. Posisikan kepala anak lebih tinggi ketika tidur

Apabila anak sering gelisah saat tidur, coba posisikan kepala anak lebih tinggi dengan menambahkan beberapa bantal atau menyelipkan beberapa gulung handuk di bawah bantal. Cara ini bisa membantunya untuk bernapas lebih baik. Ketika posisi kepala berada lebih tinggi daripada seluruh badan, sinus yang biasanya bermasalah saat flu bisa keluar, dan anak bisa terhindar dari hidung tersumbat.

Itulah beberapa tips penanganan flu dan batuk pada anak. Ibu juga bisa mencari tahu lebih jauh tentang